Mayoritas Wall Street Jatuh Akibat Kekhawatiran Gejolak Politik di AS

Selasa, 25 September 2018 - 07:02 WIB
Mayoritas Wall Street Jatuh Akibat Kekhawatiran Gejolak Politik di AS
Mayoritas Wall Street Jatuh Akibat Kekhawatiran Gejolak Politik di AS
A A A
NEW YORK - Mayoritas pasar saham Amerika Serikat alias Wall Street jatuh pada perdagangan Senin waktu setempat, imbas kekhawatiran gejolak politik di AS menjelang pemilihan sela, dimana Partai Republik berusaha mempertahankan kedua majelis Kongres.

Melansir dari CNBC, Selasa (25/9/2018), Wall Street anjlok merespons kabar bahwa Wakil Jaksa Agung Rod Rosenstein akan mengundurkan diri atau dipecat. Gedung Putih mengatakan bahwa Rosenstein akan bertemu dengan Presiden AS Donald Trump soal kabar tersebut.

Orang nomor dua di Departemen Kehakiman itu, kemungkinan besar mengundurkan diri karena beredarnya kabar yang ditulis The New York Times bahwa Rosenstein berencana untuk menyadap Presiden AS Donald Trump. Namun Rosenstein membantah kabar tersebut.

Pengunduran Rosenstein membuat gejolak politik di Gedung Putih dan kemungkinan bakal berpengaruh terhadap Partai Republik dalam pemilihan sela. Survei yang dilakukan NBC-The Wall Street Journal, Partai Demokrat unggul 12 poin dari Partai Republik. Bila Partai Demokrat menang, maka mereka akan memegang kendali di DPR dan Senat.

Indeks Dow Jones ditutup anjlok hingga 181,45 poin menjadi 26.562,05. Indeks S&P 500 turun 0,4% menjadi 2.919,37. Sedangkan Nasdaq melawan tren dengan naik 0,1% menjadi 7.993,25, berkat kenaikan saham Netflix sebesar 2,3%.

"Tentu saja kabar pengunduran diri pejabat tingkat tinggi bukan sesuatu yang ingin dilihar pasar. Pasar ingin melihat stabilitas politik," kata Bruce McCain, kepala strategi investasi di Key Private Bank.

Selain pengunduran diri wakil jaksa agung, Wall Street juga merespons babak baru perang tarif AS dengan China, dimana kedua negara juga membatalkan pembicaraan perdagangan. The Wall Street Journal melaporkan bahwa China membatalkan dua delegasinya ke Washington untuk pembicaraan perdagangan. Yang terjadi justru, kedua negara resmi memberlakukan perang tarif mulai Senin kemarin.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8053 seconds (0.1#10.140)