China Dibayangi Ancaman Sanksi Dagang AS

Kamis, 22 Maret 2018 - 15:51 WIB
China Dibayangi Ancaman Sanksi Dagang AS
China Dibayangi Ancaman Sanksi Dagang AS
A A A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berencana mengumumkan sanksi terhadap China pada hari ini, setelah menuduh Negeri Tirai Bambu -julukan China- tersebut atas pencurian kekayaan intelektual dari pelaku usaha AS. Pihak Gedung Putih mengatakan, tindakan ini diambil setelah bertahun-tahun mencoba melakukan pembicaraan seputar hak cipta namun gagal menghasilkan perubahan.

Seperti dilansir BBC, Kamis (22/3/2018) sanksi tersebut kabarnya bakal mencakup terkait tarif dagang serta tindakan lainnya. Rencana AS ini memicu ketakutan perang dagang akan semakin meluas. Negeri Paman Sam -julukan AS- diyakini akan mengincar USD30 miliar hingga USD60 miliar dari tarif dagang serta bakal melakukan langkah-langkah untuk membatasi investasi.

Negosiator perdagangan asal AS Robert Lighthizer mengatakan kepada anggota kongres pada hari Rabu, kemarin bahwa Amerika sedang mencari carauntuk menempatkan tekanan maksimum pada China dan tekanan minimum pada konsumen AS. Seorang pejabat perdagangan AS, yang berbicara kepada wartawan mengungkapkan AS mempunyai bukti bahwa bahwa China mengharuskan perusahaan untuk menciptakan kemitraan lokal untuk memasuki pasar China.

Hal itu sebagai cara menekan mereka untuk membatasi transfer teknologi. Amerika juga menemukan bukti bahwa China mengarahkan investasi di AS ke industri strategis, dan melakukan serta mendukung serangan cyber. Temuan ini berasal dari peninjauan praktik-praktik China yang diperintahkan oleh Trump pada bulan Agustus, yang disebut investigasi 301.

Pada bagian 301 dari undang-undang perdagangan, pemerintah telah memberikan dirinya kekuatan untuk secara sepihak memberlakukan sanksi terhadap negara-negara yang memutuskan tidak berdagang secara adil. Trump sendiri telah berulang kali mengeluhkan defisit perdagangan AS yang besar dengan China. Ada kekhawatiran di Amerika bahwa China mencari teknologi yang dapat digunakan untuk tujuan militer.

Kongres juga menimbang undang-undang yang akan meningkatkan kekuatan pemerintah untuk meninjau kesepakatan bisnis luar negeri, mengutip ancaman yang ditimbulkan oleh akuisisi perusahaan AS yang didukung negara. Tetapi beberapa politisi dan industri, termasuk pelaku pasar, telah mengemukakan kekhawatirannya tentang kemungkinan aksi pembalasan.

"Kita semua mengetahui pelanggaran intelektual China, dan ingin mereka pertanggungjawabkan. Tetapi mari kita menetapkan target apa yang kita inginkan yaitu China berubah. Jangan sampai kita malah menembak diri kita sendiri," ujar Lighthizer yang mengakui kemungkinan adanya aksi pembalasan, bahkan Ia memberikan catatan bahwa pertanian AS sangat rentan.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0060 seconds (0.1#10.140)