Harga Minyak Memperpanjang Keuntungan Ditengah Pembicaraan AS-China

Rabu, 09 Januari 2019 - 12:09 WIB
Harga Minyak Memperpanjang Keuntungan Ditengah Pembicaraan AS-China
Harga Minyak Memperpanjang Keuntungan Ditengah Pembicaraan AS-China
A A A
SINGAPURA - Harga minyak mentah melanjutkan kenaikan pada Rabu (9/1/2019), ditengah harapan bahwa Washington dan Beijing dapat menyelesaikan sengketa dagang yang telah memicu perlambatan ekonomi global.

Melansir dari Reuters, harga minyak mentah berjangka Amerika Serikat, West Texas Intermediate (WTI) naik 51 sen alias 1% menjadi USD50,29 per barel. Ini pertama kalinya di tahun 2019, harga WTI menembus USD50 per barel.

Sementara itu, harga minyak berjangka Brent International naik 42 sen atau 0,7% menjadi USD59,14 per barel. Kedua tolok ukur harga minyak mentah ini, telah naik lebih dari 2% dibanding sesi sebelumnya.

"Harga minyak mentah terus memperpanjang kenaikan karena laporan awal dari Beijing mengenai negosiasi perdagangan memicu optimisme seputar pembicaraan perdagangan yang sukses antara AS dan China," ujar Stephen Innes, kepala perdagangan untuk Asia Pasifik di bursa berjangka Oanda di Singapura.

Dan sambung dia, setelah mengalami harga yang rendah di bulan Desember lalu, harga minyak mentah kini terus menangkap getaran positif.

Amerika Serikat dan China, dua negara ekonomi terbesar di dunia akan melanjutkan pembicaraan dagang di Beijing untuk hari ketiga pada Rabu ini. Seorang pejabat AS mengatakan pembicaraan ini menunjukkan kemajuan, diantaranya soal peningkatan pembelian komoditas pertanian dan energi AS ke China.

Surat kabar pemerintah China Daily mengatakan pada Rabu ini, bahwa Beijing ingin mengakhiri sengketa perdagangannya dengan Amerika Serikat, tetapi tidak akan membuat "konsesi yang tidak masuk akal" dan setiap perjanjian harus melibatkan kompromi di kedua belah pihak.

Jika pembicaraan ini tidak ada kata sepakat, maka pada 2 Maret depan, Presiden AS Donald Trump akan melanjutkan dengan menaikkan tarif impor China senilai USD200 miliar, dari semula 10% menjadi 25%. Dan ini akan semakin memukul perekonomian China.

China sendiri membutuhkan pasokan minyak besar. Namun perlambatan ekonomi dan mulai mahalnya harga minyak bisa menjadi kendala. Harga minyak saat ini terus meningkat seiring pengurangan pasokan yang dilakukan oleh OPEC dan Rusia sejak akhir tahun 2018.

"Harga minyak mentah terus bergerak tinggi, membuat investor menjadi semakin yakin bahwa pemotongan oleh OPEC dan Rusia akan memperketat pasar minyak," tulis ANZ Bank.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5304 seconds (0.1#10.140)