Rupiah Terkoreksi 19 Poin, Gagal Ambil Cuan dari Melemahnya USD

Senin, 22 Januari 2018 - 10:57 WIB
Rupiah Terkoreksi 19 Poin, Gagal Ambil Cuan dari Melemahnya USD
Rupiah Terkoreksi 19 Poin, Gagal Ambil Cuan dari Melemahnya USD
A A A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan Senin (22/1/2018) di pasar spot dibuka melemah setelah pekan lalu berakhir menguat. Melansir indeks Bloomberg, rupiah dibuka melemah 12 poin di level Rp13.328 per USD, setelah Jumat lalu ditutup di level Rp13.316 per USD.

Pada pukul 10.36 WIB, laju rupiah kembali melemah ke level Rp13.335 per USD alias jatuh 19 poin atau setara 0,14%. Data SINDOnews yang bersumber dari Limas, rupiah pada perdagangan hari ini berada di posisi Rp13.333 per USD.

Hal sama juga terpantau di data Yahoo Finance, dimana mata uang NKRI pada Senin ini melemah 24 poin atau 0,18% menjadi Rp13.334 per USD, di mana pada Jumat lalu berakhir di posisi Rp13.310 per USD.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah pada hari ini melemah 3 poin ke level Rp13.334 per USD, di mana pada Jumat dipatok di level Rp13.331 per USD.

Koreksi terhadap rupiah di awal pekan ini seiring dengan mata uang Asia yang juga melemah, sehingga mata uang NKRI gagal mengambil untung atas melemahnya USD pasca Government Shutdown.

Melansir dari Reuters, Senin (22/1/2018), indeks USD terhadap enam mata uang utama jatuh 0,1% menjadi 90,490. Dolar merosot karena tekanan Government Shutdown yang menyurutkan sentimen investor sehingga mengalihkan ke safe haven aset seperti emas. Investor sendiri sedang menunggu dan melihat perkembangan di Washington.

Alhasil euro naik 0,2% menjadi USD1,2252 EUR, setelah berhenti di puncak pada pekan ketiga Rabu lalu di level USD1,2323 EUR. Meski Government Shutdown diperkirakan sementara, karena hari ini, Partai Demokrat AS dan Partai Republik sedang melakukan pembicaraan.

Namun, kata ahli strategi mata uang di Barclays Tokyo, Shin Kadota bahwa jika shutdown membentang hingga beberapa pekan, maka mulai mengkkhawatirkan dampak negatifnya terhadap ekonomi AS.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0324 seconds (0.1#10.140)