Kemenperin Terus Dorong Hilirisasi Industri Logam
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perindustrian ( Kemenperin ) terus mendorong hilirisasi industri sebagai salah satu kebijakan strategis guna meningkatkan kinerja sektor industri manufaktur. Direktur Jenderal (Dirjen) Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Taufiek Bawazier mengungkapkan, di sektor industri baja, hilirisasi juga terus didorong guna membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Jika dilihat dari pertumbuhan ekonomi triwulan kedua tahun 2023, sektor logam tumbuh 11,49%. Kita pernah tumbuh sampai 20%. Dan kini dengan hadirnya investasi di sektor hilir, akan menumbuhkan kapasitas dan kontinuitas produk yang dapat menjadi bagian dari subtitusi impor,” terang Taufiek saat meresmikan pabrik pewarnaan baja lapis PT Tata Metal Lestari (Tatalogam Group) di Sadang, Purwakarta, Jawa Barat, dikutip Senin (30/10/2023).
Taufiek sangat mengapresiasi PT Tata Metal Lestari yang terus melakukan inovasi dari hulu hingga hilir sehingga produk-produknya memiliki nilai tambah tak hanya untuk perusahaan, namun juga bagi pelaku usaha lain dan masyarakat sekitarnya.
“Secara inovasi, pelapisan warna atau colour coating line pada baja lapis produksi PT Tata Metal Lestari ini pasarnya saya lihat cukup besar karena banyak kelebihannya,” jelas Taufiek.
Taufiek menambahkan, sesuai arahan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, industri besi dan baja diminta menjadi contoh dalam menerapkan prinsip-prinsip berkelanjutan dan berperan aktif dalam meminimalkan dampak lingkungan dalam tumbuh kembangnya. Sektor industri ditargetkan dapat mencapai netralitas karbon atau Net Zero Emissions (NZE) pada 2050.
“Tantangan pada industri baja ke depan tidak akan mudah. Artinya ke depan kita akan mengejar target Net Zero Emissions. Pemerintah sudah mencanangkan 2060 yang kemudian dipercepat menjadi 2050,” pungkas Taufiek.
Pada kesempatan yang sama, Vice Presiden PT Tata Metal Lestari (Tatalogam Group), Stephanus Koeswandi menjelaskan, peresmian pabrik colour coating line merupakan bagian dari project yang ia beri nama phoenix project. Ia berharap project ini juga dapat membantu bangkitnya perekonomian Indonesia pasca-pandemi.
Stephanus menambahkan, Phoenix Project sendiri terbagi menjadi 3 fase. Pada fase pertama, pihaknya menginvestasikan dana hingga Rp1,5 triliun untuk membangun pabrik pewarnaan baja lapis yang sudah ramah lingkungan.
“Colour coating line ini merupakan proses pewarnaan atau proses lanjutan khususnya untuk mendukung program pemerintah pada hilirisasi pada industri baja yang dapat memberikan nilai tambah yang sangat besar bagi banyak pihak,” terangnya.
Terkait penerapan industri hijau Stephanus menerangkan, Tatalogam Group selama ini selalu mengarusutamakan industri hijau dalam kegiatan produksi mereka. Ia menjelaskan, selama ini ada 3 pilar yang diusung dan diterapkan dalam perusahaan yang ia pimpin.
Ketiga pilar itu adalah zero emissions, waste manajemen, dan yang terakhir penggunaan energy yang lebih bijak. Ketiga pilar ini juga idterapkan dalam Phoenix Project ini.
Stephanus mengakui, pada industri baja, penerapan industri hijau masih menjadi tantangan. Karena industri baja adalah salah satu industri yang mencemari lingkungan. Untuk itu ia berharap pemerintah lebih berhati-hati menerima investasi, khususnya investasi dari luar negeri yang tidak mengikuti standar ramah lingkungan.
