Investor Muda Zaman Now Dominasi Pasar Modal Indonesia

Kamis, 28 Desember 2017 - 10:49 WIB
Investor Muda Zaman Now Dominasi Pasar Modal Indonesia
Investor Muda Zaman Now Dominasi Pasar Modal Indonesia
A A A
JAKARTA - Dominasi anak muda zaman now bukan saja merambah bidang teknologi informasi, namun juga merasuk ke pasar modal Indonesia. Berdasarkan data dari PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), investor muda dengan usia 30 tahun ke bawah mendominasi jumlah investor Tanah Air.

Rinciannya, dari total investor pasar modal berjumlah 1.118.913, investor muda menguasai 30,06% (berumur 20 tahun ke bawah sebesar 3,82% dan usia 21-30 tahun 26,24%). Investor yang berumur 31-40 tahun sebesar 25,12%, 41-50 tahun 23,02%, 51-60 tahun 13,95%, 61-70 tahun 5,81%, 71-80 tahun 1,71% dan lebih dari 80 tahun 0,33%. "Usia investor kita didominasi anak zaman now, jarak usia 21-30 tahun mendominasi sebesar 26,24%," ujar Direktur Utama KSEI Friderica Widyasari Dewi di Jakarta, Rabu (27/12/2017).

Jumlah investor ritel di pasar modal Indonesia mengalami kenaikan cukup signifikan. Hingga 20 Desember 2017 ada pertumbuhan investor 25,24% menjadi 1,1 juta investor dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Jika dilihat dari tahun ke tahun, peningkatan tahun ini cukup signifikan, pada 2012 jumlah investor sebanyak 281.256, kemudian pada tahun 2013 mencapai 320.506 investor. Untuk tahun 2014 tercatat jumlah investor meningkat ke angka 364.456, kemudian pada 2015 naik menjadi 434.107. Ada pun pada tahun 2016 tercatat mencapai 894.116 investor, hingga per 20 Desember 2017 kemarin menembus angka 1.118.913 investor.

Jumlah investor tersebut merupakan jumlah single investor identification (SID) terkonsolidasi yang terdiri atas investor saham, surat utang, reksa dana, surat berharga (SBSN) dan efek lain yang tercatat di KSEI. "Dulu sangat sulit untuk kita tembus 1 juta investor. Sekarang kita bahkan sudah bisa mencapai 1,1 juta investor," paparnya.

Berdasarkan jenis kelamin, investor pria sebesar 59,3%, wanita sebesar 40,7%. Untuk kategori pekerjaan, investor didominasi oleh pegawai swasta 52,07%. Kemudian diikuti oleh pelajar 15,61%, lalu pengusaha sebesar 2,49%. Pegawai negeri sipil (PNS) tercatat hanya 6,24%, sedangkan untuk pekerjaan lainnya 5,49%. Ibu rumah tangga juga turut menyumbang persentase, 4,79%, kemudian pensiunan sebesar 1,98%. Jumlah investor terkecil adalah guru, 1,03%. "Untuk kategori pendidikan investor, yang memiliki jenjang pendidikan S-1 merupakan yang terbanyak, 51,21%," bebernya.

Sementara itu, aset di C-BEST mengalami pertumbuhan sebesar 19,33% menjadi Rp4.269,04 triliun. Total aset yang tercatat di C-BEST selama 2012 hingga Desember 2017 meningkat 54,5% dari Rp2.762,22 triliun menjadi Rp4.269,04 triliun. Kenaikan tersebut sejalan dengan meningkatnya indeks harga saham gabungan (IHSG) di pasar modal. Total aset yang tercatat di C-BEST tanggal 20 Desember 2017 masih didominasi kepemilikannya oleh investor lokal sebesar 54,59%. Persentase tersebut meningkat dari tahun sebelumnya (per Desember 2016), saat kepemilikan lokal mencapai 51,77%. "Ini menunjukkan kontribusi investor domestik yang semakin besar di pasar modal Indonesia," ungkap Friderica.

Direktur Utama MNC Sekuritas Susy Meiliana mengatakan, jumlah investor Indonesia sangat bergantung pada tingkat edukasi dan literasi pasar modal sejak dini. Investor lokal Indonesia memang masih ketinggalan jauh dibanding negara ASEAN lain. Pengalaman awal pasar modal Indonesia membutuhkan investasi awal saham yang mahal dan membuat enggan atau entrance barrier yang tinggi. Sekarang muncul inovasi dengan adanya perubahan lot sehingga dengan Rp100.000 sudah bisa jadi investor saham yang dampaknya jumlah investor perlahan tapi pasti terus bertambah.

Data terakhir KSEI, total investor, termasuk reksadana, sudah mencapai 1,1 juta investor. "Menurut saya ini progres yang bagus dan harus terus dikembangkan dengan edukasi yang gencar. Untuk itu, semua stakeholders harus turun tangan," ujar Susy saat dihubungi di Jakarta, Rabu (27/12/2017).

Dia mencontohkan kegiatan di Korea Selatan, yaitu sejak jenjang taman kanak-kanak sudah diajak melakukan tur ke bursa saham di sana. Mereka bisa simulasi dengan permainan yang menarik untuk usia dini. Di Indonesia kegiatan terkait pasar modal ini baru dimulai pada generasi SMP atau SMA. "Dulu zaman saya kuliah belum ada mata kuliah pasar modal, tapi sekarang OJK maupun SRO sudah mulai membuat terobosan-terobosan yang sudah saya lihat, hanya ini perlu melibatkan lebih banyak pihak agar hasilnya signifikan," ujarnya.

Sebelumnya Ketua Umum Asosiasi Analisis Efek Indonesia Haryajid Ramelan mengatakan, tren investor muda saat ini sangat jauh berbeda dengan zaman dulu. Saat ini pasar modal sudah jamak digunakan sebagai instrumen kemerdekaan finansial bagi anak muda. Apa pun yang mereka inginkan bisa dibiayai dari transaksi di pasar modal. "Sudah banyak anak muda yang mampu membeli mobil sendiri dari pasar modal. Ada pula yang bertujuan membiayai pernikahannya sendiri. Mereka bisa memilih menggunakan pakaian santai namun berpenghasilan tinggi dari investasi pasar modal," kata Haryajid beberapa waktu lalu.

Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Bunda Mulia Kandi Sofia Senastri Dahlan juga menambahkan, investor muda tidak lagi menggunakan teori "jangan letakkan telur satu keranjang". Mereka justru melakukan investasi untuk modal bisnis lain seperti kafe atau restoran.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4763 seconds (0.1#10.140)