Hadapi Revolusi Industri 4.0 dengan Persfektif Islam Jadi Solusi

Kamis, 31 Mei 2018 - 17:09 WIB
Hadapi Revolusi Industri 4.0 dengan Persfektif Islam Jadi Solusi
Hadapi Revolusi Industri 4.0 dengan Persfektif Islam Jadi Solusi
A A A
TANGERANG - Era baru revolusi industri keempat atau industri yang berbasiskan teknologi informasi, membuka tantangan baru bagi para mahasiswa ke depannya. Hal ini diungkapkan Adrinoof, Komisaris BRI di hadapan mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Ciputat, Kota Tangerang Selatan (Tangsel).

"Tema ini harus segera diwacanakan dan dieksekusi oleh mahasiswa. Mahasiswa semester 4 dan 5 akan menghadapi tantangan lebih berat mulai 2020-2030," katanya.

Revolusi industri ke-4, sambung Adrinoof, harus disikapi dengan cerdik. Karena, orang yang punya tenaga dan mau kerja jumlahnya sangat besar di indonesia. "Sementara, dengan adanya revolusi industri ke-4 yang akan datang itu, maka otomatis perusahaan akan memangkas SDM nya hingga 50%. Karena tenaga manusia digantikan mesin," ungkapnya.

Dia memprediksi, angkatan kerja yang banyak didominasi remaja itu akan bertambah berkali-kali lipat. Alhasil, maka tingkat pengangguran semakin akut. "Setelah lulus kuliah, anak-anak muda itu butuh kerja. Makanya, perlu adanya terobosan-terobosan baru. Sehingga, apa yang kita takutkan tidak akan terjadi. Arahnya kini ke wiraswasta," sambungnya.

Dalam kancah industri dunia, jelas dia, Indonesia memiliki banyak sekali potensi yang belum tergali. Utamanya agrobisnis. Namun, kini tertinggal jauh. "Kita memang tertinggal, karena negara pesaing utama kita, seperti China bergerak lebih kencang. Mulai dari infrastuktur kawasan industrinya, risetnya, dan sektor lainnya. Kita tertinggal jauh," paparnya.

Menurutnya, sebab ketertinggalan itu adalah konflik politik internal Indonesia yang tidak kunjung sudah. Apalagi, kini Indonesia sedang diserang isu SARA. "Pada tahun 1970-an, sektor industri kita masih lebih pesat dari China, Malaysia, dan negara-negara Asia lain. Tetapi sejak 1980 hingga sekarang, jauh tertinggal. Itu semua karena konflik politik," ungkapnya.

Lebih lagi, katanya, Indonesia tidak punya strategi jangka panjang untuk menyiapkan arah industri yang terus berkembang. Menurutnya, dibutuhkan satu strategi baru. "Kita tidak punya strategi jangka panjang. Apalagi, kita selalu terlibat dalam konflik internal. Untuk itu, wacana revolusi induatri ke-4 ini harus diwacanakan terus. Indonesia butuh cermin besar," jelasnya.

Sementara itu, Wakil Rektor 3 UIN Syarif Hidayatullah Ciputat Yusran Razak mengatakan, sebagai akademisi, pihaknya telah siap menghadapi perubahan itu. "Dalam menghadapi tantangan saat ini, kita memiliki prodi yang beragam, mulai keagamaan, seperti ilmu Alquran, ilmu hadist, dan tentang IT, Sehingga ilmu dunia dan akherat kita punya," ungkapnya.

Menurutnya, arus utama perkembangan industri bisa dihadapi dengan menggunakan pendekatan ilmu agama Islam, yang berbasiskan teknologi, seperti arah revolusi industri keempat tersebut. "Khusus buat UIN, bagaimana etos kerja dalam Alquran yang perlu diangkat. Apalagi dalam Islam, bahagia dunia dan akherat bisa dikejar oleh ilmu," tambahnya.

Pendekatan Islami ini sangat penting dilakukan oleh para mahasiswa agar bisa bertahan di era revolusi industri keempat tersebut, terutama dalam menyiapkan SDM-SDM yang berdaya saing tinggi.

"Maka itu; tema ini menjadi sangat penting dihubungkan dengan modal dasar bagi universitas Islam. Mahasiswa UIN punya nilai dan ilmu kewirausahaan dalam ferpektif Islam," pungkas Yusran Razak.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5113 seconds (0.1#10.140)