Fajeri Hidayat Wirausahawan, Membawa UKM Go Online

Minggu, 22 Juli 2018 - 10:28 WIB
Fajeri Hidayat Wirausahawan, Membawa UKM Go Online
Fajeri Hidayat Wirausahawan, Membawa UKM Go Online
A A A
JAKARTA - Tekanan dari atasan atau pekerjaan yang menumpuk sering kali menjadi alasan seseorang banting setir dari karyawan menjadi pengusaha.

Tidak ada kata terlambat untuk berpindah profesi. Seperti dilakukan Fajeri Hidayat. Malah setelah keluar dari pekerjaannya, lelaki asal Banjarmasin ini merasa memiliki niat kuat serta misi memajukan usaha kecil-menengah (UKM) di Indonesia, terutama wilayah Kalimantan Selatan.

Usaha yang dilakukan Fajeri adalah mengajarkan para pelaku UKM untuk melebarkan sayap dengan berjualan daring dan memanfaatkan platform marketplace. Berkat ketekunan dan dedikasinya, marketplace lokal terbesar di Indonesia, Bukalapak, menganugerahi penghargaan kepadanya sebagai Jawara pada awal 2018.

Mengapa Bukalapak memilih Fajeri? Apa pula yang sudah dilakukannya untuk para pelaku UKM di Kalimantan Selatan dan bagaimana potensi perdagangan daring sekarang di daerah? Inilah cerita Fajeri kepada KORAN SINDO.

Anda terpilih sebagai Jawara dari marketplace Bukalapak. Bisa diceritakan mengenai penghargaan ini?

Saya berjualan lampit atau tikar rotan sejak 2015, bermula dari website hingga beralih ke marketplace Bukalapak. Awal 2018 Bukalapak melihat dari kriteria yang mereka tentukan, seperti aktif dan sukses memasarkan produk lokal, baik sebagai produsen maupun distributor/reseller,serta aktif mengembangkan Komunitas Bukalapak di daerah.

Terakhir, saya juga dinilai aktif memberdayakan penduduk sekitar untuk pengembangan potensi usaha. Mereka menyebut “Jawara” bagi pelapak yang punya penilaian tersebut. Selain itu, saya juga mendapat Ranger Jawara atau Koordinator Lapangan Terbaik, dan Banjarmasin men jadi Kota Jawara Komunitas Terbaik di Regional 3 yang meliputi Kalimantan, Sulawesi, Bali, dan NTB.

Bagaimana awal mula Anda bisa berbisnis online?
Saya dulu manajer cabang di sebuah perusahaan besar Indonesia. Saya mengepalai empat kota: Samarinda, Ternate, Denpasar, dan Banjarmasin dengan 50 sales.Saat itu perusahaan saya yang bergerak di bidang jasa satelit berbayar sedang ada perubahan satelit, sehingga jasa yang ditawarkan banyak mengalami kendala.

Hal tersebut berdampak pada komplain dari banyak pelanggan, yang membuat saya stres. Ya, namanya masih kerja ikut orang, pasti selalu ditekan atasan dengan targettar get yang harus kita penuhi. Kemudian, saya lihat ada seseorang yang keluar dari pekerjaan dan membuka usaha.

Saya mencoba mengikuti jejak dia, keluar dari pekerjaan pada 2009. Saya ikut usaha ekspe di si alat berat. Cukup bagus perkembangannya selama sembilan bulan, tapi harus bangkrut karena kami tidak punya armada. Tiga bulan tidak punya penghasilan, saya yang merasa kepepet mulai berpikir untuk menghasilkan uang dari internet.

Saya ikut pelatihan internet marketing pada 2010. Saya juga mulai mencari barang yang ingin saya jual. Kebetulan saat masih kuliah di Jawa dulu, teman-teman suka titip lampit rotan. Dari situlah saya membuat website gratisan dan baru ada yang memesan tiga bulan kemudian.

Dari website gratisan hingga berbayar, saya mencoba terus sampai menemukan marketplace Bukalapak pada 2015. Penjualan memang lebih mudah di sana. Saya juga mencari produk lain yang bisa dijual. Di situlah saya bertemu UKM asli Kalimantan Selatan. Dari mulai menjualkan hingga saya mengajarkan mereka secara langsung agar bisa jualan online dan memperluas jangkauan pembeli.

Mengapa para penjual online harus pindah untuk berjualan di marketplace?
Karena ada pergeseran pola. Orang dulu kerap berbelanja di toko online,di media sosial. Tapi sekarang, justru ke marketplace. Marketplace sebagai jembat an orang-orang baru yang ingin ber transaksi di online,tapi masih takut. Di marketplace lebih aman dan mudah melalui ponsel pintar mereka.

