Nilai Saham Layu Setelah Melantai

Senin, 04 Desember 2017 - 08:00 WIB
Nilai Saham Layu Setelah Melantai
Nilai Saham Layu Setelah Melantai
A A A
JAKARTA - Mudah-mudahan saja harga saham PT Wijaya Karya Gedung (WEGE) tak mengalami nasib layu pasca-penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) pada Kamis (30/11/2017) pekan lalu. Soalnya, dua saham anak BUMN yang telah lebih dahulu melakukan IPO, yaitu PT PP Presisi Tbk. (PPRE) dan PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk. (GMFI) terkena sindrom seperti itu.

Sejak dilepas ke pasar, respons investor terhadap saham WEGE begitu antusias. Itu terlihat dari kenaikan harga yang dicapai WEGE sebesar 3,45% dari posisi Rp290 ke level Rp300. Kenaikan itu terkait dengan terjadinya kelebihan permintaan (oversubscribed) sebesar 216% pada saat penawaran. "Oversubscribed ini menunjukkan bahwa animo terhadap saham WIKA Gedung begitu besar," ujar Nariman Prasetyo, Direktur Utama WEGE, saat jumpa pers di Gedung BEI, Jakarta.

Kondisi yang dialami oleh WEGE saat ini hampir sama dengan yang pernah "menimpa" saham GMFI. Saat pencatatan pertama, saham itu mengalami oversubscribed sebanyak 2,6 kali. Harganya pun sempat naik dari posisi Rp400 ke level Rp408 per lembar saham. Tak lama kemudian, harga GMFI melempem ke level Rp382 per lembar saham. Sampai saat ini, harga saham itu terus melemah ke level Rp348.

Begitu pula dengan nasib yang dialami saham PT PP Presisi. Sejak ditawarkan pada 24 November, saham berkode PPRE ini naik 0,47% atau setara dua poin ke posisi Rp432 per saham. Bahkan, harga saham ini sempat menyentuh level tertinggi di level Rp440. Perlahan tapi sepertinya pasti, saham PPRE justru turun ke 0,47% ke posisi Rp428. Sampai Kamis (30/11/2017) lalu, harga saham itu telah anjlok sebesar 12,27% dari level Rp440 ke posisi Rp386.

Melemahnya harga saham PPRE dan GMFI tentu saja menimbulkan tanda tanya. Sebab, seharusnya saham-saham itu menjadi koleksi para investor sehingga harganya naik. Bagaimana pun, anak-anak BUMN itu merupakan emiten yang punya kinerja kinclong. "Sebenarnya, saham-saham anak BUMN sangat menarik karena mereka memang menawarkan kinerja yang sangat baik," kata Reza Priyambada, analis senior Binaartha Sekuritas, Rabu (29/11/2017) pekan lalu.

Lalu apa sebenarnya yang menyebabkan saham-saham perusahaan terus melorot setelah penawaran perdana? Simak laporan selengkapnya di Majalah SINDO Weekly Edisi 40/VI/2017 yang terbit Senin (4/12/2017).
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5756 seconds (0.1#10.140)