Pertumbuhan Ekonomi China Diperkirakan di Bawah 6%

Selasa, 08 Januari 2019 - 17:01 WIB
Pertumbuhan Ekonomi China Diperkirakan di Bawah 6%
Pertumbuhan Ekonomi China Diperkirakan di Bawah 6%
A A A
BEIJING - Konflik perdagangan dengan Amerika Serikat telah melukai perekonomian Republik Rakyat China. Kepala Ekonom di DBS Group Research, Taimur Baig, mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi China saat ini, kemungkinan di bawah 6% seiring permintaan domestik yang melemah.

Kalkulasi Baig berdasarkan dari melemahnya permintaan produk-produk industri di China. Diantaranya raksasa teknologi Apple yang baru-baru ini menurunkan target pendapatan mereka karena melemahnya permintaan di China. Produsen mobil asal China, Geely yang terdaftar di bursa Hong Kong, mengatakan mereka kehilangan target penjualan di tahun 2018 dan memperkirakan penjualan di tahun 2019 tetap stagnan.

"Permintaan domestik di China sedang melemah, sedangkan permintaan di luar China tidak seburuk itu. Permintaan domestik yang "sangat lemah" kemungkinan menandakan perubahan struktural dalam ekonomi China. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) China akan sub 6%," ujar Baig kepada CNBC, Selasa (8/1/2019).

Tahun lalu, China melaporkan pertumbuhan ekonomi mereka sebesar 6,5% pada kuartal III, merupakan yang terlemah sejak krisis keuangan global 2008. Pemerintah China sendiri menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun 2018 sekitar 6,5%.

Melambatnya pertumbuhan ekonomi China, sebagian besar disebabkan sengketa dagang dengan Amerika Serikat, sehingga menganggu pesanan ekspor mereka yang berdampak terhadap produksi.

Menghadapi perlambatan ini, China sedang melakukan negosiasi dengan AS di Beijing. Baig mengatakan konflik kecil kedua negara ekonomi besat di dunia ini, kemungkinan akan berakhir dalam tiga hingga enam bulan mendatang. "Kami akan bernapas sedikit lega jika keadaan tidak bertambah buruk".

Dalam pertemuan KTT G20 di Argentina, di awal Desember lewat, Presiden AS Donald Trump dan Presiden RRC Xi Jinping menyetujui gencatan senjata 90 hari untuk menunda rencana kenaikan tarif AS atas barang-barang China senilai USD200 miliar, yang awalnya akan mulai berlaku 1 Januari 2019. Dan kedua pihak terus menegosiasikan kesepakatan.

Dan menurut Baig, jika gencatan senjata diperpanjang hingga musim panas, memberikan ekonomi global sedikit kelonggaran untuk bisa memulih di paruh pertama tahun 2019 ini.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.3162 seconds (0.1#10.140)