Proyek Integrated Tunnel Dimulai pada Tahun 2018

Jum'at, 22 Desember 2017 - 08:29 WIB
Proyek Integrated Tunnel Dimulai pada Tahun 2018
Proyek Integrated Tunnel Dimulai pada Tahun 2018
A A A
JAKARTA - Proyek pembangunan terowongan jalan tol dan pengendalian banjir terpadu Jakarta siap dilaksanakan pertengahan 2018 mendatang.

Pembangunan Jakarta Integrated Tunnel (terowongan terpadu) yang menelan dana Rp40 triliun itu diyakini mampu kurangi banjir dan macet sekitar 80%. Pembangunan integrated tunnel itu merupakan bagian dari pem ba ngunan enam ruas jalan tol dalam kota, di mana dua trase Balekambang-Manggarai dan Ulujami-Tanah Abang di ker jakan dalam bawah tanah, terintegrasi dengan pengendalian banjir.

Untuk Balekambang-Manggarai akan memotong Sungai Ciliwung, sedangkan Ulujami-Tanah Abang memotong Sungai Pesanggrahan, sehingga banjir dan macet yang menjadi permasalahan utama di Jakarta bisa teratasi dengan integrasi tunnel tersebut.

“Banjir dan macet akan berku rang sekitar 80% dengan ada nya pembangunan terowong an terpadu ini. Karena urgensi banjir, proyek ini dimajukan dari rencana 2023, kemungkinan di pertengahan tahun depan kita akan groundbreaking. Pembangunan sekitar tiga tahun,” ungkap Komisa ris Utama PT Antaredja Mulia Jaya ML Wi bisono saat dihubungi kemarin.

Wibisono sudah melaporkan kajian soal kelanjutan in tegrated tunnel yang dilakukan timnya kepada Wakil Gu ber nur DKI Jakarta Sandiaga Uno pada Rabu (20/12/2017). Selain bisa berfungi untuk pengendali banjir dan jalan tol, terowongan terpadu ini juga bermanfaat sebagai bahan baku air minum dan power plan, yaitu menyiapkan tenaga listrik sebesar 600 megawatt.

Wibisono menegaskan, kajian pembangunan tero wongan jalan tol dan pengendalian banjir yang merupakan penugasan Pemprov DKI kepada PT Antaredja telah selesai dilakukan. Bahkan, pihaknya sudah mendapatkan pendanaan dari Ryan Project Funding Amerika Serikat sesuai yang dibutuhkan, yakni sekitar USD3 miliar atau sekitar Rp40,6 triliun.

Jadi, soal pembiayaan tidak menggunakan anggaran pemerintah sehingga tidak membebani APBD ataupun APBN. Nantinya, kata Wibisono, pihaknya akan bekerja sama dengan Ryan Project menggunakan skema konsensi seperti jalan tol dengan waktu selama 45 tahun.

Untuk itu, dalam laporan kajian yang dilakukannya Rabu (20/12/2017) kepada Wakil Gubernur DKI Sandiaga Uno, dia berharap DKI bisa mempercepat perjanjian business to business-nya.

Menurut dia, program ini sudah masuk Rencana Pemerintah Jangka Menengah Daerah Pemprov DKI 2013-2017. Terpisah, Wakil Gubernur Sandiaga Uno menegaskan pihaknya sudah memerintahkan Deputi Gubernur Bidang Transportasi untuk mempelajari kajian yang diberikan PT Antaredja sebelum mengambil keputusan.

Menurut dia, ada yang menarik dari integrated tunnel selain fungsi atasi kemacetan dan banjir, yakni penyediaan air bersih serta pembangkit tenaga listrik.

“Kami mengapresiasi kajian yang di lakukan PT Antaredja terkait integrated tunnel dengan waktu tiga tahun membuat kajian. Ini proyek Pak Jokowi yang cukup baik,” ungkapnya.

Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Yuke Yurike menilai proyek pembangunan integrated tunnel yang pernah diwacanakan pada kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) merupakan terobosan besar dalam penanganan banjir dan macet di Jakarta.

Menurut dia, per masalahan banjir dan macet memang membutuhkan sebuah terobosan besar di luar pengintegrasian antarmoda dan normal isasi sungai. Kendati demikian, politikus PDI Perjuangan itu meminta agar kajian perencanaan integrated tunnel dan rencana peraturan daerah (raperda) pemanfaatan ruang bawah tanah dapat diselesaikan sebelum semuanya dibangun dan dioperasikan.

