Inilah Asal-usul dan Sejarah Salat Tarawih di Malam Ramadan

Rabu, 13 Maret 2024 - 09:21 WIB
loading...
Inilah Asal-usul dan Sejarah Salat Tarawih di Malam Ramadan
Istilah tarawih belum dikenal pada era Nabi Muhammad SAW, Beliau menyebutnya bukan dengan istilah tarawih, tapi dengan nama qiyam Ramadan, yakni penghidupan atas malam Ramadan. Foto ilustrasi/ist
A A A
Malam-malam di bulan Ramadan diramaikan dengan amalan salat tarawih . Mengapa salat tarawih hanya ada di bulan Ramadan, dan bagaimana asal usul serta sejarah tarawih ini?

Kata tarawih adalah bentuk plural (jamak) dari single tarwiih. Dan Tarwiih adalah bentuk mashdar (kata sifat/hasil kerja) dari kata kerja Rawwaha – Yurawwihu.

Menurut Ahmad Zarkasih Lc, penulis buku "Sejarah Tarawih", istilah tarawih belum dikenal pada era Nabi Muhammad salallahu alaihi wa salam (SAW). "Nabi menyebutnya bukan dengan istilah tarawih, tapi dengan nama qiyam Ramadan, yakni penghidupan atas malam Ramadan," tuturnya. "Maksudnya ibadah guna menghidupkan malam-malam Ramadan," jelasnya.

Munculnya nama tarawih untuk menyebut salat sunah malam Ramadan ini bisa jadi ada beberapa kemungkinan. Salah satunya adalah apa yang terjadi di masa Khalifah Umar bin al-Khathtab. Yakni dari riwayat Imam al-Marwadzi dalam kitabnya Kitab Qiyam Ramadan.

"Dari al-Hasan rahimahullah. Umar bin Khattab Radhiyallahu'anhu memerintahkan Ubai untuk menjadi imam pada qiyam Ramadan, dan mereka tidur di seperempat pertama malam. Lalu mengerjakan salat di 2/4 malam setelahnya. Dan selesai di ¼ malam terakhir, mereka pun pulang dan sahur. Mereka membaca 5 sampai 6 ayat pada setiap rakaat. Dan salat dengan 18 rakaat yang salam setiap 2 rakaat, dan memberikan mereka istirahat sekadar berwudhu dan menunaikan hajat mereka."

Menjadi mungkin, istilah tarawih muncul di masa ini, karena dalam riwayat di atas, Ubai bin Ka’ab diperintah oleh Umar RA untuk menjadi imam qiyam Ramadan dengan bacaan 5 sampai 6 ayat di setiap rakaat. Dan setiap 2 rakaat, istirahat. Dengan redaksi riwayat seperti ini: "Memberikan mereka istirahat sekadar berwudhu dan menunaikan hajat mereka".

Bisa jadi itulah kenapa salat ini disebut dengan istilah Tarawih; karena pelaksaannya ketika zaman ini imam memberikan banyak tarwiih, alias istirahat untuk para makmum di setiap selesai 2 rakaat. Itu berarti, menurut Zarkasih, jika salat dikerjakan dengan 18 rakaat, mereka mendapatkan 9 kali tarwiih. Dan kalau salat itu dikerjakan dengan 20 rakaat, maka tarwiih yang ada menjadi 10 kali tarwih. Apalagi jika ditambah dengan 3 rakaat witir yang formatnya 2 rakaat plus 1. Itu berarti tarwih manjadi 12 kali

Karena itulah salat ini dinamakan salat tarawih , karena di dalamnya imam memberikan banyak tarwiih alias istirahat di setiap selesai salam.

Variasi Jumlah Rakaat

Soal jumlah rakaat dalam salat tarawih juga banyak tidak diketahui oleh kebanyakan orang. "Beberapa orang tahunya bahwa salat tarawih itu ada ketetapan jumlah rakaat yang teriwayat dari Nabi atau para sahabat. Ada yang menyebut 8 rakaat, tidak sedikit yang mengatakan 20 rakaat atau bahkan ada yang lebih," tuturnya.

Padahal, menurut dia, tidak seperti itu juga pelaksanaan tarawih dari sejak zaman Nabi SAW sampai saat kita sekarang ini. Dalam perjalanannya, justru salat ini dilakukan dengan variasi jumlah rakaat yang beragam dan berbeda-beda.

Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bahkan mengerjakan salat tarawih atau qiyam Ramadan dengan jumlah rakaat yang bervariasi. Itulah sebabnya mengapa banyak ulama yang sampai saat ini masih berselisih tentang berapa jumlah rakaat tarawih yang benar dan sesuai dengan apa yang dilakukan Nabi SAW. Lalu kemudian, jumlah 20 rakaatlah yang menjadi masyhur dan disepakati oleh 4 mazhab fiqih sebagai jumlah yang ideal untuk salat tarawih di malam Ramadan.



Wallahu A'lam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2514 seconds (0.1#10.140)