Rupiah Dibuka Mencoba Pulih Saat Dolar Dekati Level Tertinggi

Selasa, 22 Januari 2019 - 10:51 WIB
Rupiah Dibuka Mencoba Pulih Saat Dolar Dekati Level Tertinggi
Rupiah Dibuka Mencoba Pulih Saat Dolar Dekati Level Tertinggi
A A A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada awal perdagangan, Selasa (22/1/2019) dibuka mencoba berbalik pulih, meskipun masih cenderung tertekan. Pergerakan mixed mata uang Garuda mengiringi leju dolar yang masih berada dalam jalur level tertinggi dalam dua pekan terhadap mata uang utama lainnya.

Menurut kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, rupiah pagi ini dibuka tergerus menjadi Rp14.221/USD. Posisi ini memperlihatkan rupiah tidak berdaya untuk masih berada di zona merah dibandingkan sebelumnya Rp14.212/USD.

Data Yahoo Finance menunjukkan rupiah pada sesi perdagangan pagi justru menanjak naik ke level Rp14.180/USD dengan pergerakan harian Rp14.180 hingga Rp14.225/USD. Peringkat tersebut menjadi sinyal pemulihan rupiah, setelah kemarin merosot menjadi Rp14.222/USD.

Posisi rupiah melihat data Bloomberg, pada perdagangan spot exchange juga menghijau ke level Rp14.188/USD dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp14.226/USD. Rupiah hari ini bergerak di kisaran level Rp14.188-Rp14.227/USD.

Di sisi lain seperti dilansir Reuters, Dolar melayang di dekat posisi tertinggi dua pekan terhadap mata uang lainnya pada perdagangan Selasa karena perlambatan ekonomi China ke posisi terendah dalam 28 tahun menghidupkan kembali kekhawatiran investor atas pertumbuhan global dan mendukung mata uang safe-haven.

Indeks dolar yang mengukur kekuatannya terhada enam mata uang utama lainnya, tercatat stabil di posisi 96,33 atau bertahan dekat posisi terbaiknya dalam dua minggu di 96,43 yang dicapai pada hari Senin. Yen JPY yang merupakan mata uang safe-haven lain, bergerak mendatar terhadap dolar, untuk berada di 109,64 pada awal perdagangan.

Sedangkan Poundsterling berada pada posisi 1,2888 terhadap USD dan ditempat lain euro mendatar ke level 1,1367. Mata uang tunggal kemungkinan akan tetap di bawah tekanan karena pertumbuhan kekuatan ekonomi Eropa seperti Jerman dan Prancis yang diprediksi bakal bergejolak dan inflasi tetap lemah.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3439 seconds (0.1#10.140)