“Kalau memang kajiannya sudah ada, ya harus dipelajari lagi oleh Pemprov DKI sehingga tidak keluar dari rencana pembangunan yang sudah ada,” ungkapnya. Selain itu, lanjut Yuke, proyek integrated tunnel yang juga merupakan bagian dari enam ruas tol dalam kota harus benar-benar dapat saling terintegrasi dan menguntungkan Pemprov DKI.

Jangan sampai, kata dia, Jakarta hanya menjadi tempat lalu lalang kendaraan pribadi yang keluar-masuk dari daerah mitra. “Pada prinsipnya, kami mendukung pembangunan untuk mengurai kemacetan. Tetapi harus dipikirkan jangka panjangnya. Jangan sampai Jakarta cuma dapat asap dan macet dari kendaraan pribadi enam ruas tol dalam kota,” ujarnya.

Malaysia Sudah Membangun
Sudah ada banyak negara yang telah membangun integrated tunnel untuk mengurangi kemacetan dan banjir. Salah satunya adalah Terowongan Stormwater Management and Road Tunnel (SMART Tun nel) beroperasi di Kuala Lumpur, Malaysia yang berfungsi sebagai pengendali banjir dan jalan raya.

Terowongan sepanjang 9,7 km itu merupakan jaringan drainase banjir ter panjang di Asia Tenggara dan kedua terpanjang di Asia. Tujuan utama terowongan ini ialah menyelesaikan masalah banjir singkat di Kuala Lumpur dan mengurangi kemacetan lalu lintas di sepanjang Jalan Sungai Besi dan Loke Yew di Pudu saat jam sibuk.

Ada dua komponen dalam tero wong an ini, yakni terowongan air hujan dan terowongan mobil. Ini merupakan tero wongan multiguna terpanjang didunia. Pada 2011, terowongan SMART menerima UN Habitat Scroll of Honour Award atas inovasi dan manajemen unik dalam pengendalian banjir dan ke macetan lalu lintas.

Terowongan ini berawal di Kampung Berembang dekat Sungai Klang di Ampang dan berakhir di Taman Desa dekat Sungai Ke rayong di Salak South. Proyek ini dipimpin oleh pemerintah Malaysia dan perusahaan patungan antara Gamuda Berhad dan Malaysian Mining Corporation Berhad (MMC).

Adapun Jepang membangun terowongan besar diutara Tokyo dengan ukuran sangat besar sehingga dapat menampung Patung Liberty di Amerika Serikat. Besarnya skala bangunan bawah tanah itu digunakan untuk melindungi Tokyo dari banjir. Sejumlah terowongan terhubung kebagian pusat terowongan utama antibanjir yang selesai dibangun pada 2006.

Sistem itu dibangun dengan dana USD2 miliar dan menjadi contoh luar biasa bentuk pertahanan kota-kota global dalam menghadapi cuaca ekstrem akibat perubahan iklim.

“Kami bersiap menghadapi banjir melebihi apa pun yang pernah kita lihat. Hingga sekarang, paling tidak, kami telah berhasil,” kata Kuniharu Abe, yang memimpin pengelolaan terowongan bawah tanah itu.

Selain Jepang, terowongan terpadu juga sudah dibangun di sejumlah negara lain di antaranya di Singapura, Hong Kong, dan Amerika Serikat. Sementara itu, pengamat perkotaan Universitas Trisakti Nirwono Joga menilai pembangunan integrated tunnel belum mendesak dilakukan di Jakarta.

Apalagi, Jakarta belum memiliki rencana induk ruang bawah tanah yang mencakup seluruh wilayah DKI Jakarta. Nirwono menjelaskan, penanganan banjir dan macet dua hal yang berbeda sehingga solusinya juga harus berbeda.

Banjir, kata dia, lebih pada salah kelola air hujan. Untuk kemacetan, lanjut Nirwono, solusinya tetap fokus pada pembangunan transportasi massal yang terpadu, serta didukung trotoar dan jalur sepeda yang aman dan nyaman. (Bima Setiyadi/ Syarifudin)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5208 seconds (0.1#10.140)