Indeks Miliarder Bloomberg, Jeff Bezos Salip Kekayaan Bill Gates

Kamis, 11 Januari 2018 - 17:00 WIB
Indeks Miliarder Bloomberg, Jeff Bezos Salip Kekayaan Bill Gates
Indeks Miliarder Bloomberg, Jeff Bezos Salip Kekayaan Bill Gates
A A A
NEW YORK - Daftar peringkat orang terkaya di dunia kini didominasi para pendiri perusahaan teknologi. The Big Five; Amazon, Microsoft, Facebook, Alphabet, dan Apple selalu masuk deretan teratas. Sebaliknya, bisnis ritel mengalami penurunan secara signifikan. Di luar persaingan itu, The Big Five sudah menguasai bidang mereka masing-masing seperti alat high-end, distribusi konten digital dan aplikasi toko online, mesin pencarian dan iklan, media sosial, e-commerce, cloud service, dan perangkat lunak. Hal itu didukung modal kuat dan kemampuan inovasi yang hebat.

Dalam daftar Indeks Miliarder Bloomberg terbaru yang dirilis kemarin, pendiri Amazon.com Jeff Bezos dinobatkan sebagai orang paling kaya di dunia setelah kekayaannya mencapai rekor tertinggi USD105,1 miliar. Dari daftar indeks tersebut, banyak juga muncul miliarder-miliarder yang kekayaannya dihasilkan dari bisnis berbasis internet. Hal ini menunjukkan bahwa masa depan bisnis berbasis internet terus berkembang dari tahun ke tahun.

Seperti halnya saham Amazon yang pada awal 2018 saja membukukan kenaikan 6,6% sehingga kekayaan Bezos bertambah USD6 miliar, sedangkan dalam setahun terakhir valuasi pasar Amazon meningkat hampir 57%. Kekayaan pria berusia 53 tahun itu ditopang bisnis ritel online yang akhir tahun lalu mendapat momentum dari perayaan Thanksgiving. Laporan terbaru menyebutkan, perusahaan yang berkantor pusat di Seattle itu berhasil meraup 89% dari 100% penjualan barang secara online di AS.

Loncatan itu menambah kekayaan Bezos hingga melampaui rekor yang pernah dicatat CEO Microsoft Corp Bill Gates pada 1999. Bezos mulai menyalip Bill Gates pada Oktober 2017 dengan kekayaan bersih USD93,8 miliar. Sebulan kemudian, kekayaannya melampaui angka USD100 miliar saat Black Friday bergulir.

Bill Gates sebenarnya mengantongi kekayaan bersih lebih dari USD150 miliar jika sebagian asetnya tidak disumbangkan ke pihak yang lain. Gates memang dikenal dermawan karena gemar mengamalkan kekayaannya ke Yayasan Bill & Melinda Gates. Sejak 1996 silam, Gates menyumbangkan hampir USD700 juta saham Microsoft, uang tunai USD2,9 miliar, dan aset lainnya.

Selain Bezos, miliarder yang berada di 10 besar terkaya adalah Bill Gates, Warren Buffett, Mark Zuckerberg, Amancio Ortega, Carlos Slim, Bernard Arnault, Larry Page, Larry Ellison, dan Sergey Brin. Dari 10 besar orang terkaya, enam di antaranya termasuk Bezos berasal dari industri berbasis teknologi dan internet.

Sementara secara total, dari 500 orang terkaya versi Bloomberg, tercatat 57 miliarder yang berbisnis di sektor teknologi dan internet. Jumlah miliarder terbanyak lainnya berasal dari sektor diversifikasi bisnis sebanyak 63 orang. Adapun sisanya berasal dari berbagai sektor lain seperti jasa, ritel, hiburan, kesehatan, makanan minuman.

Namun, laporan Bloomberg yang mengklaim Bezos sebagai orang terkaya di sepanjang sejarah menuai kritikan dari Forbes. Menurut majalah tersebut, Bezos bukan orang terkaya yang pernah ada di sepanjang sejarah. "Jika didasarkan pada penyesuaian inflasi, Bill Gates sebelumnya juga akan memiliki kekayaan lebih besar, yakni USD150 juta," ungkap Forbes.

Meski demikian, Forbes yang mendata kekayaan global sejak 30 tahun lalu tak menampik kekayaan Bezos terus melambung melampaui USD100 miliar sehingga menjadi orang terkaya di dunia. Dalam dua tahun terakhir, kekayaan bersih Bezos meningkat USD50 miliar, lebih besar dari produk domestik bruto Islandia, Belize, atau Monako dalam periode yang sama.

"Bill Gates yang kini mempunyai kekayaan USD92 miliar juga akan lebih kaya jika tidak menyumbangkan saham Microsoft senilai USD36 miliar," ungkap Forbes. "Kami menyadari kekayaan Bezos juga sangat stabil. Dia kemungkinan akan menjadi orang terkaya di dunia untuk pertama kali pada ranking Forbes 2018," tulis Forbes.

