Tujuan Beragam, Realisasi Investasi di Jatim Turun

Selasa, 07 November 2017 - 13:37 WIB
Tujuan Beragam, Realisasi Investasi di Jatim Turun
Tujuan Beragam, Realisasi Investasi di Jatim Turun
A A A
SURABAYA - Beragamnya tujuan investasi di Indonesia mengakibatkan realisasi investasi di Jawa Timur (Jatim) menurun. Realisasi investasi Jatim hingga September 2017 tercatat Rp104,4 triliun atau 88% dari capaian periode sama tahun lalu sebesar Rp118,63 triliun.

Kepala Badan Penanaman Modal Jawa Timur (BPM) Jatim, Lili Soleh Wartadipradja mengatakan, penyebaran investasi saat ini lebih merata. Banyak investor yang sudah melirik ke luar Pulau Jawa, misalnya yang berminat di sektor pertambangan.

Kebijakan pembangunan infrastruktur yang masif oleh pemerintah pusat membuka peluang investasi baru di daerah-daerah yang selama ini minim modal masuk. "Sehingga, ketika ada daerah yang ditunjang dengan infrastruktur yang baru, tentu akan menarik investor berinvestasi di daerah tersebut," katanya, Surabaya, Selasa (7/11/2017).

Menurutnya, kondisi perekonomian nasional dan global yang tengah lesu juga memengaruhi pertimbangan investor untuk membuka bisnis baru, termasuk di Jatim. Penyebab lainnya, sejumlah investor memutuskan memundurkan pembangunan proyeknya karena alasan tertentu.

Misalnya, ada sejumlah industri yang sudah mengajukan izin prinsip tapi terlambat realisasinya. Penyebabnya, bisa karena pembebasan lahan pabrik yang belum selesai. "Saya kira realisasi investasi akan meningkat saat perekonomian mulai stabil," ucap dia.

Selama 2017, lanjut Lili, BPM Jatim menargetkan realisasi investasi sebesar Rp120 triliun. Dengan capaian sebesar Rp104,4 triliun per September, BPM masih harus menarik investasi sebesar Rp15,6 triliun atau sekitar 13% dari total target. Pihaknya optimistis angka itu tercapai dengan adanya rencana perluasan pabrik dari beberapa perusahaan manufaktur.

"Semua infrastruktur penunjang untuk menarik minat investor terus kami bangun, baik itu pasokan listrik, jaringan gas, kemudahan perizinan dan juga jalan tol," terangnya.

Sementara, data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim menunjukkan, hingga September Jatim mampu membukukan pertumbuhan investasi sebesar 5,16%, lebih tinggi dari pertumbuhan nasional sebesar 5,06%.

Dari sisi produksi, semua lapangan usaha tumbuh positif, dengan pertumbuhan tertinggi dicapai lapangan usaha pengadaan listrik dan gas sekitar 8,97%. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen ekspor luar negeri yang tumbuh 14,70%.

"Pertumbuhan perekonomian Jatim masih cukup kondusif. Ini menjadikan masyarakat Jatim kesejahteraannya meningkat," jelas Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Jatim, Khaerul Agus.

Struktur perekonomian Jatim menurut lapangan usaha triwulan didominasi tiga sektor. Yakni, industri pengolahan dengan kontribusi sebesar 28,41%. Kemudian sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 13,65%.

Selanjutnya, perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil-sepeda motor sebesar 18,42%. Hingga September, industri pengolahan tumbuh 1,47%, perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor tumbuh 1,28% dan konstruksi 0,68%. "Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan tumbuh 0,15%," jelas Agus.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5631 seconds (0.1#10.140)