Berencana Ekspor, Harga Beras RI Dinilai Tak Akan Bisa Bersaing

Jum'at, 25 Januari 2019 - 16:49 WIB
Berencana Ekspor, Harga Beras RI Dinilai Tak Akan Bisa Bersaing
Berencana Ekspor, Harga Beras RI Dinilai Tak Akan Bisa Bersaing
A A A
JAKARTA - Rencana mengekspor beras dinilai tak logis, lantaran masih banyak hal yang perlu dibenahi guna bisa mencapai keinginan tersebut. Apalagi, harga beras saat ini jauh lebih mahal dibandingkan rata-rata harga beras dunia sehingga apabila dipaksakan diekspor, beras Indonesia tidak akan mampu bersaing.

“Boleh saja ekspor, tapi rugi. Nanti biar kerugiannya ditanggung rakyat,” sindir Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Dwi Andreas, kepada wartawan, menanggapi keinginan Bulog untuk mengekspor beras.

Sambung dia menjelaskan, saat ini harga beras di Indonesia di tingkat petani sudah mencapai Rp10 ribuan perkilogram, dikarenakan harga gabah kering sudah menyentuh Rp5 ribu perkilogran ke atas. Sementara itu, harga beras dunia per tonnya di angka USD404 yang apabila dirupiahkan berada di kisaran Rp5.600-an perkilogran. “Kalaupun nanti musim panen raya, saya prediksi harga beras di tingkat petani sekitar Rp8 ribuan. Masih lebih tinggi,” ujarnya.

Andreas menyatakan, baiknya pemerintah tidak mengeluarkan ide yang tidak rasional lagi seperti ini. Bagaimanapun, mimpi mengekspor beras umum tidak mungkin tercapai dengan kondisi selama ini. Berbeda jika memang ingin mengekspor beras khusus, seperti beras organik. “Sudahlah tidak mungkin. Itu saja,” tutup akademisi ini.

Hal senada disampaikan Direktur Utama Food Station Tjipinang Jaya Arief Prasetyo Adi yang menerangkan, harga beras di Indonesia masih belum bisa menyaingi harga beras yang ditawarkan Thailand maupun Vietnam. Padahal dalam perdagangan di manapun harga menjadi pertimbangan penting.

“Sebagai contoh misalnya beras dari Vietnam di kisaran USD420 per ton dengan kurs rupiah Rp14.200 per dolar AS belum lagi tambah biaya pengiriman. Bagaimana perbandingannya dengan harga beras nasional? Bisa bersaing tidak? Siapa yang mau beli?” tuturnya.

Tidak hanya soal harga, mimpi untuk mengekspor beras menurutnya juga harus dengan pembenahan infrastruktur terlebih dahulu. Mulai dari sisi produksi sampai pasca panen. Arief menyatakan, diperlukan industrialisasi pertanian terlebih dahulu untuk mencapai cita-cita tersebut. “Baiknya dibuat corporate farming dulu jadi ada lahan khusus untuk ekspor ini. Produktivitas juga bisa meningkat, misalnya sekarang lima sampai enam ton per hektare jadi 7-8 ton per hektare,” jelasnya lagi.

Dengan kondisi saat ini, jika ingin mengekspor beras, sebaiknya lebih untuk jenis-jenis beras khusus. Beras khusus dianggap akan lebih mudah bersaing di luar karena harganya yang tinggi.

Pasar Cipinang sendiri saat ini lebih menekankan ke pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Arief mengklaim, saat ini stok di Cipinang mencapai 61 ribu ton. Dari jumlah tersebut, mayoritas diisi beras dengan kualitas medium up atau premium. “Harganya Rp9.450 sampai Rp12 ribuan ke atas. Kalau yang medium, sekitar 16 hingga 18% dari total stok tersebut,” sebut Arief.

Sebelumnya, Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Darmin Nasution menegaskan, kegiatan ekspor harus berkelanjutan, tak cukup cuma sekali, apalagi jika dilakukan ke negara-negara ASEAN. Oleh sebab itu, menurut Darmin, jika ekspor hanya dilakukan sekali, lebih baik tidak perlu dilakukan.

"Apa susahnya kalau ngomong ekspor, ya kirim saja ke Filipina atau Malaysia, yang penting bisa ekspor. Tapi kalau ekspor itu terus menerus, bukan cuma sekali peristiwa begini, sudahlah lupakan," ujar Darmin di kantornya.

Darmin menambahkan, ketimbang memikirkan ekspor, lebih baik mengamankan pasokan dalam negeri sehingga harga beras stabil. "Sudahlah, yang penting kita jaga harga beras tidak naik, tidak perlu turun," kata mantan Gubernur Bank Indonesia tersebut.

Untuk diketahui, dalam rapat di DPR, Direktur Utama Bulog Budi Waseso menyatakan, rencana ekspor tersebut dilakukan agar pihaknya tidak kesulitan untuk melakukan pengadaan beras dari dalam negeri. Sebab, bila gudang penuh, pihaknya tidak bisa lagi menyerap gabah petani. "Masyarakat nggak usah takut gudang penuh dan nggak bisa serap. Kita tetap serap nanti kita kelola dengan ekspor," kata Buwas.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7025 seconds (0.1#10.140)