Ditambah di marketplace itu sangat banyak promo yang bisa digunakan untuk penjual maupun pembeli. Orang juga sekarang kalau mencari barang bukan lagi di Google,melainkan langsung mencari di marketplace. Bertransaksi di marketplace juga lebih mudah seperti halnya mal. Bahkan, kita tidak perlu keluar rumah, tidak perlu susah-susah parkir dan sebagainya.

Marketplace,menurut saya, cocok bagi yang ingin memulai bisnis online. Tidak perlu membangun kepercayaan pelanggan seperti yang biasa dilakukan ketika berjualan di media sosial, karena kalau jualan di marketplace sudah dijamin aman. Untuk website,sebenarnya masih digunakan untuk kirim barang ke luar negeri.

Kami di sini sudah pernah ekspor ke Korea, Malaysia, Hong Kong, Jepang, dan Taiwan. Sesekali website juga digunakan untuk pembelian lokal namun berskala banyak atau beli borongan seperti proyek vila di Batam, Bali, dan Lombok. Pertumbuhan penjualan di Bukalapak dari 2015 sampai sekarang mencapai 10%-20% setiap tahun.

Fitur apa yang memudahkan seseorang untuk jualan di marketplace?
Yang saya tahu di Bukalapak ada promo, namanya push and promoted. Ini sangat cocok karena persaingan semakin lama semakin banyak. Kalau pakai fitur ini, kita selalu ada di atas pencarian. Di marketplace, saingan lebih terlihat dan banyak. Untuk bisa menggunakan fitur ini, pelapak harus berlangganan.

Di Bukalapak juga ada komunitas yang luar biasa solid. Dari yang cuma saya seorang yang ikut dan mengajak para UKM hingga mereka mengajak sendiri teman-teman UKM lain. Mereka turut merasa terbantu kalau gabung di komunitas.

Tim community di pusat juga menyediakan semua kebutuhan kami dalam bentuk ilmu. Bagi kami, para pelapak bisa mendapatkan paket push gratis. Ada namanya Buka Forum yang diisi dengan reportase kegiatan kita di daerah, nanti kita bisa dapat voucher belanja.

Bagaimana awalnya Anda bergabung dengan komunitas dan cara Anda membimbing para pelaku UKM melalui komunitas?
Awalnya Bukalapak mengadakan roadshow,diundang semua penjual. Kebetulan yang datang hanya saya, sehingga dari situ saya giat mengajak para seller yang lain. Saya yakinkan mereka kalau kita bisa dapat banyak manfaat melalui bisnis online.Saya sering diundang oleh kantor dinas daerah untuk melatih pelaku UKM.

Dari sinilah saya kenal mereka dan mengajak mereka untuk jualan online. Saya ajari satu per satu, kalau ingin menambah ilmu atau merambah ke market place,saya sarankan gabung dengan komunitas. Komunitas Bukalapak Banjarmasin punya kegiatan rutin, kelas ngelapak setiap Kamis di markas kami. Kumpul untuk membahas apa saja, silakan.

Untuk kumpul yang ada pembahasan tiap sebulan sekali, namanya Kopdar Bulanan. Faktor jarak menjadi kendala, tapi di online sudah sangat banyak dan sering berdiskusi di grup chatting.Komunitas kami ter se bar di daerah Banjarbaru, Martapura, Banjarmasin, dan Kapuas.

Bagaimana cara memulai jualan online?
Saya selalu bilang kepada kerabat yang ingin merambah dunia online, yang harus kita lakukan adalah terjun saja dulu. Ibarat berenang, kalau teori terus tidak akan ada yang tahu apa ken dalanya. Kita akan tahu setelah kita ada di lapangan. Banyak bertanya kepada yang sudah berbisnis online.

Makanya, penting sekali untuk ikut komunitas supaya bisa saling berbagai Ilmu dan info. Kalau di mar ket place kan kita bisa melihat ulasan-ulasan dari para pembeli. Bagaimana menghadapi respons negatif pembeli. Hal itu pasti sering terjadi, tapi kita harus kuat mental. Cara meresponsnya, pertama kita harus berterima kasih dulu.

