Inilah Kriteria Calon Suami Menurut Islam

Kamis, 11 Januari 2024 - 11:44 WIB
loading...
Inilah Kriteria Calon Suami Menurut Islam
Seorang suami bukan cuma pendamping hidup, tetapi juga imam dalam mengarungi kehidupan, bahkan bisa sampai bersanding di surga dengan izin Allah Ta’ala. Foto ilustrasi/ist
A A A
Memilih seorang suami memang hal yang sakral dan butuh perjuangan, bukan cuma pendamping hidup, tetapi juga imam dalam mengarungi kehidupan, bahkan bisa sampai bersanding di surga dengan izin Allah Ta’ala. Lantas bagaimana caranya memilih kriteria calon suami ini dalam Islam?

Idealnya setiap pasangan pasti menginginkan memilih yang terbaik. "Tetapi secara realita itu tidak mudah, antara jumlah lelaki dan wanita yang tidak setara, syarat-syarat masing-masing calon mertua yang bervariasi, juga kesiapan lelaki yang tidak semua ada. Hanya saja perlu diingat, secara umum standar pengamalan agama adalah paling utama untuk didahulukan,"ujar Ustadz Fadly Gugul S.Ag, ketika menjawab pertanyaan jamaahnya baru-baru ini.

Menurut Dewan Konsultasi Bimbingan Islam ini, kriterai calon suami menurut Islam sebagaimana yang disampaikan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dalam sabdanya:

إِذَا خَطَبَ إِلَيْكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوهُ، إِلَّا تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الأَرْضِ، وَفَسَادٌ عَرِيضٌ


“Jika ada orang yang kalian ridhai agama dan akhlaknya, yang meminang putri kalian nikahkanlah. Jika tidak maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar” (HR. Tirmidzi, no. 1084, Ibnu Majah, no. 1967)

Melihat hadis ini, menurut dai adalah Alumni STDI Imam Syafi’i Jember (ilmu hadits) ini, kriteria calon suami itu harus sebagai berikut:

1. Baik akhlaknya, sopan dan santun

Akhlak itu buah dari agama yang baik. Semakin baik agama seseorang, semakin santun dan lemah lembutlah dia, tidak suka teriak, tidak suka mengumpat, apalagi keluar kata-kata binatang. Sehingga rumah tangga pun nyaman dan jauh dari KDRT, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:

إِنَّ الرِّفْقَ لَا يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ، وَلَا يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ


“Sesungguhnya kelembutan menyertai sesuatu maka dia akan menghiasinya, dan tidaklah kelembutan itu dicabut dari sesuatu, melainkan akan semakin memperburuknya” (HR. Muslim, no. 2594, dan lainnya).

2. Tanggung jawab, nafkah lahir dan batin

Ini merupakan pengamalan dari perintah Allah untuk semua suami

وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ


”Pergaulilah istri-istrimu dengan cara yang baik” (QS. An-Nisa’ 19)

Banyak fakta terungkap saat ini, bahwa sebagian suami terkadang lebih memprioritaskan kebutuhan pribadinya dan tidak perhatian dengan keluarganya. Mayoritas penghasilannya untuk hobi, sementara kebutuhan keluarga ditanggung oleh istrinya.

Mayoritas waktunya untuk teman-temannya, sementara family time menjadi momen langka yang sering disepelekan. Suami mau bekerja adalah modal utama, dan syarat penghasilan harus jauh dari syubhat dan pendapatan yang tidak halal.

3. Melaksanakan salat wajib 5 waktu

Salat wajib merupakan tolok ukur agama seseorang, jika calon suami mudah meninggalkan salat, maka pasti akan mudah meninggalkan aturan agama yang lain. Terlebih salat menjadi pembeda kesyirikan dan kekufuran.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda

إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلَاةِ


“Sesungguhnya pembatas antara seseorang dengan kesyirikan atau kekufuran adalah meninggalkan sholat.” (HR Muslim, no. 82).



Wallahu A’lam.
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1289 seconds (0.1#10.140)