Harga Beras Terkendali Bikin Inflasi Sulut Rendah

Minggu, 04 Februari 2018 - 16:41 WIB
Harga Beras Terkendali Bikin Inflasi Sulut Rendah
Harga Beras Terkendali Bikin Inflasi Sulut Rendah
A A A
MANADO - Inflasi Kota Manado tercatat pada angka 0,49% ketika terjadi peningkatan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 128,71 pada Desember 2017 menjadi 129,34 di bulan Januari 2018. Hal ini terlihat dari data perkembangan indeks harga konsumen atau inflasi Kota Manado pada Januari 2018 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Utara, pekan lalu.

Dari data ini, terlihat bahwa pinflasi Kota Manado sampai dengan Januari 2018 atau inflasi tahun kalender sebesar 0,49%, sedangkan inflasi "year on year" yaitu sebesar 1,83%. Gubernur Sulut Olly Dondokambey menyinggung keberhasilan Pemprov Sulut menjaga inflasi yang rendah dan stabil.

Terbukti, saat harga beras bergejolak di tingkat nasional, namun sebaliknya harga beras di Sulut tetap terkendali. "Di Sulawesi Utara, harga beras tidak bergejolak seperti di provinsi lain. Bahkan, sudah dua tahun inflasi selalu rendah dan stabil," terang Olly di Manado, Minggu (4/2/2018).

Sementara itu, terkait ketersediaan beras, gubernur menepis akan beredarnya beras impor. "Beras yang dikonsumsi masyarakat adalah beras yang dihasilkan petani. Masyarakat tidak suka dengan beras impor. Untuk itu, bersama TNI kita cetak lahan sawah seluas 750 hektar, yakni 100 hektar di Sanger, Bolmong 500 hektar dan Minahasa 300 hektar," jelasnya.

Harga beras di pasaran saat ini masih belum berubah dibandingkan bulan sebelumnya. Terpantau, beras kepala super 5 kg masih dihargai Rp60.800 per sak. Sedangkan beras Dua Merpati 20 kg harga Rp230.000. Untuk beras Dua Merpati berat 5 kg harganya Rp62.000 per sak. Beras dari Istana Pangan yakni beras Superwin 10 kg dijual Rp120.000, sedangkan 20 kg lebih murah Rp235.000.

Perkembangan harga berbagai komoditas pada bulan Januari 2018 secara umum memang mengalami peningkatan. Dijelaskan Kepala BPS Sulut, Moh Edy Mahmud, kota-kota IHK diwilayah Pulau Sulawesi yang berjumlah 11 kota, pada Januari 2018 tercatat 11 kota yang mengalami inflasi. "Inflasi yang tertinggi terjadi di Kota Pare-pare sebesar 1,38% dan inflasi terendah terjadi di Kota Manado yaitu sebesar 0,49%," sambung Edy.

Lebih lanjut Ia menambahkan, inflasi Kota Manado pada Januari 2018 terjadi karena adanya peningkatan indeks pada kelompok pengeluaran bahan makanan sebesar 1,86%, pengeluaran makanan jadi, minuman, pengeluaran perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar sebesar 0,11%, pengeluaran kesehatan sebesar 0,30% dan pengeluaran pendidikan, rekreasi, dan olah raga 0,20%.

"Sedangkan pengeluaran rokok dan tembakau sebesar -0,05% dan pengeluaran sandang terjadi penurunan indeks masing-masing sebesar -0,05% dan -0,37%," ujarnya.

Adapun komoditas yang memberikan sumbangan sepuluh terbesar terhadap inflasi Kota Manado, kata Edy, adalah tomat sayur sebesar 0,266%, daun bawang sebesar 0,075%, cabai rawit sebesar 0,043%, semangka sebesar 0,030%, angkutan udara sebesar 0,028%. "Kemudian pepaya sebesar 0,027%, upah pembantu rumah tagga sebesar 0,019%, daging ayam ras sebesar 0,019%, mujair sebesar 0,018%, dan biji nangka sebesar 0,011%," katanya.

Sementara itu BPS Sulut juga mencatat, komoditas yang yang memberikan sumbangan andil deflasi adalah lemon sebesar -0,042%, jeruk nipis sebesar -0,023%, sepatu sebesar -0,021%, apel sebesar -0,018%, air kemasan sebesar -0,015%, susu cair kemasan sebesar -0,009%, ice cream sebesar -0,007%, cakalang sebesar -0,007%, gula pasir sebesar -0,007%, dan telepon seluler sebesar -0,007%.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4745 seconds (0.1#10.140)