Sri Mulyani Sebut Seruan IMF untuk Pangkas Utang Tak Relevan Bagi RI

Selasa, 22 Januari 2019 - 15:49 WIB
Sri Mulyani Sebut Seruan IMF untuk Pangkas Utang Tak Relevan Bagi RI
Sri Mulyani Sebut Seruan IMF untuk Pangkas Utang Tak Relevan Bagi RI
A A A
JAKARTA - Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) meminta negara-negara di dunia untuk memangkas utang pemerintahnya, guna meminimalisir risiko ketidakpastian di pasar keuangan global. Pasalnya, IMF meramal pertumbuhan ekonomi global hanya 3,5% di tahun ini.

Menanggapi hal itu, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebutkan bahwa saat ini utang pemerintah Indonesia masih kecil yaitu di level 30% terhadap produk domestik bruto (PDB/GDP). Sehingga, tidak relevan jika Indonesia diminta untuk mengurangi utang pemerintah.

"Di low income country waktu kemarin annual meeting disampaikan ada lebih dari 40 negara low income country yang sekarang utangnya tidak sustainable di atas 100%. Indonesia kalau Anda bandingkan, utang kita terhadap GDP masih di 30%. Untuk standar internasional itu rendah sekali," katanya di Jakarta, Selasa (22/1/2019).

Selain itu, defisit Indonesia hanya sekitar 1,76%. Lain halnya dengan negara seperti Italia yang defisitnya mencapai 2% sementara rasio utang terhadap PDB (debt to GDP ratio) nya di atas 60%. "Italia itu yang menjadi sorotan. Italia itu debt to GDP ratio-nya di atas 100% tapi dia ingin defisitnya di atas 2,4%," imbuh dia.

Menurutnya, pernyataan IMF untuk mengurangi utang pemerintah sejatinya relevan untuk negara seperti Italia. Sebab, negara seperti itu harus menjaga keseimbangan fiskalnya dengan mengurangi defisit sehingga perlu mengurangi utang pemerintah.

"Jadi bagaimana mereka mengurangi defisit dan utangnya tanpa membuat growth-nya juga melemah. Karena kalau growth-nya melemah utangnya juga menurun, maka rasio utangnya juga tidak akan menurun," tuturnya.

Masih menurut wanita yang akrab disapa Ani ini, Indonesia saat ini pertumbuhannya di atas 5% dan defisitnya di bawah 2%. Sehingga, pernyataan IMF tersebut dianggap tidak relevan untuk Indonesia. "Indonesia sekarang growth-nya sudah di atas 5% dan defisitnya di bawah 2%. Jadi enggak relevan buat Indonesia statement (IMF) itu," tandasnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8284 seconds (0.1#10.140)