Daya Beli Masyarakat Dinilai Stabil, Ini Indikatornya

Kamis, 02 November 2017 - 15:30 WIB
Daya Beli Masyarakat Dinilai Stabil, Ini Indikatornya
Daya Beli Masyarakat Dinilai Stabil, Ini Indikatornya
A A A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mengklaim daya beli masyarakat stabil sehingga laju inflasi mencapai Oktober terjaga di level 0,01%. Meski demikian, harga makanan dan minuman masih menjadi penyumbang terbesar inflasi sepanjang bulan lalu.

Berdasarkan data BPS yang dirilis, Rabu (1/11/2017) secara year to date (ytd) atau periode Januari-Oktober inflasi berada di level 2,67%. Sementara angka inflasi tahunan (year to year/yoy) sebesar 3,58%. Inflasi Oktober lebih rendah dibanding September 2017 yang mencapai 0,13%.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto mengatakan, perkembangan inflasi rendah tersebut masih ditopang daya beli yang stabil di tengah perkembangan harga komoditas yang terkendali. "Kita semua berharap target inflasi bisa tercapai dan tidak ada fluktuasi harga," ujarnya saat jumpa pers di Kantor BPS, Jakarta, Rabu (1/11/2017).

Kecuk menjelaskan, inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan beberapa indeks kelompok pengeluaran di antaranya kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,28%. Sementara kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar menyumbang inflasi 0,18%. Adapun kelompok sandang berkontribusi terhadap inflasi 0,18% dan kelompok kesehatan 0,21%.

Selain itu, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga memberikan andil inflasi 0,16%. "Kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks, yakni kelompok bahan makanan sebesar 0,45% dan kelompok transportasi, komunikasi, serta jasa keuangan sebesar 0,13%," ujar Kecuk.

Menurut BPS, dari 82 kota yang dihitung Indeks Harga Konsumen (IHK)-nya, sebanyak 44 kota mengalami inflasi dan 38 kota menyumbang deflasi. Dari 44 kota yang mengalami inflasi, Kota Tual mencatatkan inflasi tertinggi, yakni 1,05%. Sedangkan inflasi terendah terjadi di Cilegon dan Surakarta. Sementara dari 38 kota yang mengalami deflasi, Kota Palu mencatatkan deflasi tertinggi, yakni 1,31%, dan Palopo mengalami deflasi terendah 0,10%.

Bank Indonesia mencatat, kelompok administered prices juga tercatat deflasi sebesar 0,01% (mtm) melambat dibandingkan dengan bulan lalu yang inflasi sebesar 0,15% (mtm). Deflasi administered prices terutama disumbang oleh menurunnya tarif angkutan udara. Secara tahunan, inflasi administered prices mencapai sebesar 8,68% (yoy).

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman mengatakan, inflasi inti tercatat sebesar 0,17% (mtm) menurun dibandingkan dengan bulan lalu sebesar 0,35% (mtm). Inflasi dalam kelompok ini terutama disumbang oleh uang kuliah akademi/ perguruan tinggi, mi dan nasi dengan lauk. Secara tahunan, inflasi inti tercatat rendah, yaitu 3,07% (yoy).

"Ke depan, inflasi diperkirakan akan tetap terkendali pada level yang rendah dalam kisaran sasaran yang ditetapkan. Koordinasi kebijakan antara pemerintah, baik pusat maupun daerah, dan Bank Indonesia akan terus diperkuat dalam pengendalian inflasi," ujarnya.

Nilai Tukar Petani Naik
Pada bagian lain, BPS melaporkan Nilai Tukar Petani (NTP) pada Oktober mencapai 102,78 atau naik 0,54% dibandingkan dengan bulan sebelumnya. NTP merupakan perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani.

NTP adalah salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula mengangkat kemampuan/daya beli petani.

Berdasarkan data BPS, pada Oktober 2017, NTP Provinsi Jambi mengalami kenaikan tertinggi, yakni 1,52% dibandingkan kenaikan NTP provinsi lainnya. Sebaliknya NTP Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami penurunan terbesar, yakni 2,12% dibandingkan dengan penurunan NTP provinsi lainnya. Pada kesempatan tersebut, Kecuk menjelaskan, sektor manufaktur mengalami tren pertumbuhan.

"Harapannya memang di manufaktur. Karena saya melihat industri ini masih banyak memberikan nilai tambah mendorong lahirnya industri kecil lainnya," ujar dia.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4497 seconds (0.1#10.140)