Penyaluran Kredit per Oktober Capai Rp5.188,6 Triliun

Minggu, 02 Desember 2018 - 20:01 WIB
Penyaluran Kredit per Oktober Capai Rp5.188,6 Triliun
Penyaluran Kredit per Oktober Capai Rp5.188,6 Triliun
A A A
JAKARTA - Penyaluran kredit perbankan pada periode Oktober tercatat sebesar Rp5.188,6 triliun atau tumbuh 13,1% (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 12,4% (yoy). Peningkatan penyaluran kredit terutama terjadi pada debitur korporasi yang memiliki pangsa 50,1% dari total kredit.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Agusman mengatakan, pertumbuhan kredit korporasi tercatat sebesar 15,9% (yoy), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 14,3% (yoy).

"Hal ini mengindikasikan kegiatan ekonomi yang akan meningkat signifikan baik dalam investasi maupun kegiatan usaha," kata Agusman di Jakarta, baru-baru ini.

Sementara itu, kredit untuk debitur perseorangan dengan pangsa 45,5% dari total kredit tercatat tumbuh melambat dari 10,4% (yoy) menjadi 10,0% (yoy) pada bulan berjalan. Berdasarkan jenis penggunaannya, lanjut dia, peningkatan terjadi pada kredit modal kerja dan kredit investasi.

Adapun kredit Modal Kerja (KMK) tercatat tumbuh meningkat dari 13,6% (yoy) menjadi 14,1% (yoy) terutama disebabkan oleh akselerasi penyaluran KMK pada sektor konstruksi dan sektor industri pengolahan. "KMK Sektor Konstruksi mencatat akselerasi pertumbuhan dari 13,9% (yoy) menjadi sebesar 19,1% (yoy)," imbuhnya.

Menurut dia, akselerasi tersebut terutama didorong oleh KMK yang disalurkan kepada konstruksi jalan tol di Jawa Barat dan DKI Jakarta. Akselerasi pertumbuhan juga didorong oleh KMK yang disalurkan untuk sektor industri pengolahan yang tercatat mengalami kenaikan dari 13,9% (yoy) menjadi 15,4% (yoy) khususnya pada subsektor industri pengilangan minyak bumi, pengolahan gas bumi serta subsektor industri semen, kapur, dan gips di wilayah Banten dan Sulawesi Utara.

Agusman melanjutkan, kredit investasi (KI) tumbuh dari sebesar 11,4% (yoy) menjadi 13,1% (yoy) pada bulan Oktober 2018 terutama disebabkan oleh akselerasi pertumbuhan kredit sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Pertumbuhan KI pada sektor pengangkutan dan komunikasi terutama didorong oleh subsektor angkutan laut domestik di wilayah DKI Jakarta dan Kepulauan Riau.

Sementara pertumbuhan sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan disebabkan oleh peningkatan kredit pada subsektor perkebunan kelapa sawit di Provinsi Riau dan Jambi. Di sisi lain, kredit konsumsi (KK) pada Oktober 2018 tumbuh 11,4% (yoy), sedikit lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 11,5% (yoy) yang disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR), Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), dan kredit multiguna (yoy).

Sejalan dengan akselerasi penyaluran kredit, kredit properti tumbuh lebih tinggi dari 14,8% (yoy), menjadi 16,7% (yoy), terutama pada kredit konstruksi dan kredit real estat. Dia menuturkan, pertumbuhan kredit real estat bulan Oktober 2018 sebesar 13,0% (yoy) dari 10,0% (yoy) pada bulan sebelumnya, disebabkan oleh perlambatan pada real estat gedung perbelanjaan (mal, plaza) di wilayah Banten dan Jawa Timur.

Sementara itu, kredit KPR dan KPA tercatat melambat dari 14,5% pada September 2018 menjadi 13,9% (yoy). Agusman mengungkapkan, penyaluran kredit kepada sektor UMKM Oktober 2018 tercatat mengalami peningkatan.

Adapun posisi kredit UMKM Oktober 2018 tercatat sebesar Rp951,8 triliun atau tumbuh 11,0% (yoy), lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya yang tumbuh 9,4% (yoy). Menurut dia, kenaikan kredit UMKM terjadi baik dalam bentuk modal kerja maupun investasi.

Berdasarkan skala usahanya, pertumbuhan kredit untuk skala mikro mendorong pertumbuhan kredit UMKM dengan pertumbuhan 18,2% (yoy) dibandingkan bulan sebelumnya 15,3% (yoy), disusul oleh kredit usaha menengah dan kredit usaha kecil yang masing-masing meningkat dari 5,2% (yoy) dan 10,9% (yoy) menjadi sebesar 6,8% (yoy) dan 11,7% (yoy) pada Oktober 2018.

Kepala Group Risiko Perekonomian dan Sistem Keuangan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Dody Arifianto menambahkan, pertumbuhan kredit masih berpotensi naik, namun kondisi ini diyakini tidak dapat berlangsung lama. Hal tersebut dikarenakan beberapa faktor risiko, seperti terbatasnya pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan potensi naiknya bunga kredit akibat kenaikan bunga acuan.

"Di sisi lain, pertumbuhan DPK diperkirakan akan tetap tumbuh lebih rendah di tengah proses penyesuaian bunga simpanan yang masih terjadi," kata dia. Adapun 1pertumbuhan kredit dan DPK tahun ini diperkirakan mencapai 11,5% dan 7,2%.

Dengan demikian Loan to Deposito Ratio (LDR) perbankan akan berada di sekitar 93,2%. Sementara itu, ruang kenaikan lanjutan bunga simpanan perbankan ke depan masih ada, namun sudah mendekati optimal khususnya untuk suku bunga maksimal.

Akan tetapi, menurutnya, tren kenaikan ini dapat berlanjut jika peningkatan bunga acuan kembali dilakukan. Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah mengungkapkan, pertumbuhan kredit sampai dengan akhir tahun ini diperkirakan akan berada di kisaran 11,5 % sampai dengan 12%. "Sementara Tahun depan diperkirakan akan melambat ke kisaran 10- 11%," pungkasnya.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6195 seconds (0.1#10.140)