BEI Catat Rekor Pertumbuhan Investor Ritel Tahun Ini

Jum'at, 16 November 2018 - 22:02 WIB
BEI Catat Rekor Pertumbuhan Investor Ritel Tahun Ini
BEI Catat Rekor Pertumbuhan Investor Ritel Tahun Ini
A A A
SURAKARTA - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyakini pertumbuhan jumlah investor ritel atau single investor identification (SID) hingga akhir tahun 2018 bisa bertambah 200 ribu. Namun angka kenaikan itu merupakan rekor terbesar yang pernah terjadi sejak SID pertama dibentuk pada 2012 lampau.

Direktur Pengembangan BEI Hasan Fawzi mengatakan, jumlah SID khusus saham sudah mencapai 827 ribu investor hingga saat ini. Sementara sejak akhir 2017 lalu, SID saham mencapai 628.491 investor dan pada 2016 sebanyak 535.994 investor.

“Targetnya untuk tahun ini bertambah 130 ribu investor, tapi kami optimistis bisa naik 200 ribu. Semua ini berkat edukasi dan sosialisasi yang kami lakukan bersama sekuritas dan emiten,” ujar Hasan dalam Media Gathering Pasar Modal 2018 di Surakarta, Jawa Tengah, Jumat (16/11/2018).

Dia mengungkapkan, target utama investor yang disasar yakni generasi muda khususnya segmen pekerja muda karena sudah siap untuk berinvestasi saham. Selain itu juga pihaknya mendorong edukasi di sekolah dan kampus sehingga berinvestasi sejak dini.

“Investor ritel sangat dibutuhkan untuk penguatan pasar modal. Kami juga menyiapkan beberapa inisiatif baru untuk mendorong kemudahan investor ritel untuk masuk. Khususnya potensi dari luar Jawa seperti Kalimantan,” tambahnya.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal merangkap Anggota Dewan Komisioner OJK Hoesen juga menjelaskan, ada beberapa inisiatif yang disiapkan untuk pasar modal seperti simplifikasi rekening efek dan rekening dana nasabah secara elektronik, tanda tangan digital, dan equity crowdfunding. Selain itu juga ada rencana untuk ujian online dan sertifikasi bagi profesi, elektronik bookbuilding untuk penawaran umum perdana secara elektronik oleh para investor.

“Kita dorong seluruh SRO di pasar modal untuk melakukan automasi dan pemanfaatan IT demi mendorong investor ritel. Salah satunya broker dealer akan semakin luas di daerah karena ada ujian online. Mereka bisa berprofesi di daerah-daerah,” ujar Hoesen.

Lebih lanjut dia mengatakan, pertumbuhan investor ritel merupakan salah satu isu penting untuk pendalaman pasar modal. Saat ini investor ritel Indonesia masih dangkal sehingga dinamika faktor global sangat mudah berpengaruh di dalam negeri.

Perbandingan komposisi investor asing dan domestik sudah mulai berubah sejak 2014, dimana asing menguasai porsi 59,29% telah menyusut menjadi hanya 44,7% pada Oktober 2018. “Bahkan terakhir kemarin suku bunga acuan BI dinaikkan kian membuat IHSG semakin menarik atau ditutup naik 0,95% di hari Jumat,” ujarnya.

Berdasarkan data dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), wilayah Sumatera menjadi wilayah kedua dengan jumlah investor terbanyak. Tercatat di kawasan ini jumlah investor mencapai 14,35% dengan total aset mencapai Rp 32,30 triliun atau hanya 1,51% dari total.

Kemudian, jumlah investor terbanyak ketiga berlokasi di kawasan Kalimantan yang mencapai 4,44% dari total. Namun jumlah asetnya lebih tinggi dibanding Sumatera, sebesar Rp48 triliun atau 2,24% dari total aset.

Lalu, di wilayah timur yakni Sulawesi serta Maluku dan Papua masing-masing memiliki jumlah investor sebesar 3,44% dan 1,14% dari total SID seluruh Indonesia. Di Sulawesi, jumlah aset investornya mencapai Rp4,36 triliun atau 0,20% dan di Maluku dan Papua mencapai Rp1,25 triliun atau hanya 0,06% saja.

BEI melalui program IDX Inkubator tengah menyasar perusahaan rintisan bervaluasi kecil hingga menengah atau startup, agar bisa ikut melantai di bursa. Direktur Utama BEI, Inarno Djajadi menjelaskan, para pelaku usaha menengah dan kecil itu, saat ini tengah dimasukkan ke dalam IDX Inkubator.

Hal ini dilakukan sebelum para UKM bisa memenuhi sejumlah persyaratan yang sudah dipermudah BEI untuk melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO). "Kita sedang menggarap untuk usaha kecil menengah di mana persyaratannya jauh lebih ringan dari papan utama," kata Inarno.

Sambung dia menerangkan, target perusahaan IPO pada 2019, khususnya di tengah kondisi pemilu presiden, dia memastikan bahwa target BEI tetap sama seperti tahun ini, yakni sebanyak 35 emiten. "Sebetulnya target kita tahun ini 35 perusahaan juga. Tapi sekarang sudah mencapai 54 perusahaan, dan dalam pipeline juga masih ada. Tahun depan target juga tetap 35 perusahaan. Walaupun ada pilpres, kita tetap optimistis. Tapi harapannya agar bisa di atas itu juga," ujarnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6904 seconds (0.1#10.140)