Pesan Menkeu Sri Mulyani kepada Para Mahasiswa di Ambon

Senin, 12 Maret 2018 - 13:28 WIB
Pesan Menkeu Sri Mulyani kepada Para Mahasiswa di Ambon
Pesan Menkeu Sri Mulyani kepada Para Mahasiswa di Ambon
A A A
AMBON - Menjadi seorang Menteri Keuangan (Menkeu) tidak menghalangi Sri Mulyani Indrawati, S.E., M.S., Ph.D. untuk berbagi ilmu dan pengalaman kepada civitas akademika. Setelah menjadi pemateri pada kuliah umum di Universitas Pattimura, Ambon, pada tanggal 7 Maret 2018, Ia kembali berbagi dalam kuliah umum di Ternate, pada 8 Maret 2018.

Dalam kuliah umum yang diselenggarakan di Ballroom Grand Dafam International Hotel Ternate tersebut, Menkeu membawakan materi berjudul “Menggerakkan Roda Perekonomian dari Pinggiran”. Acara dihadiri oleh para pimpinan di lingkungan Pemprov Maluku Utara, serta pimpinan Universitas Khairun (Unkhair), Senator dari Papua, dan Ketua Kaukus Parlemen Maluku Utara juga turut hadir.

“Hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan indeks kebahagiaan di Provinsi Maluku Utara pada 2017 menempati peringkat pertama se-Indonesia. Pantas saja, bertemu orang Maluku Utara, saya sangat bahagia. Orangnya ramah-ramah,” ujar Sri Mulyani yang disambut gelak tawa dan tepuk tangan hadirin.

Dalam presentasinya, Ia mengingatkan tentang tujuan pembangunan sebagaimana dirumuskan oleh para pendiri bangsa, yaitu memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, menjaga ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi, mewujudkan keadilan sosial dan melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia.

“Pembangunan tersebut bisa berjalan karena dibiayai oleh APBN. Dalam APBN 2018 anggaran belanja nasional adalah 2.220,7 triliun. Dari total anggaran belanja tersebut dirinci dalam beberapa pos, di antaranya belanja pusat serta transfer ke daerah dan dana desa," jelasnya.

"Dana desa diharapkan dapat menggerakkan perekonomian desa. Jumlahnya cukup besar dan dialokasikan setiap tahun. Contoh desa yang berhasil mengelola dana desa adalah Desa Ponggok yang semula asetnya hanya ratusan juta kini mencapai miliaran. Dampak positifnya masyarakat semakin sejahtera dan pembangunan jalan semakin halus dan bagus,” sambung Mantan Direktur Bank Dunia tersebut.

Maluku Utara termasuk provinsi yang masih sangat bergantung dari transfer pemerintah pusat. Bahkan terdapat daerah yang 70% anggarannya tergantung dari pusat. Artinya jika transfer dari pusat dihentikan, maka daerah tersebut perekonomiannya dapat berhenti.

Luas wilayah Indonesia lebih besar dari Benua Eropa. Bahkan Indonesia berbentuk kepulauan. Hal itu menjadi tantangan sekaligus peluang potensi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Beberapa tahun yang lalu Indonesia sempat lemah ekonominya, namun sekarang sudah bangkit lagi.

Sri Mulyani mengungkapkan, penduduk Indonesia, 60%-nya berusia 30 tahun ke bawah. Kondisi itu dinamai demografi muda atau bonus demografi. Kalau hal itu dikelola secara baik maka akan menjadi kekuatan luar biasa bangsa kita. Namun, kondisi yang dihadapi tidak selalu ideal.

Menurutnya masih banyak warga Negara kita mengalami gizi buruk sehingga pertumbuhan anak pada usia produktif tidak optimal. Sedangkan masa pertumbuhan otak terbaik pada seorang anak adalah pada usia 0 sampai dengan 3 tahun. Kesehatan, gizi dan pendidikan adalah pilar penting yang harus diperhatikan untuk mengembangkan Sumber Daya Manusia.

“Kita adalah bangsa yang besar. Hanya saja bangsa-bangsa di dunia seringkali tidak memahami profil Indonesia. Penyebabnya karena kita kurang memasarkan prestasi dan potensi yang kita miliki kepada dunia. Penghargaan yang saya terima sebagai Menteri Terbaik kemarin hanyalah setitik kecil cerita Indonesia di mata dunia. Itu hanya akan membuat mereka mengatakan, oh ada negara namanya Indonesia toh, karena kita kurang memasarkan potensi-potensi negeri kita," ungkapnya.

Menurutnya, saat ini kita hidup pada zaman yang sangat dinamis. Oleh karena itu, hendaknya dihadapi dengan pengetahuan dan keimanan. “Saya sudah pernah mengisi kuliah umum di beberapa negara. Pernah di India. Pernah di Amerika Latin. Tidak ada hal spesial yang membedakan. Problem yang dihadapi sama saja. Saya adalah generasi yang masa-masa sekolahnya jauh dari internet dan tidak ada HP. Dampaknya bisa fokus sekolah dan belajar, tapi akses informasi terbatas," terang dia.

"Sedangkan anak-anak muda masa kini merupakan generasi milenial yang ditandai dengan ciri-ciri: connected/behavior, creative/ brain, dan confidence/ belief. Problem yang dihadapi generasi saya adalah “How to get access?” Sedangkan problem yang dihadapi generasi milenial adalah “How to get choice?” Tentang membuat pilihan. Maka saya nasehatkan kepada para mahasiswa supaya mampu membuat pilihan-pilihan cerdas dan bijak,” tutur Menkeu yang memperoleh gelar Master dan Doctor di bidang ekonomi dari University Illinois at Urbana-Champaign, Amerika Serikat tersebut.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5457 seconds (0.1#10.140)