Data Ekonomi Indonesia Berimbas Aksi Jual di Pasar Saham di 2018

Rabu, 26 Desember 2018 - 19:51 WIB
Data Ekonomi Indonesia Berimbas Aksi Jual di Pasar Saham di 2018
Data Ekonomi Indonesia Berimbas Aksi Jual di Pasar Saham di 2018
A A A
JAKARTA - Data ekonomi Indonesia yang cenderung menurun menjadi penyebab terjadinya aksi jual di pasar saham sepanjang tahun 2018. Hal ini wajar secara psikologis karena sesuatu yang negatif tentunya akan direspon secara negatif pula.

Analis Senior CSA Research Institute, Reza Priyambada, menilai adanya rilis data ekonomi yang bertuliskan penurunan, depresiasi, lebih rendah, tidak lebih tinggi, di bawah, dan sejenis lainnya tentunya akan direspon negatif. Pelaku pasar pun tampaknya tanpa mencerna lebih detil langsung bereaksi.

"Sehingga, berpengaruh pada kondisi IHSG. Bahkan rilis inflasi yang secara tahunan lebih rendah dari periode sebelumnya, hanya direspon positif sesaat karena adanya penilaian rendahnya inflasi kontra dengan keputusan BI yang menaikkan tingkat suku bunga," ujarnya di Jakarta, Rabu (26/12/2018).

Reza menjelaskan, hal yang sama juga terjadi pada sejumlah emiten yang sahamnya terkena aksi jual. Setiap ada berita yang mengindikasikan penurunan kinerja, outlook, hingga pembagian dividen yang dianggap tidak lebih tinggi dari periode sebelumnya tentunya direspon negatif.

"Ini karena dianggap sebagai penurunan kinerja. Padahal belum tentu, bisa saja manajemen memiliki sejumlah perencanaan yang dapat membuat kinerja perusahaan bertumbuh atau paling tidak bertahan di tengah kondisi sektoral yang kurang baik," katanya.

Adapun, berdasarkan realisasi pendapatan dan belanja negara, realisasi defisit anggaran sebesar Rp279,99 triliun atau 1,89% terhadap PDB lebih rendah dari periode sebelumnya sebesar 2,59%. Upaya pemerintah dalam meningkatkan pendapatan negara dibarengi dengan relaksasi perpajakan untuk menjangkau lebih banyak potensi pajak.

"Meski positif secara makroekonomi dan pengelolaan APBN namun, juga belum banyak berimbas pada IHSG," tutur Reza.

Kondisi negatif, lanjut dia, juga dirasakan dari sisi belanja negara, terutama peningkatan realiasasi belanja Kementerian PUPR yang mengalami peningkatan dan terserap lebih dari 70% terhadap APBN juga tidak banyak direspon positif pelaku pasar.

"Adanya sentimen positif dari rendahnya defisit tersebut tampaknya tidak banyak mempengaruhi laju IHSG yang cenderung mengalami pelemahan. Ini karena diimbangi oleh sentimen global dan adanya berbagai komentar negatif terkait defisit tersebut karena ketidakpahaman dalam memahami postur dan struktur APBN," pungkas Reza.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6120 seconds (0.1#10.140)