Memadukan Akuisisi dan Inovasi Jadi Kunci Sukses P&G

Selasa, 28 November 2017 - 18:00 WIB
Memadukan Akuisisi dan Inovasi Jadi Kunci Sukses P&G
Memadukan Akuisisi dan Inovasi Jadi Kunci Sukses P&G
A A A
PROCTER & Gamble (P&G) bukan hanya ekspansi untuk mengembangkan bisnis ke seluruh dunia. Namun, mereka juga terus berekspansi dengan mengakuisisi berbagai brand baru yang memiliki prospek cerah.

P&G baru-baru ini mengakuisisi brand deodorant natural Native dengan nilai akuisisi yang tidak diumumkan. Akuisisi itu menunjukkan adanya perubahan tren akuisisi terhadap perusahaan yang berbasis pada alam. "Kesepakatan itu akan membantu memperluas portofolio P&G seiring dengan meningkatnya konsumen yang menginginkan produk yang bebas bahan tertentu dan menginginkan produk yang natural," ujar Chief Brand Officer P&G, Marc Pritchard, kepada CNBC.

Dia menambahkan, jika akuisisi tersebut akan membangun hubungan langsung P&G dengan konsumen. "(Native) sungguh menguras keringat kita. Native itu bisnis model online yang memiliki ikatan langsung dengan konsumen," papar Pritchard.

P&G mengungkapkan, Native juga telah mengumumkan akuisisi langsung kepada pelanggannya. "Native sangat cocok dengan inisiatif digital P&G," kata Pritchard. Dia memberikan contoh seperti program Pampers Rewards, program loyalitas yang mengaitkan antara ibu dan produk diaper serta perawatan anak lainnya. Kemudian, Olay Skin Advisor, yaitu program penggunaan teknologi kecerdasan buatan untuk memberi tahu pelanggan tentang usia kulit dan bagaimana perawatannya.

Berbeda dengan dahulu, digital menjadi faktor utama akuisisi yang dilakukan P&G yang merupakan perusahaan pengiklan terbesar di dunia. "Saat ini adalah waktu untuk digital untuk bangkit," ungkap Pritchard.

Pendiri Native Moiz Ali akan melanjutkan memimpin brand itu dari San Francisco. "Saya tidak bisa menjelaskan bagaimana senangnya bergabung dengan keluarga brand P&G," ujar Ali. Dia telah mengetahui bagaimana komitmen inovasi produk dan obsesi terhadap kebahagiaan pelanggan yang dilakukan P&G. "Kita akan tumbuh bersama dengan P&G," imbuhnya.

P&G memang jago dalam hal akuisisi. Itu dimulai pada 1985, ketika P&G mengakuisisi Richardson-Vicks, termasuk Pantene, Oil of Olay, Vidal Sassoon, dan Clearasil senilai USD1,2 miliar. Akuisisi ternama lainnya adalah lisensi Dolce & Gabbana senilai USD120 juta. Pada 2008, P&G juga mengakuisisi Nioxin dalam kesepakatan senilai di bawah USD300 juta. Nioxin memiliki teknologi penumbuh rambut yang masih memiliki nilai potensi.

Berkaitan dengan akuisisi Native, P&G memang sudah membaca tren konsumen lebih suka menggunakan bahan organik mencapai 3% pada kuartal terakhir 2016. Itu menjadi kenaikan terbesar yang dipantau dalam kategori produk organik dibandingkan tahun sebelumnya. "Sesungguhnya, itu berkaitan untuk memenangkan nilai pelanggan. Itu juga bentuk kerja sama dengan pelanggan kita dengan bekerja keras menciptakan dan membangun kategori produk (organik) yang bisa memicu pertumbuhan. Dengan kita melakukan itu, kita menjalankan strategi berkelanjutan," ujar Chairman dan CEO David Taylor, kepada CNBC.

Dia menganggap produk organik sebagai kategori baru di P&G. Dia memban dingkan antara produk organik dan penyegar mobil pada 10 tahun lalu yang dianggap kecil. "Kita mengenalkan sesuatu yang disebut dengan Febreze dan kini penjualannya menjadi seperempat miliar dolar," paparnya.

Bisa jadi, produk kebutuhan rumah tangga organik bisa meningkat drastis dalam beberapa tahun ke depan. Upaya inovasi produk baru P&G, menurut Taylor, adalah bagaimana memenangkan pasar di Amerika Serikat (AS) dan luar negeri. "Saya percaya jika kita melakukan pekerjaan lebih baik dari yang lain, kita akan mendapatkan pertumbuhan yang baik," jelasnya.

Taylor mengungkapkan inovasi produk sangat diperlukan seiring dengan perubahan perilaku konsumen. Misalnya, Gillette merupakan salah satu brand P&G yang mengalami penurunan karena faktor tren. "Tren masyarakat di banyak negara lebih fokus ke rambut sehingga tidak menguntungkan bagi Gillette," ujarnya. Sebagai alternatif, Taylor pun menegaskan P&G tetap memainkan produk kering dan basah. P&G tetap memiliki Braun dan Gillette.

Bentuk komitmen P&G dalam dunia digital juga ditunjukkan dengan mendirikan pusat inovasi digital senilai USD100 juta di Singapura pada April lalu. Itu merupakan bentuk kerja sama P&G dengan Singapore Economic Development Board (EDB). Dipilihnya Singapura, menurut Nicolas Defauw, Wakil Presiden untuk Keuangan dan Akuntansi P&G Asia Pasifik, Singapura merupakan pusat Asia Pasifik.

Karyawan Berpikir seperti Entrepreneur
P&G membebaskan karyawannya untuk berpikir dan bergerak seperti entrepreneur. Itu sebagai perubahan besar untuk menghasilkan inovasi. Tak ayal jika P&G kerap disebut dengan perusahaan untuk pengembangan bakat. Untuk mencapai itu, Taylor harus berkeliling dunia untuk mengembangkan inisiatif dalam pemberdayaan karyawan di garda depan pemasaran P&G.

Dalam 12 bulan, dia berkunjung ke 20 negara. Dia memilih menghabiskan waktu bersama dengan karyawan junior di pabrik dan gudang. "Pemimpin yang baik adalah yang tidak membanggakan gelar dan pengalamannya. Tapi, pemimpin yang baik adalah mereka yang dekat dengan pelanggan dan pabrik sehingga memiliki pandangan untuk membuat keputusan terbaik," ucap Taylor.

Sebagai contoh, Taylor mengungkapkan kelompok penelitian P&G di Jepang kerap mengunjungi rumah warga untuk memantau konsumen menggunakan produk pembersih. Dia menekankan agar karyawannya mampu memahami tantangan P&G dan memberikan solusi. Mereka bukan hanya mengetahui gelembung permukaan, tetapi juga memiliki pandangan mendalam.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3224 seconds (0.1#10.140)