Di antara 500 daftar orang terkaya di Indeks Miliarder Bloomberg, terdapat enam miliarder asal Indonesia. Mereka adalah Budi Hartono di posisi 101 dengan kekayaan bersih USD13,2 miliar, Michael Hartono di posisi 111 (USD12,7) miliar, Tan Siok Tjien di posisi 138 (USD10,6 miliar), Eka Widjadja di posisi 196 (USD8,21 miliar). Kemudian, Prakash Lohia di posisi 242 dengan kekayaan USD7,01 miliar dan Anthoni Salim di posisi 486 (USD4,27 miliar).

"Budi dan saudaranya, Michael, merupakan co-owner Djarum Group. Dua saudara itu juga pemegang saham terbesar Bank Central Asia (BCA) yang memiliki revenue USD4 miliar pada 2016," ungkap Bloomberg.

Mayoritas kekayaan Budi berasal dari 29% sahamnya di BCA, bank terbesar di Indonesia berdasarkan nilai pasar. Dia mengelola saham itu melalui perusahaan holding PT Dwimuria Investama Andalan. Dia juga mempunyai saham sebesar 17% di Sarana Menara Nusantara melalui perusahaan holding PT Sapta Adhikari Investama.

Di luar 10 besar, ada Jack Ma, miliarder China yang kekayaannya tumbuh pesat berkat bisnis e-commerce Alibaba Group. Ma berada di daftar nomor 14 dengan jumlah kekayaan mencapai USD48,3 miliar. Khusus awal 2018, kekayaan Ma bahkan bertambah sebesar USD2,83 miliar berkat aktivitas jual-beli online dari sekitar 400 juta pengguna aktif melalui situs belanja Taobao dan Tmall, anak usaha Alibaba.

Sosok miliarder lain yang sangat lekat dengan inovasi dan teknologi adalah Elon Musk, pendiri Tesla Motor. Pria kelahiran 28 Juni 1971 itu berada di urutan nomor 45 terkaya versi Bloomberg dengan jumlah kekayaan mencapai USD20,8 miliar.

Diminati Investor
Pakar marketing Yuswohady mengatakan, sektor digital memainkan peranan penting terhadap lahirnya orang kaya baru di dunia. Menurutnya, bisnis digital berbasis internet merupakan sektor yang paling diminati oleh investor pemegang saham. "Jadi, ini investor darling. Kita lihat Amazon misalnya, dahulu Amazon hanya dikenal sebagai toko buku, namun merambah pesat bahkan mengalahkan Microsoft. Nilai kapitalisasinya di pasar saham sangat besar dari fluktuasi harga saham," ujar dia kepada KORAN SINDO, Rabu (10/1/2018) malam.

Yuswohady menilai investor di pasar saham akan selalu melihat value di sektor digital internet. Dia juga dibandingkan dengan ritel konvensional seperti Wal-Mart yang posisinya bisa saja surut dibandingkan dengan Amazon. Meski demikian, para pendiri Wal-Mart kini masih bertengger di 20 besar daftar miliarder Bloomberg. "Porsinya sebagian besar bisa saja diambil oleh sektor online," ucapnya.

Yuswohady menambahkan, ekonomi dunia terutama di pasar saham saat ini dikendalikan oleh empat besar investor tarling, yakni Amazon, Google, Apple, serta Facebook. "Era digital itu skalanya global dan akan terserap di satu platform. Misalnya di ritel tidak jauh-jauh akan dikuasai oleh Amazon, diikuti Alibaba. Bahkan, Amazon juga sudah merambah bisnis data cloud," ujarnya.

Dia menambahkan, empat besar perusahaan global tersebut akan menggembosi lini industri lain yang selama ini bermain konservatif, seperti sektor pertambangan, properti, ataupun manufaktur.

Sementara itu, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan, transisi orang kaya tahun ini bisa saja menggeser sosok miliar der konservatif dalam lima tahun ke belakang. Hal itu dipengaruhi oleh perubahan devaluasi aset yang begitu besar karena kehadiran sektor digital.

"Transisinya memang besar dalam sepuluh tahun terakhir sejak kemunculan Google maupun Facebook. Tadinya akumulasi kekayaan yang berada di industri konservatif seperti manufaktur, tambang, properti, kini bergeser ke teknologi digital. Jadi kalau dahulu kekayaan itu bisa dihitung dari aset, sekarang ini tidak begitu sekarang ini eranya ada di inovasi," ujarnya.

Menurutnya, jika melihat tren maka posisi sektor ekonomi digital makin lama makin membesar. Bahkan, kata dia, 80% posisi 100 orang kaya di dunia pengusaha yang fokus di digital internet akan bertahan lama. "Tentunya ini akan menjadi peluang dan memberikan pengaruh besar terhadap sektor-sektor lain yang serba digital. Apakah itu ritel, bahkan bukan tidak mungkin sektor properti yang memanfaatkan perpaduan digital juga masih memungkinkan untuk berkembang," pungkasnya.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.2671 seconds (0.1#10.140)