Danareksa: Ekonomi Indonesia Tahun Ini Bisa Tumbuh 5,30%

Rabu, 19 September 2018 - 15:46 WIB
Danareksa: Ekonomi Indonesia Tahun Ini Bisa Tumbuh 5,30%
Danareksa: Ekonomi Indonesia Tahun Ini Bisa Tumbuh 5,30%
A A A
JAKARTA - PT Danareksa (Persero), BUMN bidang jasa keuangan memprediksi ekonomi Indonesia pada akhir tahun ini akan tumbuh antara 5,20-5,30%. Tahun 2019, tumbuh sebesar 5,10-5,20% dan tahun 2020 antara 5,30-5,40%, dengan penggerak pertumbuhan ekonomi didorong konsumsi rumah tangga, peningkatan investasi dan ekspor.

Head of Economic Research Danareksa Research Institute, Damhuri Nasution mengatakan, angka pertumbuhan tersebut lebih baik dari realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2017 di level 5,07%.

Optimisme tersebut mengacu dari data Badan Pusat Statistik (BPS), dimana pertumbuhan ekonomi pada semester I-2018 sebesar 5,17% ditopang oleh peningkatan investasi dan ekspor.

"Beberapa pertimbangan pertumbuhan ekonomi tahun ini dan 2019 di antaranya ekspor dan investasi yang diproyeksi masih tumbuh bagus, sejalan dengan ekspansi ekonomi dunia. Konsumsi rumah tangga pun diproyeksi tumbuh relatif stabil atau sedikit membaik," ujar Damhuri Nasution dalam acara Economic & Market Outlook bertema "Perkembangan dan Prospek Makro Ekonomi serta Pasar Modal 2018-2019 di Gedung Danareksa, Rabu (19/9/2018).

Damhuri menjelaskan, investasi diperkirakan tumbuh baik sejalan dengan pembangunan infrastruktur, peningkatan rating dan perbaikan iklim investasi. Konsumsi pemerintah juga diproyeksikan relatif stabil seiring dengan upaya menyehatkan APBN.

Terkait dengan rupiah, Damhuri mengatakan bahwa nilai tukar rupiah saat ini masih mungkin bergejolak akibat normalisasi kebijakan moneter dan ekspansi fiskal Amerika Serikat (AS), kekhawatiran atas perang dagang AS-China dan kenaikan harga minyak dunia karena geopolitik, yang dapat memperlebar defisit transaksi berjalan.

Suku bunga acuan Bank Indonesia, BI-7-Day Repo Rate, pun dinilai berpotensi kembali dinaikkan menjadi 5,75-6% pada tahun ini dan 5,5-6% pada tahun depan. "Nilai tukar rupiah masih mengalami tekanan di bawah nilai fundamentalnya karena faktor eksternal. Tapi tekanan tersebut akan mulai mereda pada tahun 2019 dan 2020," tegas Damhuri.

Menurut dia, kebijakan moneter global masih cenderung ketat pada tahun depan dan mulai longgar pada tahun 2020, karena diperkirakan tekanan inflasi mereda dan pertumbuhan ekonomi mengalami moderasi. Dengan kenaikan suku bunga acuan AS, Fed Funds Rate (FFR) dua kali tahun 2019 yang berarti tidak seagresif tahun 2018, maka volatilitas pasar keuangan akan sedikit mereda.

Damhuri juga menilai upaya yang sudah dilakukan BI tepat dalam meredam depresiasi rupiah, di antaranya menaikkan BI 7-Day (sudah 125 basis poin) yang diikuti kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara (SUN), sehingga investasi di SUN mulai menarik kembali.

Selain itu, BI juga melakukan dual intervention demi menjaga volatilitas rupiah dan likuiditas dan sekaligus stabilisasi pasar SUN. Sehingga Danareksa perkirakan tekanan terhadap rupiah dapat mereda, untuk akhir tahun 2018. Rupiah per dolar Amerika Serikat di kisaran Rp14.400 dan di tahun 2019 sekitar Rp14.300.

Hanya saja, katanya, tekanan yang perlu diantisipasi ialah risiko eksternal perang dagang AS-China, perang mata uang, geopolitik yang kian memanas, ekspansi fiskal AS yang pro-siklikal, serta normalisasi kebijakan moneter bank sentral global.

"Untuk domestik, kepemilikan asing yang masih tinggi pada obligasi pemerintah tetap menjadi risiko. Kemarau panjang juga berpotensi menyebabkan kenaikan tekanan inflasi pangan. Terakhir Pilpres dan Pileg yang sejuk dan damai tentu menjadi harapan pelaku pasar, baik domestik maupun asing".

Sektor Potensial Pasar Modal
Pada acara yang sama, Danareksa Sekuritas juga memprediksi beberapa sektor potensial yang bisa menjadi pilihan investor. Helmy Kristanto, Head of Research and Strategy PT Danareksa Sekuritas, mengatakan pada tahun politik 2019 dengan dua agenda yakni Pilpres dan Pileg, pola kampanye saat ini tidak polarisasi sebagaimana pemilihan Gubernur Jakarta.

Menurut dia, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga selalu punya arah pergerakan di setiap pesta demokrasi. Hal itu mengingat pemilu yang lancar dan damai sangat penting dalam membangun kepercayaan investor. "Pemerintah juga akan memprioritaskan kebijakan populis, terutama meningkatkan konsumsi, termasuk belanja sosial dan subsidi."

Helmy mengungkapkan beberapa sektor yang menjadi perhatian Danareksa pada semester II-2018 dan tahun 2019, di antaranya otomotif, perbankan, tambang batu bara, konsumer, perkebunan, ritel, konstruksi dan telekomunikasi.

Pertumbuhan sektor-sektor tersebut juga akan dipengaruhi sentimen ekonomi global dan dalam negeri. Khusus global, misalnya, sektor tambang batu bara akan mendapat sentimen positif seiring dengan naiknya permintaaan komoditas ini dari China dan Korea Selatan. Harga batu bara pun diprediksi USD88 per ton pada tahun ini.

Adapun perbankan, Danareksa Sekuritas memprediksi penyaluran kredit pada 2019 bisa tumbuh 12,8% dengan katalis positif subsidi suku bunga tahun 2019 yang dianggarkan sebesar Rp16,6 triliun. Pada sektor konsumer, Pilpres dan Pileg 2019 akan mendorong belanja masyarakat. "Kami memprediksi pada tahun depan, pendapatan sektor ini (konsumer) tumbuh 7,6% year on year (yoy), dengan kenaikan pertumbuhan laba 8,7% (yoy).

Di sisi lain, sektor konstruksi akan mendapat sentimen positif. Dalam APBN, pemerintah mengalokasikan bujet infrastruktur mencapai Rp420,5 triliun, lebih tinggi dari alokasi 2018 sebesar Rp410,7 triliun. Ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam melanjutkan proyek infrastruktur, kendati fokus nanti pada human capital.

"Selain itu, khusus sektor otomotif, kami netral. Kompetisi yang semakin ketat, banyaknya model mobil baru yang dirilis, membaiknya harga komoditas dan pengembangan infrastrukur akan mendorong pemulihan penjualan mobil komersial."

IHSG pada tahun ini akan berada di kisaran 6.275-6.553, sedangkan indeks bisa mencapai level 7.000 pada akhir tahun 2019, jika kestabilan pertumbuhan ekonomi dan rupiah bisa terus terjaga.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9143 seconds (0.1#10.140)