Pacu Kinerja, Nike Bangun Budaya Rasa Memiliki

Rabu, 25 Juli 2018 - 06:52 WIB
Pacu Kinerja, Nike Bangun Budaya Rasa Memiliki
Pacu Kinerja, Nike Bangun Budaya Rasa Memiliki
A A A
BEAVERTON - Lebih dari 7.000 pegawai Nike secara global bakal mendapatkan kenaikan gaji mulai tahun depan. Kebijakan baru Nike ini muncul setelah perusahaan apparel Amerika ini melakukan analisis lebih dalam setiap kinerja karyawan di semua level.

Perubahan juga akan dilakukan dalam penghitungan bonus yang didasarkan pada gabungan performa korporasi, tim, dan individu. Perubahan sistem juga dilakukan 100 perusahaan besar lainnya seperti AT&T, GAP, Master card, dan Target.

Langkah ini ditempuh agar karyawan merasa diberdayakan dan mempunyai rasa memiliki terhadap perusahaan. Sebelumnya, Nike diguncang tuduhan diskriminasi dan ketimpangan penghasilan.

Profesor Hukum Universitas Oregon Elizabeth Tippet menegaskan keputusan menaikkan gaji karyawan amat positif. “Terkadang perusahaan takut untuk melakukan perubahan, tapi Nike tidak,” ujarnya dilansir CNNMoney.

Nike mengatakan perbaikan kesejahteraan yang memengaruhi 10% dari total 74 ribu karyawan di seluruh dunia itu sejalan dengan misi visi perusahaan yang ingin memberikan rasa adil terhadap seluruh pegawai. Kenaikkan gaji itu sesuai dengan janji Chief Executive Nike Mark Parker yang ingin memberikan kompensasi.

Parker juga meminta maaf kepada karyawan Nike yang mendapatkan perlakuan kurang berkenan di tempat kerja. Karyawan yang resign akibat pelecehan dan diskriminasi juga akan mendapatkan komisi. Keputusan itu dinilai untuk mengakhiri rumor dan spekulasi buruk yang menggerogoti reputasi Nike di mata investor.

Sebanyak enam eksekutif laki-laki Nike dipecat pada pekan ini. “Saya meminta maaf kepada seluruh karyawan dan juga kepada mereka yang merasa kehilangan kepercayaan dan tidak tahu harus mengadu kepada siapa. Saya ingin semua karyawan Nike tahu mereka memiliki hak,” kata Parker, dikutip nytimes.com.

Parker telah mengumpulkan karyawannya di kantor pusat Nike, Tiger Woods Conference Center. Dia berterima kasih kepada semua karyawan perempuan yang memberanikan diri maju ke depan dan mengutarakan keluhannya. Dia berjanji akan menegur atau mengambil langkah tegas terhadap oknum-oknum Nike.

Pada awal tahun ini, sekelompok pegawai perempuan melakukan survei informal terkait diskriminasi dan pelecehan seksual di Nike. Hasil laporan itu diserahkan kepada Parker pada 5 Maret lalu yang berbuntut pada pemecatan sejumlah eksekutif, termasuk mundurnya suksesor Parker, Presiden Nike Trevor Edwards.

Karyawan perempuan Nike menyatakan tidak diberi kesempatan untuk menduduki jabatan tinggi. Mereka juga diajak berpesta di klub malam, dilecehkan dengan dicium paksa, dan diminta menunjukkan bagian auratnya via surat e-mail. Sedikitnya 11 manager senior keluar dari Nike setelah dilakukannya penyelidikan.

Karyawan perempuan Nike mengaku sudah berkonsultasi dan mengadu kepada pihak HRD. Namun, tidak ada penalti berarti yang dijatuhkan atas tindakan bejat itu. Akhirnya, mereka membentuk kelompok kecil dan mulai melakukan pemberontakan. Mereka mencari tahu seberapa luas diskriminasi itu menyebar.

Penelitian itu menyebabkan nama baik Nike yang memiliki slogan Just Do It tercoreng. Ketika hashtag #MeToo menumbangkan beberapa laki-laki, pemberontakan karyawan perempuan Nike menghempas seluruh industri pakaian dan alas kaki. Tekanan internal itu memaksa Nike bertindak amat cepat mencari jalan tengah.

Gelombang keluhan itu tidak hanya dilayangkan karyawan perempuan, tapi juga diperkuat kesaksian karyawan laki-laki yang mendukung gerakan tersebut. Nike mulai bergerak dan melakukan kajian komprehensif untuk merivisi prosedur evaluasi internal dan mengubah pengawasan managemen pelatihan SDM.

“Saya mulai tersadar bahwa saya, sebagai perempuan, tidak memiliki prospek masa depan yang cerah di perusahaan itu,” kata Franscesca Krane yang bekerja selama lima tahun di Nike dan resign pada 2016 silam. Dia mengaku lelah melihat laki-laki selalu diutamakan meraih jabatan ketimbang perempuan, meski lebih buruk.

Tiga karyawan perempuan Nike juga mengatakan supervisor laki-laki mereka selalu mengucapkan kata-kata jorok dan vulgar. Seorang perempuan juga mengaku pernah dilempari kunci mobil bosnya dan dipanggil dengan kata-kata tak senonoh. Dia kemudian melaporkannya kepada HRD, tapi tak ada sanksi.

Hampir semua mantan dan karyawan perempuan Nike yang berbicara kepada media meminta namanya disembunyikan karena takut akan mendapatkan hukuman dari Nike. Beberapa saudara mereka juga ada yang bekerja di sana. Nike mengatakan masalah ini melingkar di sekelompok manajer yang saling melindungi.

“Kami tidak akan menoleransi sikap seperti itu di lingkungan Nike,” kata Juru Bicara (Jubir) Nike, KeJuan Wilkins. “Saya sendiri merasa terluka setelah mendengar kabar yang tidak sejalan dengan nilai yang kami junjung. Apalagi, hal itu telah merintangi beberapa karyawan kami yang telah bekerja sepenuh hati,” tambahnya.

Amanda Shebiel yang meninggalkan Nike pada September tahun lalu setelah bekerja separuh dekade menyambut baik perubahan sistem yang dilakukan Parker. Namun, dia mengkritik Nike sangat lambat. (Muh Shamil)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4655 seconds (0.1#10.140)