Kejar Green Deflation, 5.000 Petani Dilibatkan dalam Ekonomi Hijau di Yogyakarta

Minggu, 04 Februari 2024 - 18:00 WIB
loading...
Kejar Green Deflation,...
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat bersama PLN EPI mengembangkan ekonomi hijau di kawasan Gunung Kidul, Yogyakarta. FOTO/Ist
A A A
JAKARTA -
Keraton Yogyakarta bersama PT PLN Energi Primer Indonesia (EPI) mengembangkan ekonomi hijau berbasis masyarakat dengan melibatkan 5.000 petani Yogyakarta. Sasarannya adalah untuk meningkatkan kemampuan beli masyarakat melalui ekonomi hijau atau green deflation.

Green deflation yang merupakan kebalikan dari green inflation, yang dimaknai sebagai kondisi di mana pada suatu nilai uang yang sama, masyarakat mampu membeli barang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhannya.



Pada diskusi di Lumbung Mataraman Kalurahan Kedungpoh Kapanewon Nglipar, Gunung Kidul, DIY, Kepala Bebadan Pangreksa Loka Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat RM Gustilantika Marrel Suryokusumo menyampaikan, Keraton Yogya telah mengimplementasikan pembangunan berkelanjutan sejak tahun 1755 melalui falsafah Memayu Hayuning Bawono.

"Falsafah Memayu Hayuning Bawono terus diimplementasikan antara lain dalam bentuk ekonomi hijau berbasis keterlibatan masyarakat, seperti kini dikerjakan bersama dengan PLN EPI," terang Marrel dalam siaran pers, Minggu (4/2/2024).

Marrel mengatakan, ekonomi hijau berbasis keterlibatan masyarakat yang tengah dikembangkan bersama PLN EPI ini diharapkan akan memampukan para petani untuk berdaulat pangan, energi dan sekaligus memajukan taraf hidup masyarakat pedesaan.

Direktur Utama PLN EPI Iwan Agung Firstantara menjelaskan, kerja sama ini merupakan langkah strategis untuk mengamankan pasokan biomassa tanpa berkompetisi lahan dan pupuk untuk sektor pangan. Program ini juga memperkuat pangan/pakan karena memanfaatkan lahan marginal dan menghasilkan produk utama pakan ternak dan residu ranting untuk biomassa sekaligus meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

"Ini merupakan bentuk nyata dari ekonomi kerakyatan dengan masyarakat yang terlibat aktif di dalamnya. Maka dari itu, terciptanya green economy di tengah masyarakat ini sekaligus berhasil menciptakan lingkungan yang bersih dan mengangkat perekonomian masyarakat," ujar Iwan.

Iwan mengatakan, PLN juga membangun rantai pasok biomassa untuk menjamin keberlangsungan pasokan, dimulai dari perencanaan, pembangunan, pengelolaan biomassa, sampai dengan komersialisasi di PLTU PLN.



Direktur Biomassa PLN EPI Antonius Aris Sudjatmiko menuturkan, lebih dari 5.000 petani telah merasakan manfaat dari tanaman multifungsi. "Pada musim kemarau September 2023 lalu, penduduk telah melakukan pruning daun tanaman sebagai pakan ternak. Pembibitan dan penanaman tanaman multifungsi tersebut juga menggunakan pupuk organik FABA yang jauh lebih murah dibanding pupuk anorganik seperti NPK dan Urea," tuturnya.

Ke depan, lanjut Antonius, penduduk dapat menjual ranting-ranting tanaman yang akan diolah menjadi biomassa sebagai substitusi batu bara di PLTU. "Selain memberikan benefit maksimal bagi masyarakat, program ini menjadikan biomassa sebagai energi terbarukan baseload yang paling murah dan paling cepat diimplementasikan karena memanfaatkan PLTU eksisting milik PLN," paparnya.

Sepanjang tahun 2023, PLN EPI telah menyediakan 1 juta ton biomassa untuk 43 PLTU, yang berasal dari residu/sampah pertanian, perkebunan dan perhutanan. Biomassa tersebut berbentuk serbuk gergaji, sekam padi, bonggol jagung, bagasse tebu, pellet tandan kosong sawit, cangkang sawit, cangkang kemiri serta woodchip dari ranting-ranting dan tanaman replanting karet, bahkan BBJP hasil olahan sampah kota.
(fjo)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2484 seconds (0.1#10.140)