Target Swasembada Beras, Ini Fokus Dirut Bulog Buwas

Senin, 14 Mei 2018 - 14:19 WIB
Target Swasembada Beras, Ini Fokus Dirut Bulog Buwas
Target Swasembada Beras, Ini Fokus Dirut Bulog Buwas
A A A
JAKARTA - Direktur Utama (Dirut) Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) Budi Waseso menginginkan untuk mewujudkan ketahanan pangan (swasembada), khususnya untuk komoditas beras di Tanah Air. Hal ini lantaran seluruh masyarakat Indonesia hingga ke pelosok membutuhkan beras.

Dia mengatakan, jika dulu masyarakat di Papua dan Nusa Tenggara Timur (NTT) masih mengonsumsi sagu maka saat ini mereka sudah makan nasi. Jadi, swasembada merupakan sesuatu yang wajib diwujudkan.

"Seluruh Indonesia butuh beras, saudara kita di Papua, NTT itu juga makannya beras. Yang dulu makan sagu sekarang makan nasi. Jadi semua membutuhkan beras. Maka ketersediaan beras harus terjamin," katanya saat melakukan audiensi dengan media di kantornya, Jakarta, Senin (14/5/2018).

Diakuinya, saat ini Indonesia masih mengambil kebijakan untuk mengimpor beras demi menjaga ketersediaan dan kestabilan harga. Namun, dia tidak mau Indonesia terus menerus bergantung pada beras impor dan harus bisa menciptakan swasembada pangan.

"Next kita harus bisa menciptakan swasembada pangan, ketahanan pangan kita. Utamanya beras. Dari dulu kita jago tanam, tapi lambat laun lahan sawah kita habis akhirnya ketergantungan pada impor, untuk menjaga kestabilan stok dengan harga," imbuh dia.

Mantan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) ini melanjutkan, yang terpenting saat ini adalah permintaan (demand) dan ketersediaan (supply) beras seimbang. Sayangnya, saat ini Indonesia menghadapi persoalan dengan dua hal tersebut.

Saat ini, kata purnawirawan petinggi Polri ini, permintaan akan komoditas beras sangat tinggi namun ketersediaan beras sangat minim. Hal ini ditengarai karena beras ditahan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab, sehingga kemudian menyebabkan harga beras di pasar menjadi melambung.

"Kalau hukum ekonomi memang betul, harga naik itu karena supply nya kurang demandnya banyak. Sehingga harga jadi melambung tinggi. Tapi bagi saya dari kacamata mantan polisi, belum tentu. Karena kalau supply nya itu bukan karena barangnya nggak ada, ya harganya tetap naik. Kalau supply ditahan oleh orang-orang yang menginginkan, ya harganya tetap naik," tuturnya.

Masih menurut Buwas, persoalan lain yang membuat ketersediaan dan harga beras menjadi tidak stabil adalah karena sistem dan birokrasi di Indonesia yang harus diperbaiki. "Saya sedang melihat itu. Fokus disitu, sistemnya kayak apa, regulasinya kayak apa. Karena sistem yang terbangun itu pada akhirnya sekarang, Bulog tidak menguasai persentase besar terhadap barang ini," tandasnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5997 seconds (0.1#10.140)