Panen Berkurang 70%, Cak Imin Tugaskan ABI Edukasi Petani di Bekasi

Rabu, 11 April 2018 - 15:52 WIB
Panen Berkurang 70%, Cak Imin Tugaskan ABI Edukasi Petani di Bekasi
Panen Berkurang 70%, Cak Imin Tugaskan ABI Edukasi Petani di Bekasi
A A A
BEKASI - Panen yang hanya sekitar 30% dari total produksi di tahun 2017 akibat Hama Wereng Batang Coklat (WBC), membuat petani padi di kampung Tenjo Laut Kabupaten Bekasi menjadi resah. Atas dasar hal tersebut, Muhaimin Iskandar (Cak Imin) selaku Pembina Gerbang Tani yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua MPR-RI menugaskan Daniel Johan selaku wakil ketua Komisi IV DPR RI mencari solusinya bagi para petani.

“Cak Imin sebagai Pembina Gerbang Tani memerintahkan saya untuk bisa mencarikan solusi agar petani bisa mengatasi kerugian akibat serangan hama,” ungkap Daniel Johan pada saat memberikan sambutan di acara panen perdana di Kampung Tenjo Laut, Desa Sukamantri, Kecamatan Tambelang, Kabupaten Bekasi.

“Tentu saya sebagai wakil FPKB di komisi IV yang membidangi pertanian mencoba mencarikan solusi terkait masalah tersebut, gayung bersambut terutama dari berbagai pihak yang konsen terhadap masalah pertanian. Saya meminta agar dilakukan percobaan di lokasi yang terkena dampak serius. Jika berhasil, maka ke depan saya akan dorong menjadi program percontohan di Kementrian Pertanian,” tambahnya.

Acara panen ini merupakan puncak acara dari rangkaian edukasi dan demoplot yang dilakukan oleh Asosiasi Bio-Agro Input Indonesia (ABI) dengan tema "Penerapan budidaya tanaman sehat dengan mengedepankan penggunaan produk-produk pupuk dan insektisida organik serta mengurangi penggunaan produk kimiawi," yang juga didukung oleh Daniel Johan atas komando dari Cak Imin.

Sebelumnya, telah dilakukan demoplot seluas 6 hektar yang dikelola oleh 6 orang petani pada kelompok tani Mantri 2 dan penanaman telah dilakukan sejak bulan Desember 2017-Januari 2018 dengan varietas padi Inpari 17, Mekongga dan Ciherang dan sistem jajar legowo (jarwo) 4:1,5:1 dan 8:1 serta Jarwo Plus 2:1, dengan menggunakan produk-produk hayati untuk pembenah tanah dan bio-insektisida dalam mengendalikan hama dan penyakit terutama Wereng Batang Coklat (WBC).

Hasil ubinan panen mencapai 8 Ton/ha disambut gembira oleh petani karena biasanya hasil panen hanya mencapai 4-5 Ton/Ha. Wereng batang coklat (WBC) kerap menjadi momok bagi masyarakat petani terutama komoditas padi.

Seperti diketahui Padi merupakan komoditas utama petani di Indonesia, termasuk petani di Bekasi yang tercatat dalam jajaran sentra padi Pantura. Besarnya kebutuhan pangan terhadap padi membuat petani melakukan budidaya padi secara intensif, namun karena kendala air di Bekasi maka penanaman hanya dapat dilakukan 2 kali dalam setahun. Kegiatan budidaya padi intensif ini memicu berbagai serangan hama dan penyakit, terutama WBC.

Serangan WBC saat ini telah membentuk siklus lima tahunan yang dimulai pada tahun 2005 lalu, namun belum ditumpangi oleh virus lain. Tahun 2017 lalu disinyalir hama WBC sudah keluar dari siklus lima tahunan dan menjadi lebih parah karena diikuti dengan serangan virus kerdil rumput (Rice Grassy Stunt Virus) dan kerdil hampa (Ric Raged Stunt Virus) yang cukup tinggi sehingga mengancam drastisnya penurunan produktifitas hingga hanya menyisakan 30 persen saja tanaman padi yang dapat dipanen.

Hal ini karena dipicu oleh beberapa hal yakni tanam tidak serempak, penggunaan varietas yang sama secara terus-menerus serta penggunaan pestisida yang melebihi dosis aturan pakai, dan bahkan penggunaan oli dan solar yang tidak pada tempatnya untuk menekan serangan WBC.

Acara dibuka dengan panen secara simbolis di areal persawahan tempat salah salah satu demplot, yang dilakukan oleh wakil ketua Komisi IV DPR RI Daniel Johan, komisi I DPR, Syaiful Bahri Anshori, Direktur Serealia kementan RI Ali Jamil, Bupati Bekasi Neneng Hassanah Yasin dan beberapa Pejabar daerah lainnya. Kemudian dilanjutkan dengan pelepasan burung dara dan pelepasan belut di areal persawahan.

“Hasil 8 ton/ha tahun ini merupakan hasil yang luar biasa, kualitas prima luar biasa, karena sistem yang dipakai ini adalah dengan bahan hayati, biaya murah dan padinya sehat, kenapa sehat? Karena tanahnya pun dibikin sehat juga karena dengan pupuk hayati tadi,” ujar Neneng Hassanah.

Hal ini juga diamini oleh Syaiful Bahri yang menyatakan bahwa seluruh jajaran kementrian pertanian sampai tingkat POPT komit untuk mengawal para petani, “Kita melakukan beberapa dem area (demplot) untuk menanan padi sehat. Alhamdulillah teman-teman dari ABI juga membantu petani di lapangan. Siapapun monggo membantu petani di lapangan. Harapan kita semoga budidaya padi sehat ini langgeng di lapangan,” tambahnya.

“Kalau hasilnya 8 ton/ha jadi bisa menambah penghasilan petani, apalagi jadi bisa menambah gairah dari anak-anak muda yang sering menganggap petani sengsara. Jadi dengan ini diharapkan petani bisa mendapatkan sesuatu yang lebih,” tutup Dunan, Sekjen ABI di akhir sesi wawancara.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4800 seconds (0.1#10.140)