Minyak dan Gas Jabanusa Sumbang 30% Produksi Nasional

Jum'at, 09 Februari 2018 - 04:44 WIB
Minyak dan Gas Jabanusa Sumbang 30% Produksi Nasional
Minyak dan Gas Jabanusa Sumbang 30% Produksi Nasional
A A A
GRESIK - Produksi sumur minyak dan gas di wilayah pengembangan Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara (Jabanusa) cukup signifikan secara nasional. Harapannya setiap tahun mengalami peningkatan.

Data Satuan Kerja Khusus Perwakilan Jabanusa menunjukkan, bila saat ini jumlah sumbangan sektor produksi minyak mencapai 30% secara nasional. Sedangkan sektor gas sebesar 15% secara nasional.

"Memang dari tahun ke tahun produksi minyak dan gas nasional menurun terus. Namun, kami optimistis Jawa Timur khususnya dan Jabanusa umumnya bakal mampu meningkat," ujar Kepala Perwakilan SKK Migas Jabanusa, Ali Masyhar dalam Workshop Migas dan Pemberdayaan Masyarakat Tani, Kamis (8/2/2018).

Adapun produksi minyak Jabanusa diambil dari beberapa sumur. Diantaranya Lapangan Banyuurip dari sumur yang dikelola Petronas di Madura, JOB dan Poleng. Sedangkan sektor produksi gas diambil dari sumur Kangena Energy Indonesia, Santos dan sumur yang dikelola HCML di Madura.

Meski begitu, Ali Masyhar meminta agar masyarakat tidak terlena dengan kekayaan minyak dan gas bumi nasional, karena produksi yang ada saat ini terus turun sedangkan konsumsi terus naik. "Produksi yang ada saat ini sekitar 800 ribu barel per hari, dan itu merupakan sisa dari lapangan atau sumur tua," katanya.

Dijelaskan, bila posisi migas nasional saat ini adalah sebagai importir dan bukan eksportir. Kalau peringkat, stok minyak nasional di dunia saat ini ada di urutan 28. "Sedangkan untuk gas ada di urutan 14. Dan tertinggi adalah Venezuela dan Arab Saudi," katanya.

Oleh karena itu, ia meminta agar masyarakat realistis terhadap keberadaan migas nasional serta mengubah cara pandang yang salah terkait stok migas, supaya dapat menghemat dan bijak dalam menggunakan sumber daya alam tersebut.

Ali mengatakan, selain produksinya terus turun, investasi migas nasional juga selalu mengalami kendala klasik, dengan rincian 80% kendala nonteknis dan 20% teknis. "Masalah nonteknis klasik terdiri dari perizinan di birokrasi pusat dan daerah, serta permasalahan sosial, penyiapan lahan dan pengenaan pajak," katanya.

Ali yang berbicara sebagai narasumber berharap, banyaknya masalah dalam industri migas dapat diberikan solusi melalui pemikiran para pelaku media, dan ditemukan lagi sumur yang menjadi potensi migas nasional.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8406 seconds (0.1#10.140)