Miwon Indonesia Apresiasi Perjuangan Pedagang Bakso

Selasa, 14 November 2017 - 00:14 WIB
Miwon Indonesia Apresiasi Perjuangan Pedagang Bakso
Miwon Indonesia Apresiasi Perjuangan Pedagang Bakso
A A A
JAKARTA - Jangan anggap remeh pedagang bakso keliling. Bagi PT Miwon Indonesia, kisah mereka mencari nafkah membuat para pedagang bakso layak disebut “pejuang”. Kisah heroik mereka tertuang dalam acara diskusi interaktif bertajuk “Pejuang Ekonomi Mikro” yang digelar PT Miwon Indonesia bersama Dompet Dhuafa di kantor Miwon, Pulo Gadung, Jakarta Timur, baru-baru ini.

Dalam diskusi yang digelar untuk memperingati hari Ulang Tahun Miwon ke-44 tersebut, hadir para pedagang bakso sebagai narasumber. Salah satu segmen diskusi mengupas tentang makna pahlawan dari kisah perjuangan para pedagang bakso. Midi, salah seorang pedagang bakso, menuturkan awal perjuangannya memulai usaha pada tahun 1992 lalu. Diakuinya tidak mudah berusaha di Jakarta yang penuh persaingan.

“Tidak mudah memulai usaha dari nol karena harus merasakan jatuh bangun dan tambal sulam modal. Berkali-kali mencoba mencari tempat yang strategis untuk berjualan, tapi selalu berujung dengan kegagalan. Bahkan terkadang mendapat perlakuan yang kurang baik dari pedagang bakso lainnya. Namun, dengan ikhtiar dan tekad yang kuat akhirnya saya merasakan manisnya hasil perjuangan,” tutur Midi dalam diskusi tersebut.

Kini usaha Midi semakin maju dan bisa membeli rumah, kendaraan, memiliki peternakan, dan bahkan bias menghidupi keluarga serta mertuanya. Bagi dia, makna pahlawan adalah ketika seseorang mampu hidup mandiri dan berpijak di atas dua kakinya, serta berupaya menyiapkan generasi penerus bangsa dengan memberikan pendidikan yang layak.

Kisah berbeda dituturkan oleh Joko, pedagang bakso lainnya. Menurut Joko, dirinya bukan sekadar berdagang tapi juga “menyelamatkan” nyawa konsumen. “Nyawa konsumen lebih penting daripada materi. Saya sangat menyadari, makanan yang dijual dan disajikan sangat berpengaruh terhadap tubuh konsumen. Karena itu, saya tidak ingin membahayakan mereka dengan menggunakan bahan tambah pangan berbahaya seperti boraks,” klaim Joko.

Sementara Paryadi, narasumber lainnya menuturkan, makna pahlawan adalah ketika masyarakat sekitar merasakan manfaat dan kebaikan dengan adanya keberadaan kita. Hal ini dibuktikan oleh Paryadi pada saat peringatan HUT Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 2017 lalu.

Dia memberikan bakso gratis bagi konsumen yang hafal lagu kebangsaan Indonesia Raya dan teks Pancasila. Selain itu, sebagai Ketua Komunitas Pedagang Tangguh, Paryadi juga sering mengajak anggotanya memberikan sumbangan untuk anggota lain terkena musibah. Ajakan ini pun disambut positif oleh anggotanya secara sukarela.

Midi, Joko, dan Paryadi adalah para pedagang bakso berkarakter. Merekalah pahlawan Indonesia masa kini, berjuang dalam keterbatasan, tapi tetap menyemai benih-benih kebaikan bagi sekitar. Sisi kepahlawanan mereka ditunjukkan dengan perjuangan untuk hidup mandiri dan memenuhi hak-hak yang menjadi tanggungan agar tidak menjadi beban negara.

Mereka adalah beberapa pedagang yang mendapat bantuan dari PT Miwon Indonesia dan Dompet Dhuafa melalui program pemberdayaan masyarakat yang digagas sejak tahun 2011. Tahun ini adalah Program Pedagang Tangguh ke-6 dengan sasaran fokus yang sama yaitu para pedagang bakso.

Penerima manfaat di tahun keenam kali ini berjumlah 50 pedagang bakso yang terdiri dari 30 pedagang di wilayah Jakarta Selatan dan 20 pedagang bakso di Surabaya, Jatim. "Kami berharap para pedagang bakso dapat lebih mandiri secara finansial, sehingga para pedagang dapat memperbaiki taraf hidup keluarga sambil tetap menyajikan makanan sehat dan layak konsumsi. Yakni makanan yang bebas boraks, formalin dan pewarna tekstil,” harap Vice President Director PT Miwon Indonesia, Lee Dong Won.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5435 seconds (0.1#10.140)