Harga Minyak Dunia Melompat Tinggi, Analis Beri Peringatan

Rabu, 10 Januari 2018 - 10:07 WIB
Harga Minyak Dunia Melompat Tinggi, Analis Beri Peringatan
Harga Minyak Dunia Melompat Tinggi, Analis Beri Peringatan
A A A
SINGAPURA - Harga minyak dunia mencapai level tertinggi sejak tahun 2014 pada perdagangan Rabu (10/1/2018), karena pemotongan produksi yang dipimpin oleh OPEC terus berlanjut. Ditambah permintaan yang sehat, meski begitu para analis memperingatkan bahwa pasar minyak internasional mungkin terlalu panas.

Seperti dilansir Reuters, pasar saham global yang mencetak reli turut mendorong investasi ke minyak mentah berjangka. Tercatat harga minyak mentah berjangka Amerika Serikat (AS) West Texas Intermediate (WTI) berada di level USD63,40 per barel pada pukul 01:00 GMT.

Minyak AS bertambah 44 sen atau 0,7% di atas sesi perdagangan terakhir, untuk sekaligus menandai kenaikan tertinggi sejak Desember 2014 sebesar USD63,53 per barel pada awal perdagangan. Sementara harga minyak mentah Brent yang menjadi patokan internasional diperdagangkan pada posisi USD69.15 per barel.

Angka tersebut mengalami lonjakan 33 sen atau setara 0,5% di atas penutupan dalam sesi sebelumnya. Pada perdagangan akhir, Selasa kemarin Brent menyentuh level USD69,29/barel untuk jadi lompatan terkuat pada MEI 2015 dan sebelum itu yakni di Desember 2014.

"Perpanjangan perjanjian OPEC (pemotongan produksi hingga akhir 2018) ditambah persediaan yang menurun. Semuanya membantu menaikkan harga lebih tinggi," jelas Analis Investasi Rivkin Securities Australia yakni William O'Loughlin.

Dalam upaya menopang harga, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) bersama-sama dengan Rusia dan sekelompok produsen lainnya November lalu memperpanjang kesepakatan pemotongan produksi yang akan berakhir pada bulan Maret tahun ini untuk mencakup sepanjang tahun 2018.

Pemangkasan tersebut, yang sebagian besar ditargetkan ke Eropa dan Amerika Utara, ditujukan untuk mengurangi overhang pasokan global yang telah mengincar pasar minyak sejak 2014. The American Petroleum Institute mengatakan pada akhir Selasa bahwa persediaan minyak mentah turun 11,2 juta barel pada minggu ke 5 Januari menjadi 416,6 juta barel.

Di tengah jatuhnya produksi yang telah mendorong kenaikan harga minyak mentah lebih dari 13% sejak awal Desember, ada indikator pasar yang terlalu panas. Di Amerika Serikat, produksi minyak mentah C-OUT-T-EIA diperkirakan menembus 10 juta barel per hari (bpd) bulan ini, mencapai tingkat yang hanya dimiliki Rusia dan Arab Saudi.

Di Asia, wilayah konsumen minyak terbesar di dunia, penyuling mencetak harga tinggi dan persediaan bahan bakar yang cukup banyak. "Salah satu bidang yang menjadi perhatian, terutama di Asia, adalah margin penyulingan (rendah). Penurunan margin ini dapat mengurangi permintaan penyuling minyak Asia untuk kenaikan harga minyak mentah dalam waktu dekat dan membebani harga global," kata Sukrit Vijayakar, direktur dari konsultan energi Trifecta.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.1865 seconds (0.1#10.140)