Sarang Laba-laba, Solusi Kontruksi Tahan Gempa

Jum'at, 17 Agustus 2018 - 07:27 WIB
Sarang Laba-laba, Solusi Kontruksi Tahan Gempa
Sarang Laba-laba, Solusi Kontruksi Tahan Gempa
A A A
SURABAYA - Gempa Lombok dan Bali beberapa waktu lalu membuat masyarakat setempat mengalami trauma akibat banyak bangunan roboh dan menelan korban jiwa. Ambruknya bangunan diduga disebabkan kesalahan konstruksi dalam pembangunan gedung bertingkat.

Hal itu disampaikan Tim Ahli Pemasaran PT Katama, perusahaan pemilik paten Perbaikan Konstruksi Sarang Laba-laba, Agus B Sutopo dalam acara 'Architectural Products Workshop Surabaya' di Hotel Novotel, Surabaya, Kamis (16/8/2018).

Konstruksi sarang laba-laba, kata dia, penemunya adalah almarhum Ir Sutjipto, kader PDIP Jatim. Konstruksi ini telah teruji tahan gempa di beberapa daerah. Mulai Aceh, Padang, Bengkulu sampai Papua. Bahkan konstruksi ini dijadikan bahan disertasi di Universite de Technologie de Compiegne (UTC) Prancis. "Bangunan ambruk kurang ketelitian dalam mendesain bangunan," katanya.

Menurutnya, banyak kelebihan dalam konstruksi sarang laba-laba ini. Selain pelaksanaan lebih cepat, juga efisien hingga 30%. Konstruksi sarang laba-laba juga tahan terhadap getaran gempa yang melanda Indonesia. Terbukti, dari beberapa gempa yang terjadi di Aceh dan terbaru di Nusa Tenggara Barat, bangunan yang menggunakan konstruski sarang laba-laba masih berdiri.

"Kita harus mendesain setiap bangunan memiliki konstruksi tahan gempa. Ini karena Indonesia rawan gempa karena terletak diantara lintasan lempeng Asia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia," ujarnya.

Desain konstruksi ini, lanjut dia, mulai mendapatkan tempat di masyarakat. Tahun 2017, ada sekitar 100 bangunan yang dikerjakan diseluruh Indonesia. Jumlah tersebut bakal bertambah tahun 2018 karena dia yakin masyarakat merasakan kualitas konstruksi sarang laba-laba ini.

"Proses pembangunan dengan konstruksi sarang laba-laba ini tidak mengganggu lingkungan sekitar. Sebab, konstruksi ini tidak bergantung pada alat berat dan tidak mengganggu lingkungan sekitar," terang Agus.

Dia menjelaskan, konstruksi ini berbentuk rib atau rusuk. Setelah itu, diisi menggunakan tanah dan dipadatkan. Setelah pemadatan, ditutup beton bertulang. Dimana bentuk pembesian pada pertemuan plat dan kolom seperti sarang laba-laba.

Desain konstruksi ini dianggap tepat untuk bangunan-bangunan dengan ketinggian delapan lantai ke bawah, apron, exit taxiway, jalan dan pergudangan. "Memang ada sedikit retak saat terjadi gempa. Saya kira wajar, tapi bangunan tetap berdiri tegak dan layak huni," pungkasnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5941 seconds (0.1#10.140)