Harga Minyak Mereda Usai Tembus Level Tertinggi sejak 2014

Jum'at, 12 Januari 2018 - 11:00 WIB
Harga Minyak Mereda Usai Tembus Level Tertinggi sejak 2014
Harga Minyak Mereda Usai Tembus Level Tertinggi sejak 2014
A A A
SINGAPURA - Meskipun harga minyak mengalami penurunan, analis mengatakan bahwa fundamental pasar yang memasuki 2018 menguat karena penurunan produksi yang terus berlanjut yang dipimpin oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Rusia yang bertepatan dengan pertumbuhan permintaan yang sehat.

Seperti dikutip dari Reuters, Jumat (12/1/2018), harga minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) berada di level USD63,58 per barel pada pukul 01.12 GMT, melemah 22 sen atau 0,3% di bawah level terakhir mereka. WTI sehari sebelumnya sempat menyentuh level terkuatnya sejak akhir 2014 di level USD64,77 per barel.

Sementara harga minyak mentah brent berada di level USD69,18 per barel, turun 8 sen atau 0,1% di bawah penutupan terakhir mereka. Brent juga menandai kenaikan tertinggi pada hari sebelumnya sejak Desember 2014 di level USD70,05 per barel.

"OPEC telah berhasil mengurangi overhang persediaan dan pertumbuhan permintaan tetap kuat dalam jangka pendek," kata Sanjeev Bahl, analis pada Edison Investment Research pada 2018.

Pemotongan produksi dimulai pada Januari tahun lalu dan diperkirakan akan berlangsung hingga 2018. "Ada potensi harga minyak bergerak lebih tinggi karena persediaan normal," kata dia.

Persediaan minyak mentah komersial AS turun hampir 5 juta barel dalam sepekan sampai 5 Januari menjadi 419,5 juta barel. Hal tersebut sedikit di bawah rata-rata lima tahun lebih dari 420 juta barel.

Perusahaan hedging harga bahan bakar Global Risk Management mengatakan dalam prospek 2018 bahwa kemungkinan kenaikan harga minyak tahun ini nampaknya akan segera terjadi, terutama karena adanya pemangkasan pasokan yang terus berlanjut yang dipimpin oleh OPEC dan Rusia serta risiko politik terutama di Iran, Venezuela. dan Libya.

Global Risk Management mengatakan bahwa ini terlepas dari produksi minyak AS, saat ini sebesar 9,5 juta barel per hari (bpd), kemungkinan menembus 10 juta bpd. Faktor lain yang mungkin menghambat harga minyak mentah akan menjadi penurunan dalam pesanan kilang.

Di Asia, margin keuntungan kilang rata-rata Singapura turun di bawah USD6 per barel bulan ini, tingkat musiman terendah dalam lima tahun. Akibatnya, beberapa penyulingan telah mengurangi produksi minyak mereka dan mengurangi permintaan akan bahan baku mentah.

Dengan mempertimbangkan faktor pendukung dan penekanan harga, sebuah survei pasar terhadap lebih dari 1.000 profesional energi yang dilakukan oleh Reuters pada Januari menunjukkan ekspektasi harga minyak mentah berada pada kisaran USD60-USD70 per barel untuk 2018.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6742 seconds (0.1#10.140)