Harga Beras di Daerah Ini Terus Bergerak Naik

Rabu, 10 Januari 2018 - 18:08 WIB
Harga Beras di Daerah Ini Terus Bergerak Naik
Harga Beras di Daerah Ini Terus Bergerak Naik
A A A
SALATIGA - Harga semua jenis beras di Salatiga, Jawa Tengah (Jateng) dalam beberapa pekan belakangan mengalami kenaikkan hingga sebesar Rp4.000 per kg. Misalnya, beras jenis C4 super, harganya saat ini mencapai Rp13.000 per kg atau naik Rp4.000 dari harga semula Rp9.000 per kg.

Sementara, harga beras jenim umbul saat ini berkisar Rp8.8000 atau naik Rp1.000 dari harga sebelumnya Rp7.800 per kg. Beras jenis C4 harganya saat ini berkisar Rp10.000 per kg, pandan wangi Rp11.500 per kg dan beras jenis GH Rp10.000 per kg.

Salah seorang pedagang beras di Pasar Blauran, Salatiga, Aminatun (41) warga Bringin, Kabupaten Semarang menuturkan, kenaikkan harga beras terjadi sejak akhir Desember 2017. Kondisi ini dipicu minipisnya stok gabah dan beras ditingkat petani menyusul sebagian besar beras telah dijual dan saat ini belum memasuki masa panen.

"Karena stok minim, harga menjadi naik. Saya sendiri menjual beras dengan harga terendah Rp9.000 per kg. Sebelumnya harga beras kualitas paling rendah sekitar Rp8.000-an. Untuk beras jenis C4 super saya jual dengan harga Rp13.000 per kg," ujarnya, Salatiga, Rabu (10/1/2018).

Menurutnya, harga beras akan turun setelah para petani mulai panen. Diperkirakan masa panen padi dimulai pada Februari. "Harga beras diperkirakan masih bisa naik lagi sebelum memasuki masa panen. Dan harga akan normal setelah memasuki panen raya dan stok di pasaran banyak," kata dia.

Pedagang lain, Tumiyati (52) mengatakan, harga beras di Salatiga bergantung pada produksi beras di beberapa daerah di Jawa Tengah seperti Kabupaten Semarang, Sragen, Solo, Klaten dan daerah lainnya. Apabila produksi di daerah penghasil padi di Jawa Tengah melimpah, maka harga beras di Salatiga juga stabil.

"Tapi jika produksi sedikit dan stok menipis, maka harga beras di Salatiga akan tinggi. Sebab, sebagian besar kebutuhan beras di Salatiga di pasok dari daerah lain. Saya sendiri juga bingung, jika stok beras di daerah Sragen, Solo dan Klaten habis, akan kemana lagi mencari beras untuk memenuhi permintaan konsumen di Salatiga," ujarnya.

Sementara itu, seorang petani Muawanah (59) warga Tingkir, Salatiga menuturkan, minimnya stok beras dikarenakan saat ini petani tidak bisa memproses gabah menjadi beras dalam jumlah yang banyak. Ini terjadi karena faktor cuaca.

"Tingginya curah hujan, membuat pengeringan gabah tidak bisa cepat. Dua minggu dijemur belum tentu kering. Padahal, untuk bisa diproses menjadi beras, gabah harus benar-benar kering," kata dia.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7102 seconds (0.1#10.140)