China Borong 184 Pesawat Airbus Senilai Rp264,58 Triliun

Jum'at, 12 Januari 2018 - 06:22 WIB
China Borong 184 Pesawat Airbus Senilai Rp264,58 Triliun
China Borong 184 Pesawat Airbus Senilai Rp264,58 Triliun
A A A
BEIJING - Kunjungan tiga hari Presiden Prancis Emmanuel Macron ke Beijing, China, membuahkan hasil. Di hadapan Macron, Presiden China Xi Jinping mengumumkan kesepakatan bisnis dengan memborong 184 unit pesawat Airbus. Melansir dari South China Morning Post, Kamis (11/1/2018), pesawat tersebut akan dikirim pada 2019-2020 untuk 13 maskapai penerbangan di China. Kesepakatan tersebut bernilai USD19,8 miliar atau setara Rp264,58 triliun (kurs Rp13.362 per USD).

Adapun kesepakatan itu mencakup pesawat Airbus tipe A320, A380 yaitu pesawat jet penumpang terbesar di dunia, juga kemitraan antara industri Airbus dengan industri dirgantara China.

Pembelian China ini memberi angin segar bagi pesawat superjumbo A380, yang menghadapi masa depan suram karena sepinya pembeli dalam dua tahun belakangan. Bahkan, sejatinya Airbus berencana untuk memotong produksi pesawat bertingkat dua tersebut.

Untuk meningkatkan pesanan lebih banyak lagi di China di masa datang, Airbus sepakat meningkatkan kapasitas produksi pesawat A320 dan A320neo single di China. Airbus akan meningkatkan produksi bulanan A320 dari sebelumnya empat unit per bulan menjadi lima unit per bulan pada 2019. Dan menjadi enam jet per bulan pada awal tahun 2020. Pusat perakitan dan produksi ini didirikan di Tianjin, China, sejak tahun 2008 silam.

Tianjin menjadi pusat perakitan dan pengiriman Airbus di luar Eropa. Dan pada September lalu, kemitraan ini telah menyelesaikan dan mengirim Airbus A330 twin-gang untuk maskapai China. Pusat ini selanjutnya akan mengantarkan dua pesawat per bulan pada awal 2019.

Kolumnis sekaligus analis industri penerbangan China, Lin Zhijie mengatakan, perakitan ini memberi nilai tambah bagi PDB lokal dan meningkatkan kompetensi industri penerbangan China. Pasalnya kegiatan ini meliputi pemasangan kabin, interior pesawat terbang, uji terbang produksi dan pengiriman dari Tianjin.

"Jadi produksi semacam ini penting untuk PDB lokal dan kemajuan industri China. Untuk meningkatkan kompetensi industri, China harus mengembangkan kemampuan penelitian dan pengembangan jet-jetnya sendiri, "kata Lin.

Tidak hanya itu, Airbus juga akan bekerja sama lebih banyak dengan pemasok China, termasuk perusahaan swasta, untuk secara langsung menyediakan suku cadang. Mengutip dari China Daily, Chief Operating Officer Airbus Commercial Aircraft China, Francois Mery menyatakan saat ini, badan industri penerbangan milik negara China adalah pemasok dominan untuk suku cadang.

Kesepakatan bisnis di atas membuat China menjadi pasar menggiurkan bagi Airbus dan Boeing, dua raksasa pabrikan pesawat dunia. Keduanya bersaing untuk merayu China membeli produk mereka. Boeing sendiri pada tahun lalu sukses menjual 300 unit jet saat kunjungan Presiden AS Donald Trump ke Beijing. Dan mereka membangun pusat perakitan dan pengiriman Boeing yang pertama di luar Amerika Serikat, yaitu di Provinsi Zhejiang.

International Air Transport Association memperkirakan China akan melampaui Amerika Serikat sebagai pasar penerbangan terbesar di dunia pada 2024. Boeing bahkan memperkirakan China akan membutuhkan 6.810 pesawat pada tahun 2035, menjadikannya pasar terbesar di dunia dengan nilai sekitar USD1 triliun atau lebih dari Rp13.000 triliun.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.8999 seconds (0.1#10.140)