Ini Saran Bank Commonwealth Soal Investasi Reksa Dana Bulan Ini

Minggu, 11 Maret 2018 - 09:30 WIB
Ini Saran Bank Commonwealth Soal Investasi Reksa Dana Bulan Ini
Ini Saran Bank Commonwealth Soal Investasi Reksa Dana Bulan Ini
A A A
JAKARTA - Mempertimbangkan peningkatan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di tahun 2017 yang banyak dikontribusikan oleh kenaikan saham berkapitalisasi besar dan diikuti dengan kinerja yang cukup baik dari pasar saham dan obligasi Indonesia di awal tahun 2018, Bank Commonwealth menilai bahwa alokasi porsi investasi yang lebih besar pada kelas aset ekuitas merupakan pilihan yang obyektif untuk investasi reksa dana sepanjang bulan Maret ini.

Koreksi pasar yang terjadi dalam beberapa hari terakhir yang semakin diperdalam akibat respon pasar atas kebijakan pemerintah Indonesia meningkatkan subsidi memberikan kesempatan bagi para investor untuk mengevaluasi kembali portfolio investasi. Kebijakan pemerintah untuk meningkatkan subsidi merupakan langkah yang cukup bijak mengingat konsumsi dalam negeri saat ini belum sepenuhnya pulih terbukti dengan rilis angka pertumbuhan konsumsi rumah tangga di 2017 yang hanya naik 4,95% (year on year/yoy), turun 0,05% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 5,01%.

Pasar luar dan dalam negeri saat ini dipengaruhi oleh dua faktor utama yang memberikan dampak besar. Yang pertama, niat pemerintah AS untuk menaikkan tarif impor baja dan alumunium menjadi sebesar 25% dan 10%. Upaya proteksionisme yang dilakukan pemerintah AS memberikan dampak sentimen negatif pada pelaku pasar. Dikhawatirkan apabila usulan ini benar-benar direalisasikan akan membuat perang tarif antar negara yang akhirnya merugikan negara-negara itu sendiri.

Yang kedua, adanya kekhawatiran pelaku pasar terhadap inflasi AS meningkat pesat dan berimbas pada kemungkinan bahwa The Fed akan lebih agresif dalam melakukan pengetatan moneter. The Fed diprediksi akan menaikan suku bunganya sebanyak empat kali di tahun 2018 yaitu pada bulan Maret, Juni, September, dan Desember. Hal tersebut membuat pasar saham maupun obligasi mengalami koreksi di awal Februari. Yield US Treasury yang telah menyentuh 2,94% level tertinggi dalam 5 tahun terakhir memberikan indikasi kuat bahwa pelaku pasar mulai mengantisipasi pengetatan moneter AS.

Rencana pengetatan moneter ini oleh The Fed harus dilihat sebagai tanda positif atas semakin baiknya data pertumbuhan ekonomi AS yang diikuti dengan angka pengangguran yang semakin turun. Sejalan dengan perekonomian global yang optimistis terus bertumbuh. Pada saat yang bersamaan, pertumbuhan ekonomi di Indonesia juga diprediksi meningkat mencapai 5,3% di 2018.

Rencana the Fed untuk menaikan tingkat suku bunga yang diperkirakan terjadi pada bulan Maret 2018 haruslah dilihat secara positif oleh pasar. Dibalik fakta tindakan tersebut merupakan pengetatan moneter, ini menunjukkan keyakinan The Fed pada ekonomi AS yang telah pulih dan solid menghadapi kenaikan suku bunga.

"Dengan koreksi pasar yang terjadi saat ini lebih disebabkan faktor sentimen daripada fundamental yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan, kondisi ini memberikan momentum bagi para investor khususnya bagi para calon investor di kelas aset ekuitas, saat ini adalah waktu yang paling rasional bagi investor untuk mulai menyesuaikan portofolio investasi mereka di pasar saham dan obligasi berdasarkan profil risiko mereka di tahun 2018," kata Head of Wealth Management & Retail Digital Business Bank Commonwealth Ivan Jaya dalam siaran pers, Minggu (11/3/2018).

Bagi investor dengan profil risiko moderat yang siap dengan tambahan potensi risiko dan imbal hasil, lanjut dia, pilihan reksa dana campuran yang memiliki kombinasi saham dan obligasi dapat menjadi pilihan. Bagi investor dengan profil risiko agresif yang siap menghadapi dengan segala kemungkinan hasil investasi, pilihan reksa dana saham merupakan pilihan yang disarankan.

Di bagian lain, Bank Commonwealth juga menyediakan layanan investasi reksa dana yang salah satunya adalah Autoinvest, sebagai langkah awal yang tepat untuk berinvestasi. Autoinvest disesain untuk melayani nasabah dengan berbagai macam latar belakang profil risiko. Nasabah dapat memulai portofolio investasi reksa dananya hanya dengan Rp100.000, melalui fasilitas auto debit setiap bulan.

"Layanan ini juga menawarkan berbagai kemudahan dalam berinvestasi yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan nasabah, antara lain fleksibilitas dalam menentukan tanggal auto debit dan periode investasi, serta kemudahan top up dan monitoring investasi melalui mobile dan internet banking," tambahnya.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.7174 seconds (0.1#10.140)