Pertempuran Nahawand Iran: Cerita tentang 2 Peti Permata Berlian

Selasa, 23 April 2024 - 14:38 WIB
loading...
Pertempuran Nahawand Iran: Cerita tentang 2 Peti Permata Berlian
Khalifah Umar menolak 2 peti permata hasil pampasan perang. Ilustrasi: Ist
A A A
Pertempuran Nahawand terjadi pada tahun 642 antara pasukan Arab Muslim melawan pasukan Kekaisaran Sasania. Pertempuran berakhir dengan kemenangan mutlak bagi pihak Muslim, dan akibatnya pihak Persia kehilangan kota-kota di sekitar wilayah tersebut, termasuk kota penting Sephahan, yang kini bernama Isfahan di Iran .

Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Al-Faruq Umar" yang diterjemahkan Ali Audah menjadi " Umar bin Khattab " (PT Pustaka Litera AntarNusa, April 2000) mengisahkan Khalifah Umar bin Khattab mendapat kabar akan kemenangan itu. Utusan muslim dari Persia pun berada di Madinah dengan membawa seperlima harta rampasan perang.

Harta tersebut dimasukkan ke dalam Masjid, dan Umar memerintahkan beberapa orang sahabatnya, di antaranya Abdur-Rahman bin Auf dan Abdullah bin Arqam, untuk bermalam di tempat itu dan keesokan harinya membagi-bagikannya kepada kaum Muslimin.



Ketika pulang ke rumahnya Khalifah Umar diikuti oleh Sa'ib, utusan tentara muslim yang mengurus harta pampasan perang. Ia memberitahukan mengenai kedua peti perhiasan berisi berlian yang tak ternilai harganya kepada Khalifah.

Disebutkan juga bahwa permata dalam kedua peti itu oleh para pejuang disediakan khusus untuk Umar. Mengenai Sa'ib bin Agra' ini Tabari menyebutkan bahwa ia berkata:

"Saya beritahukan kepadanya mengenai kedua peti itu. Tetapi dia berkata: Masukkanlah ke baitulmal. Nanti kita pikirkan; sepantasnya itu untuk pasukan Anda. Kemudian saya masukkan semua benda berharga itu ke baitulmal, dan saya segera kembali ke Kufah. Malam itu, ketika saya keluar dari Medinah Umar tinggal di rumahnya. Paginya ia mengutus orang menyusul saya."

"Dia baru dapat menyusul saya sesudah saya sampai di Kufah dan menderumkan unta saya, dia juga menderumkan untanya di kedua keting unta saya".

Lalu dia berkata: Sepantasnya itu memang untuk Amirulmukminin. Dia mengutus saya untuk memanggil Anda, tetapi baru sekarang saya dapat menyusul Anda.



Saya menukas: Apa dan mengapa? Saya tidak tahu, katanya. Kemudian kami berangkat sampai ke tempat Umar.

Setelah melihat saya ia berkata: Ah! Apa urusan saya dengan anak Ibn Sa'ib, dan urusan anak Ibu Sa'ib dengan saya! Mengapa, Amirulmukminin? tanya saya.

Umarmenjawab: Yah! Begitu saya tidur ketika malam itu Anda pergi, para malaikat menyeret saya ke tempat dua peti yang menyala menjadi api sambil berkata: Akan kami selar Anda dengan nyala api kedua peti itu, maka saya berkata: Akan saya bagikan kepada kaum Muslimin. Maka sekarang bawalah kedua barang-barang itu dan juallah dan bagikanlah hasilnya kepada kaum Muslimin.

Setelah itu kedua peti itu saya bawa dan saya simpan di mesjid Kufah. Para pedagang mendatangi saya, yang kemudian diberi oleh Amr bin Haris dengan harga dua juta. Kemudian dia membawanya ke daerah orang-orang asing lalu dijualnya dengan harga empat juta. Dan setelah itu penduduk Kufah tetap yang paling kaya."



Dalam sumber lain Tabari juga mengutip bahwa Sa'ib menyerahkan kedua peti perhiasan itu kepada Umar ketika memasuki rumahnya dan menceritakan duduk soalnya. Tetapi Umar berkata: Hai anak Mulaikah, banyak sekali ini padahal Anda tidak bersama mereka. Cepat, cepatlah, kembalilah Anda ke tempat Anda semula dan sampaikan kepada Huzaifah agar membagikan harta rampasan perang yang diberikan Allah kepada mereka.

Sa'ib pulang kembali ke tempat Huzaifah dan barang-barang itu dijual dengan memperoleh harga empat juta, dibagikan di antara mereka yang telah diberi Allah harta rampasan perang itu. Setiap anggota pasukan berkuda mendapat empat ribu dirham, selain enam ribu yang sudah diperoleh sebelumnya.
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1033 seconds (0.1#10.140)