"Dengan begitu, Indonesia bisa terhindar dari masuknya mesin-mesin bekas yang sudah sudah tidak layak digunakan namun tetap dipaksakan beroperasi sehingga pada akhirnya menimbulkan polusi dan emisi di tanah air," tandas Stephanus.
Jika dilihat dari pertumbuhan ekonomi triwulan kedua tahun 2023, sektor logam tumbuh 11,49%. Kita pernah tumbuh sampai 20%. Dan kini dengan hadirnya investasi di sektor hilir, akan menumbuhkan kapasitas dan kontinuitas produk yang dapat menjadi bagian dari subtitusi impor,” terang Taufiek saat meresmikan pabrik pewarnaan baja lapis PT Tata Metal Lestari (Tatalogam Group) di Sadang, Purwakarta, Jawa Barat, dikutip Senin (30/10/2023).
Taufiek sangat mengapresiasi PT Tata Metal Lestari yang terus melakukan inovasi dari hulu hingga hilir sehingga produk-produknya memiliki nilai tambah tak hanya untuk perusahaan, namun juga bagi pelaku usaha lain dan masyarakat sekitarnya.
“Secara inovasi, pelapisan warna atau colour coating line pada baja lapis produksi PT Tata Metal Lestari ini pasarnya saya lihat cukup besar karena banyak kelebihannya,” jelas Taufiek.
Taufiek menambahkan, sesuai arahan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, industri besi dan baja diminta menjadi contoh dalam menerapkan prinsip-prinsip berkelanjutan dan berperan aktif dalam meminimalkan dampak lingkungan dalam tumbuh kembangnya. Sektor industri ditargetkan dapat mencapai netralitas karbon atau Net Zero Emissions (NZE) pada 2050.
“Tantangan pada industri baja ke depan tidak akan mudah. Artinya ke depan kita akan mengejar target Net Zero Emissions. Pemerintah sudah mencanangkan 2060 yang kemudian dipercepat menjadi 2050,” pungkas Taufiek.
Pada kesempatan yang sama, Vice Presiden PT Tata Metal Lestari (Tatalogam Group), Stephanus Koeswandi menjelaskan, peresmian pabrik colour coating line merupakan bagian dari project yang ia beri nama phoenix project. Ia berharap project ini juga dapat membantu bangkitnya perekonomian Indonesia pasca-pandemi.
Stephanus menambahkan, Phoenix Project sendiri terbagi menjadi 3 fase. Pada fase pertama, pihaknya menginvestasikan dana hingga Rp1,5 triliun untuk membangun pabrik pewarnaan baja lapis yang sudah ramah lingkungan.
“Colour coating line ini merupakan proses pewarnaan atau proses lanjutan khususnya untuk mendukung program pemerintah pada hilirisasi pada industri baja yang dapat memberikan nilai tambah yang sangat besar bagi banyak pihak,” terangnya.
Terkait penerapan industri hijau Stephanus menerangkan, Tatalogam Group selama ini selalu mengarusutamakan industri hijau dalam kegiatan produksi mereka. Ia menjelaskan, selama ini ada 3 pilar yang diusung dan diterapkan dalam perusahaan yang ia pimpin.
Ketiga pilar itu adalah zero emissions, waste manajemen, dan yang terakhir penggunaan energy yang lebih bijak. Ketiga pilar ini juga idterapkan dalam Phoenix Project ini.
Stephanus mengakui, pada industri baja, penerapan industri hijau masih menjadi tantangan. Karena industri baja adalah salah satu industri yang mencemari lingkungan. Untuk itu ia berharap pemerintah lebih berhati-hati menerima investasi, khususnya investasi dari luar negeri yang tidak mengikuti standar ramah lingkungan.
"Dengan begitu, Indonesia bisa terhindar dari masuknya mesin-mesin bekas yang sudah sudah tidak layak digunakan namun tetap dipaksakan beroperasi sehingga pada akhirnya menimbulkan polusi dan emisi di tanah air," tandas Stephanus.
(uka)