Lalu, kita teliti komplain ini sesuai atau tidak. Bisa saja hanya ingin cari gratisan atau ada orang yang mau menjatuhkan kita. Saya pernah salah kirim lampit rotan, pembeli mau cokelat tua saya kirim warna natural. Alhasil, mau tidak mau harus jujur mengakui kesalahan dan bertanggung jawab. Itulah risiko, jadikan pelajaran agar lebih teliti lagi ke depannya.

Apa tips dari Anda soal berbisnis online?
Fast response itu kunci. Para pembeli online tidak memedulikan beda harga sedikit, yang penting cepat balas. Kalau respons cepat, proses pun dapat dilakukan segera sehingga barang yang diinginkan pembeli lekas sampai. Itulah yang bisa membuat kita mampu bersaing dengan penjual lain. Kalau di marketplace seperti Bukalapak, ada autochat,itu juga bisa menyiasati sehingga pembeli tidak menunggu lama dan merasa direspons.

Apa harapan Anda bagi pelaku UKM di Kalimantan Selatan?
Harapan saya, UKM Kalimantan Selatan bisa naik kelas. Tidak hanya berjualan atau berpromosi dengan cara konvensional, tapi juga harus go online karena internet adalah dunia tanpa batas waktu dan ruang. UKM dengan produk yang go online bisa dikenal lebih luas lagi.

Apa impian Anda?
Impian pribadi saya sebenarnya ingin keliling dunia. Sekarang baru sembilan negara Asia yang saya jelajahi. Mudah-mudahan kedepan bisa terus terlaksana, termasuk ibadah haji ke Tanah Suci.

Percaya Diri, Tak Takut Kompetitor
Sebenarnya apa yang dilakukan Fajeri (mendorong para pelaku UKM go online) telah menciptakan kompetitor baru baginya.

Namun, hal tersebut tidak dia persoalkan dan dianggap sebagai risiko yang sudah dipikirkan sejak awal. “Tidak masalah seorang murid lebih hebat dari gurunya, itu sudah biasa. Karena dari awal misi saya ingin memajukan UKM di Kalimantan Selatan,” ucap Fajeri santai. Seperti yang dilakukan Fajeri kepada Mugni, salah satu pelaku UKM asal Martapura, Kalimantan Selatan.

Mugni menjual obat herbal seperti pasak bumi, akar kuning, minyak rambut, juga kerajinan tangan berupa dompet manik. Awalnya Mugni penjual lokal, perajin gelas pasak bumi dan hanya menitipkan produknya di toko oleh-oleh khas Kalimantan Selatan. Mugni juga merupakan supplier pasak bumi yang dijual Fajeri di Bukalapak.

Namun, semakin lama Fajeri berkeinginan agar usaha Mugni meluas, bukan hanya di wilayah Kalimantan Selatan. Akhirnya, Fajeri membuatkan akun buat Mugni di Bukalapak sembari mengajarkan dunia digital kepada rekannya itu. “Jangankan digital, akun jualan, atau email,komputer saja enggak kenal.

Cari tombol “enter” bingung ha...ha...ha...,” cerita Fajeri. Walaupun tertinggal, Mugni punya niat kuat untuk belajar. Saat istrinya hamil tua pun dia tetap datang ke rumah Fajeri untuk belajar sambil tetap membawa sang istri. Kejadian lucu selalu mereka ingat karena istri Mugni sempat mengalami kontraksi.

“Saking mau belajar, tapi tidak ingin meninggalkan istri, jadi begitu. Yang panik saya dan istri karena takut kalau sampai melahirkan. Hasilnya, sekarang terasa dia sudah jago dan banyak yang didapatkan dari internet,” ungkap pria berkacamata itu. Kini, Fajeri dan Mugni sama-sama menjual pasak bumi secara online dengan hasil yang memuaskan.

Tidak terasa ada persaingan di antara mereka, malah menjadi mitra. Jika stok Fajeri habis, pesanan dikirim oleh Mugni, begitu pun sebaliknya. Kompetitor menjadi partner kerja sama memang tidak selalu terjadi. Fajeri pun pernah dicurangi oleh orang yang sudah diajarkannya.

Namun, hal itu tidak masalah, karena lelaki kelahiran 1972 ini yakin ada keunggulan dari toko online miliknya, yakni kecepatan respons. “Yang penting tidak main harga, jangan banting harga.

Mugni malah menjual lebih mahal dari saya, padahal dia supplier.Karena dia juga punya keyakinan sendiri bahwa yang memiliki stok banyak, dialah yang menang. Jadi, kami masing-masing punya kepercayaan diri tinggi untuk bersaing jualan online,” ujar Fajeri. (Ananda Nararya)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8255 seconds (0.1#10.140)