Jangan Kasih Uang Tunai ke Karyawan, Lebih Baik Voucher Belanja

Jum'at, 07 Agustus 2020 - 14:36 WIB
loading...
Jangan Kasih Uang Tunai ke Karyawan, Lebih Baik Voucher Belanja
Rencana pemberian bansos sebesar Rp600.000 per bulan untuk pekerja dengan gaji di bawah Rp5 juta, ekonom menyarankan pemerintah menggantikan uang tunai dengan voucher yang memiliki limit waktu tertentu. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Rencana pemberian bansos sebesar Rp600.000 per bulan untuk pekerja dengan gaji di bawah Rp5 juta mendapatkan banyak respon. Salah satunya Peneliti bidang Ekonomi The Indonesian Institute, Center for Public Policy Research (TII) Muhamad Rifki Fadilah yang menyarankan pemerintah menggantikan uang tunai dengan voucher yang memiliki limit waktu tertentu.

(Baca Juga: Hore, Gaji Tambahan Rp600 Ribu/Bulan Bagi Pekerja Bakal Cair September 2020 )

Hal itu lantaran sebelumnya, pemerintah sempat menyatakan kucuran beragam insentif, bansos hingga bantuan langsung tunai sebagai upaya mendongkrak konsumsi ketika ekonomi Indonesia di kuartal II tumbuh minus. Menurut Muhamad Rifki, pemerintah diminta tidak memberikan uang tunai karena ada kecenderungan masyarakat justru akan menabung dibandingkan membelanjakannya.

“Bentuknya pun bisa jadi dapat beragam, misalnya pemberian kupon belanja yang memiliki jangka waktu tertentu. Dengan demikian, mau tidak mau masyarakat akan membelanjakannya segera. Daya beli mereka akan terbantu dan pada putaran berikutnya demand akan bergerak dan pertumbuhan ekonomi akan bergulir,” jelas Rifki di Jakarta, Jumat (7/8/2020).

(Baca Juga: Bantuan Rp600 Ribu Bagi Penerima Gaji di Bawah Rp5 Juta Dinilai Kekecilan )

Rifki juga mencontohkan hal ini yang juga telah diterapkan pada beberapa negara bagian di Amerika Serikat, di mana masyarakat yang tergolong dalam aspiring middle income class diberikan sebuah voucher belanja setiap bulannya. Dengan demikian, mereka diberikan kebebasan untuk membeli kebutuhan pokok yang diperlukannya.

“Selain itu yang paling penting saat ini adalah program ini juga cepat direalisasikan karena jika terlalu lama direalisasikan. Maka efek dari program ini mungkin akan lama dirasakan efeknya bahkan bisa meleset dari kuartal III yang diharapkan tumbuh positif,” tutup Rifki.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2215 seconds (0.1#10.140)