Perubahan Sistem Pemerintahan Majapahit setelah Mundurnya Gajah Mada Akibat Tragedi Bubat

Minggu, 10 Maret 2024 - 06:21 WIB
loading...
Perubahan Sistem Pemerintahan Majapahit setelah Mundurnya Gajah Mada Akibat Tragedi Bubat
Perubahan drastis terjadi di pemerintahan Raja Majapahit Hayam Wuruk pasca peristiwa Bubat. Foto/Ilustrasi/Ist
A A A
Perubahan drastis terjadi di pemerintahan Raja Hayam Wuruk pasca tragedi Bubat. Cuti panjang sang Mahapatih Gajah Mada, yang berujung pengunduran diri sempat membuat roda pemerintahan di Majapahit berguncang.

Satu perubahan yang mencolok dari sistem yakni adanya dewan-dewan menteri dibentuk untuk menggantikan peran Gajah Mada pada 1357. Dewan menteri ini dipimpin oleh menteri paling senior di istana Majapahit.

Mpu Prapanca pujangga terkemuka di Kerajaan Majapahit mencatat dengan semangat gaya pemerintahan baru Majapahit, dan kematangan Hayam Wuruk dalam berpikir dan mengambil kebijakan. Hal ini pula yang diabadikan Mpu Prapanca pada Kakawin Negarakretagama, bab 71 - 72 dan 83.

Earl Drake dalam bukunya "Gayatri Rajapatni : Perempuan di Balik Kejayaan Majapahit", mengisahkan bagaimana para menteri tertinggi mempunyai kedudukan ganda. Mereka harus menjadi kaki tangan sang raja.



Demikianlah tatanan baru ini diresmikan oleh para pangeran, seluruh dunia pun puas dan aman tentram, berkat jasa-jasa sang raja. Demikianlah Negarakretagama mengisahkannya.

Gaya pemerintahan Majapahit yang signifikan berubah tentu interaksi antara raja Hayam Wuruk dengan rakyatnya. Hayam Wuruk kerap langsung turun langsung blusukan mengunjungi daerah-daerah di Jawa Timur. Hal ini membuat raja kian memahami kebutuhan rakyat jelata

Kemudian membuat lebih banyak lagi perubahan, salah satunya dengan mengundang setiap bangsawan dan pimpinan kabupaten ke ibu kota dalam sebuah pertemuan nasional yang diadakan setiap bulan Maret. Dalam pertemuan itu, raja menekankan pentingnya memperhatikan wilayah pedesaan.

"Kalian harus teguh mengemban tugas sebagai kelas Wseya-nya petani, teguh pada apa pun yang akan menghasilkan kemakmuran desa-desa di kabupaten; tetaplah berpegang pada prinsip itu! Jembatan, bendungan, jalan-jalan utama, rumah dan seterusnya, segala macam fasilitas umum yang berguna harus ditata," demikian syair yang berkembang dikisahkan pada Nagarakretagama.

Bab lainnya mengisahkan secara rinci kunjungan Hayam Wuruk ke sekeliling wilayah pedesaan. Para penduduk berbaris di tepi jalan, menanti kemunculan raja. Laksana umbul- umbul, gapura-gapura diberi hiasan pada kedua sisinya.

Sementara semua kereta dikumpulkan di sisi-sisi jalan agar orang bisa berdiri di atasnya untuk menonton iring-iringan kerajaan dari kejauhan. Sambutan begitu meriah mengiringi kedatangan Raja Hayam Wuruk, saat blusukan ke desa.
(hri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1816 seconds (0.1#10.140)