Konsumsi Rumah Tangga Rendah Sinyal Ekonomi RI Bermasalah

Minggu, 27 Mei 2018 - 05:24 WIB
Konsumsi Rumah Tangga Rendah Sinyal Ekonomi RI Bermasalah
Konsumsi Rumah Tangga Rendah Sinyal Ekonomi RI Bermasalah
A A A
JAKARTA - Kenaikan anggaran untuk membayar tunjangan hari raya (THR) dan gaji ke-13 yang mencapai 68,92% atau Rp35,76 triliun menurut Ekonom Indef Bhima Yudhistira, merupakan sinyal bahwa ekonomi Indonesia sedang bermasalah. Pasalnya Ia menyebutkan, bahwa pemerintah sudah kehabisan strategi untuk mendorong daya beli masyarakat hingga harus mendongkrak anggaran THR dan memperpanjang cuti Lebaran 2018.

"Saya kira kalau pemerintah sudah kehabisan strategi dorong daya beli masyarakat sampai naikkan THR dan perpanjang cuti lebaran itu menandakan kondisi ekonomi memang sedang bermasalah. Motor konsumsi rumah tangga yang merupakan kontributor PDB terbesar saat ini macet karena tumbuhnya hanya 4,95%," ujar Bhima Yudhistira saat dihubungi SINDOnews di Jakarta.

Lebih lanjut, Ia menyebutkan faktor lainnya yang bisa ditelusuri yakni lambatnya pertumbuhan sektor lapangan kerja seperti industri pengolahan hanya naik 4,5%, pertambangan 0,74% dan pertanian 3,14% di bawah rata-rata PDB yang tumbuh 5,06%. "Ya bisa dikatakan sudah lampu kuning karena target pertumbuhan 5,4% nampaknya mustahil tercapai," sambung dia.

Di sisi Lain, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menekankan, bahwa saat ini kondisi ekonomi di Indonesia masih jauh dari krisis. Bahkan, dia pun membantah jika dikatakan bahwa ekonomi Indonesia sudah lampu kuning alias mendekati krisis.

Menurutnya, kondisi sebuah negara dikatakan krisis jika mencerminkan beberapa indikator. Adapun indikator tersebut di antaranya defisit transaksi berjalan tidak terkendali, utang luar negeri (ULN) yang tidak terbayarkan, serta tingkat depresiasi yang sangat besar.

Dari berbagai indikator tersebut, kata mantan Deputi Gubernur BI ini, sangat jelas bahwa Indonesia saat ini masih aman dari krisis. Sebab, defisit transaksi berjalan Indonesia tidak lebih dari 2,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat pembayaran utang terhadap PDB pun masih sangat rendah dibanding peer group.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9702 seconds (0.1#10.140)