Industri Sawit Berperan Atasi Ketimpangan Pembangunan

Jum'at, 03 November 2017 - 15:09 WIB
Industri Sawit Berperan Atasi Ketimpangan Pembangunan
Industri Sawit Berperan Atasi Ketimpangan Pembangunan
A A A
JAKARTA - Industri kelapa sawit mempunyai peran yang sangat penting dalam pemerataan pembangunan, terutama di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa. Industri ini juga inline dengan tiga prioritas yang dicanangkan pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan, mengurangi pengangguran dan mengatasi ketimpangan pembangunan.

“Pemerintah menyadari bahwa mengurangi kemiskinan melalui pengembangan industri kelapa sawit merupakan strategi pembangunan yang sangat penting,” kata Ketua Dewan Pertimbangan Presiden Sri Adiningsih saat menjadi pembicara dalam Indonesian Palm Oil Conference di Nusa Dua, Bali, Jumat (3/11/2017).

Pada kesempatan itu Ia menyampaikan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, perekonomian dunia dalam situasi yang tidak terlalu baik. Dimana banyak masalah terjadi dan harga CPO juga tertekan. Namun demikian, bila melihat perkembangan perekonomian Indonesia dari tahun 2012 hingga semester I/2017, dapat dilihat bahwa rata-rata pertumbuhan industri menunjukkan penurunan dari 6% menjadi 5%.

Paling menarik, menurutnya, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan secara bersama-sama mengalami tren yang positif, yaitu mencapai 5,12% pada semester I/2017, meningkat 3,25% dari tahun 2016 dan 3,77% untuk tahun 2015. Di samping itu, tingkat pengangguran terus menurun mencapai 5,33% pada bulan Februari 2017 dan 7,03 pada akhir tahun 2016. Ini berarti, tingkat pengangguran turun di atas 6% pada tahun-tahun sebelumnya.

Sri Adiningsih juga mengungkapkan bahwa dalam rangka mengupayakan peningkatan produktivitas dan daya saing, pemerintah mendorong pengembangan infrastruktur yang ditandai dengan peningkatan secara dramatis anggaran pembangunan infrastruktur. “Peningkatan pembangunan infrastruktur ini menunjukkan bahwa pemerintah secara serius ingin meningkatkan perekonomian,” paparnya.

Kendati demikian, menurutnya, harus diingat pula bahwa anggaran pemerintah terbatas. Dengan anggaran yang terbatas ini, kapasitas pemerintah dalam mengurangi kemiskinan ini juga terbatas. Dalam kondisi seperti ini, menurutnya, sektor swasta mempunyai peran yang penting.

Sehubungan dengan hal ini, menurutnya, pemerintah menghadapi tantangan yang sangat besar dalam hal inovasi dan teknologi. Indonesia menghadapi perkembangan baru yaitu peningkatan blue collar job sementara white collar job diprediksi akan menurun.

Robot akan lebih banyak mengambil alih pekerjaan manusia, bahkan akan menggantikan peran tenaga kerja manusia sekitar 20 tahun ke depan. Kondisi ini mengakibatkan upaya pengurangan kemiskinan menjadi semakin tidak mudah. “Industri kelapa sawit selama ini merupakan penyerap tenaga kerja yang cukup penting,” katanya.

Kontribusi sektor pertanian sebesar 32,9% untuk penyerapan tenaga kerja, sektor sawit menunjukkan tren semakin meningkat. Dari 3,4% pada 2012 naik mencapai 4,7% pada 2015 dan 4,9% pada 2016.

Industri kelapa sawit juga terbukti penyerap tenaga kerja untuk sektor pertanian. Industri kelapa sawit juga menciptakan lapangan kerja baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini karena kegiatan perekonomian di sekitar perkebunan sebenarnya cukup luas dan beragam. Lebih lanjut, tingkat kemiskinan di provinsi penghasil sawit tercatat cukup rendah.

Ia juga mengungkapkan kembali bahwa CPO merupakan salah satu sumber pendapatan devisa yang sangat penting. Tercatat bahwa sampai tahun ini industri kelapa sawit merupakan penyumbang devisa terbesar nomor satu untuk sektor pertanian. Sebagai komponen tunggal, CPO menyumbang lebih dari USD14 miliar.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3105 seconds (0.1#10.140)