Kalangan Masyarakat Tertentu Masih Suka Belanja di Toko

Minggu, 27 Januari 2019 - 07:45 WIB
Kalangan Masyarakat Tertentu Masih Suka Belanja di Toko
Kalangan Masyarakat Tertentu Masih Suka Belanja di Toko
A A A
Ternyata untuk kalangan tertentu berbelanja langsung melalui ritel masih digemari. Terlebih jika barang tersebut tergolong barang mewah. Hal tersebut disampaikan pengamat gaya hidup Amelia Masniari saat dihubungi KORAN SINDO, Jumat (25/1).

Tergantung jenis produk yang dibeli menjadi acuan pola belanja masyarakat dikatakan berubah atau tidak. Amelia menilai, sekalipun generasi milenial masih banyak dari mereka yang mengunjungi ritel ternama untuk membeli kebutuhan fashion. Barang mewah masih belum banyak karena masih khawatir kualitas. Jasa titip pun dilakukan konsumen kepada para kerabat yang dikenalnya.

"Budaya masyarakat Indonesia masih suka belanja ke toko terlebih brand terkenal karena karakternya senang dilihat dan senang jalan-jalan," ungkap wanita yang kerap disapa Miss Jinjing ini. Terlebih di era sekarang, semua dapat dilihat khalayak. Datang ke toko brand tertentu menjadi sebuah kebanggaan. "Belum lagi bergaya lalu difoto OOTD (Outfit Of The Day)," sambungnya.

Amelia tetap yakin di Indonesia, walaupun online menjamur, tapi ritel akan tetap jalan. Walaupun penjualan berkurang, hal tersebut karena faktor dari konsumennya. Konsumen masa kini sudah mulai bisa mengontrol kebiasaan mereka berbelanja. "Kalau dulu bisa sebulan sekali, sekarang tiga bulan sekali beli bajunya. Tapi, kalau mengunjungi toko bisa setiap minggu sekedar melihat harga atau model. Yang penting jalan-jalan, window shopping saja belinya nanti," jelasnya.

Amelia yang pernah berprofesi sebagai personal shopper ini mengaku minat pasar ini sudah jarang. Penyebabnya karena produk yang dahulu dicari di luar negeri sudah ada di Indonesia, kendala bea cukai juga membuat pembeli enggan menitip belanja.

Sementara itu, usaha kecil menengah (UKM) yang kini banyak berpindah ke online. Melihat berkembangnya marketplace di Tanah Air membuat para UKM melihat peluang besar untuk meningkatkan penjualan. Rasyid Sarwono, pakar marketing digital, menyebut semua jenis UKM sudah masuk online. Produk impor seperti barang-barang unik juga berguna yang kini sedang banyak tumbuh di pasar online.

Rasyid yang kerap membuatkan website untuk para UKM ini menilai UKM jika sudah masuk online harus lebih serius mengurus manajemen mereka. "Karena pasar online besar bahkan bisa sampai luar negeri, UKM harus serius memiliki manajemen. Ada marketing-nya, tim media sosial sampai customer service. Biasanya yang lengkap akan lebih diminati konsumen," jelasnya.

Persaingan di pasar online sangat ketat, tidak ada konsumen yang setia dengan satu toko atau brand. Satu hal lagi yang diperhatikan Rasyid ialah setiap toko online harus memiliki website meskipun mereka sudah punya media sosial aktif di marketplace. Alasannya dapat menunjukkan aktivitas pasar atau calon pembeli dapat diolah.

Rasyid menjelaskan, dalam istilah dunia marketing ada yang dinamakan traffic temperature low market, warm market, dan hot market. Konsumen yang tidak pernah beli dan mengunjungi website, konsumer yang tidak pernah membeli, tapi sering melihat website dan terakhir konsumen yang sering mengunjungi dan berbelanja.

"Kalau konsumen membuka website, sekalipun tidak mengisi apa pun hanya sekedar melihat produk. Toko dapat terus mengedukasi agar konsumen selalu melihat toko online tersebut," ucapnya.

Pengembang website dapat membuat secara tidak diketahui konsumen akan terus melihat iklan toko online tersebut saat dia membuka Facebook atau Instagram. Hal tersebut dapat dilakukan sesuai permintaan, toko online dapat juga meminta calon konsumen yang profilnya hampir sama dengan konsumen yang baru saja mengunjungi website mereka.

Berjualan online pun dapat dilakukan untuk produk makanan. Tentu tantangan produk ini lebih besar karena jika ada kendala dalam pengiriman makanan bisa basi. Seperti Ajeng Aprilia yang meneruskan bisnis sang ayah. Sejak 1985 menjual daging sapi hingga dua tahun terakhir diambil alih oleh anak-anaknya.

Ajeng memilih untuk membantu memasarkan daging sapi secara online. Bahkan kini dia berkreasi dengan membuat baso dan dimsum. Melalui akun Instagram pribadinya @jeng.april, Ajeng menjajakan dagangan. "Sebenernya offline atau online itu pada akhirnya bukan sebuah pilihan, tapi kita harus lebih fleksibel dalam mengikuti perkembangan zaman," ujarnya.

Rutin mengunggah foto daging, baso, dan dimsum juga tidak lupa penyajian dalam bentuk berbagai jenis makanan. Bukan hanya itu, Ajeng juga menggunakan jasa artis dan selebgram untuk mempromosikan dagangannya.

Terakhir, Ajeng mengirim bakso untuk keluarga Raffi Ahmad. Tentu, harga endorse artis papan atas seperti keluarga Raffi Ahmad tidak sedikit. Enggan menyebut angkanya, namun dia mengaku nilai tersebut hampir sama dengan saat sang ayah menyewa ruko beberapa tahun silam."Jualan online seperti ini menyenangkan, meneruskan bisnis orang tua dan tetap punya kehidupan saya sendiri. Saya bisa sambil mengurus anak," ungkapnya.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3472 seconds (0.1#10.140)