Harga Minyak Dunia Naik karena Pengetatan Pasokan dan Permintaan

Rabu, 17 Januari 2018 - 09:32 WIB
Harga Minyak Dunia Naik karena Pengetatan Pasokan dan Permintaan
Harga Minyak Dunia Naik karena Pengetatan Pasokan dan Permintaan
A A A
SINGAPURA - Harga minyak dunia naik pada perdagangan Rabu (17/1/2018), karena pengetatan pasokan dan permintaan global yang kuat, meskipun beberapa analis memperingatkan koreksi ke bawah setelah kenaikan harga lebih dari 13% dalam sebulan.

Seperti diktuip dari Reuters hari ini, kenaikan harga minyak telah didorong oleh pengurangan produksi di negara-negara OPEC dan Rusia, serta oleh pertumbuhan permintaan yang sehat.

Harga minyak mentah brent berada di level USD69,35 pada pukul 01.24 GMT, naik 20 sen atau 0,3% dari penutupan terakhir mereka. Harga minyak brent Senin kemarin mencapai level USD70,37 per barel, tertinggi sejak Desember 2014.

Sementara harga minyak AS, West Texas Intermediate (WTI) berada di level USD63,93 per barel, naik 20 sen atau 0,3% dari posisi terakhir mereka. WTI mencapai puncak tertinggi kemarin di level USD64,89 per barel sejak Desember 2014.

Dalam upaya untuk memperketat pasar dan menopang harga, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Rusia mulai menahan produksi pada Januari tahun lalu, dan pemotongan tersebut diperkirakan akan berlanjut hingga 2018.

Pengekangan ini bertepatan dengan permintaan minyak dan pertumbuhan ekonomi yang sehat, mendorong kenaikan harga minyak mentah lebih dari 13% sejak awal Desember.

"Minyak tetap didukung oleh ekonomi yang solid dengan permintaan minyak yang kuat memperketat persediaan minyak global. Pasokan surplus tahun lalu perlahan lenyap," kata Norbert Ruecker, kepala riset komoditas di bank Swiss Julius Baer.

Stok minyak mentah AS turun sebesar 11,2 juta barel dalam pekan ini menjadi 416,6 juta barel. "Setelah bertahun-tahun mengalami kelebihan pasokan, persediaannya berkontraksi jauh lebih cepat daripada yang diantisipasi pasar," kata Stephen Innes, kepala perdagangan untuk Asia Pasifik di pialang berjangka Oanda di Singapura.

Meskipun demikian, Ruecker memperingatkan bahwa ekspektasi hedge fund untuk kenaikan harga lebih lanjut telah mencapai tingkat yang lebih tinggi, terutama karena faktor risiko politik yang telah membantu meningkatkan Brent, termasuk ketegangan di Qatar, wilayah Kurdi dan di Iran yang sejauh ini tidak menyebabkan gangguan pasokan signifikan.

"Momentum bullish mungkin akan berlanjut dalam waktu dekat namun profit taking dan koreksi harus terjadi pada akhirnya," imbuh dia.

Salah satu faktor utama yang pada 2017 mencegah harga minyak mentah naik lebih lanjut adalah lonjakan produksi AS. Meski turun pada Januari karena cuaca sangat dingin di Amerika Utara, produksi minyak mentah AS diperkirakan akan segera menembus 10 juta barel per hari (bpd), yang merupakan produsen utama Rusia dan Arab Saudi.

Namun, diperlukan waktu untuk kenaikan produksi yang diharapkan ini, sehingga berdampak besar pada pasokan global. "Sementara pengebor AS mungkin akan kembali online. WTI dan Brent bisa bergerak lebih tinggi dalam waktu dekat," kata Oanda's Innes.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1160 seconds (0.1#10.140)