Menakar Efek Brexit ke Bisnis, Jelang Dua Bulan Kepergian Inggris

Jum'at, 01 Februari 2019 - 04:13 WIB
Menakar Efek Brexit ke Bisnis, Jelang Dua Bulan Kepergian Inggris
Menakar Efek Brexit ke Bisnis, Jelang Dua Bulan Kepergian Inggris
A A A
LONDON - Menjelang dua bulan lagi kepergian Inggris dari Uni Eropa (UE) atau yang lebih top disebut Brexit, bagaimana keadaan perusahaan dan ekonomi Inggris. Menteri Keuangan (Menkeu) Inggris Philip Hammond beberapa waktu lalu menerangkan, ketahanan ekonomi akan menjadi sangat penting untuk melalui turbulensi proses Brexit.

Tetapi beberapa bisnis mengklaim telah berada di bawah tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya seiring negosiasi berkepanjangan Brexit. Meski begitu seperti dilansir BBC, tidak mungkin untuk menempatkan angka absolut tentang bagaimana pekerjaan, output dan investasi telah dipengaruhi sejauh ini.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi para pelaku bisnis, tidak terkecuali perlambatan ekonomi di China dan Eropa. Tetapi ada sejumlah bukti yang dapat memberikan gambaran tentang bagaimana perusahaan Inggris bergerak.

Jumlah orang yang dipekerjakan berada pada level tertinggi sepanjang masa, namun mulai banyak yang terjadi di tengah ketidakpastian. Salah satunya rencana darurat bank yang akan mendirikan basis alternatif di Frankfurt, Paris atau Dublin

Terdapat laporan bahwa bank-bank seperti Morgan Stanley, Barclays dan Bank of America bakal memindahkan ratusan atau bahkan ribuan tenaga kerja setelah referendum. Belum diketahui apakah perpindahan k kota-kota Eropa seperti Paris dan Frankfurt bakal mengorbankan Inggris yang dikenal sebagai pusat keuangan Eropa.

Tak hanya sektor keuangan, Brexit juga memberikan kontribusi meski bukan faktor penentu saat perusahaan produsen mobil menghadapi goncangan seismik dalam menghadapi permintaan global yang melambat, kelebihan pasokan dan pergeseran dari diesel.

Sementara itu sektor ketenagakerjaan secara keseluruhan terus meningkat ke tingkat rekor sejak referendum pada Juni 2016. Secara total, kontrak senilai 95 juta poundsterling diberikan tahun lalu kepada perusahaan konsultan untuk memberi nasihat kepada sektor publik tentang Brexit.

Dan 20.000 lebih pegawai negeri telah dipekerjakan sejak referendum, sebagai kebalikan dari tren sebelumnya. Mereka terkonsentrasi di departemen yang paling terkena dampak Brexit dan itu hanya sektor publik.

Beberapa perusahaan terus merekrut pegawai dengan alasan lain. Raksasa telekomunikasi, Openreach misalnya, mengatakan akan merekrut 3.000 insinyur lebih lanjut untuk mendukung peluncuran broadband fibre.

Pada Investasi bisnis terpantau stagnan dan lebih dari 10% menyusut dari perkiraan resmi sebelum referendum. Tetapi investasi memang relatif melambat sejak krisis keuangan. Perusahaan sebagai gantinya memilih untuk menjaga tenaga kerja, karena relatif murah.

Mereka mungkin melanjutkan strategi ini, yang dapat membantu menjelaskan mengapa penciptaan lapangan kerja tetap begitu tangguh. Dan ketika bisnis memberlakukan rencana darurat, uang yang dialokasikan untuk investasi mungkin telah dialihkan.

Pembuat obat AstraZeneca telah menghabiskan 40 juta pounds membangun fasilitas pengujian tambahan untuk meningkatkan persediaan obat-obatannya. Ada yang terus maju dengan rencana karena berbagai alasan.

Sony memindahkan markas elektroniknya ke Belanda, untuk mencegah masalah bea cukai. James Dyson mengklaim dia akan memindahkan basis perusahaannya ke Singapura agar lebih dekat dengan pasar yang tumbuh paling cepat.

Tetapi merek mewah Chanel mengutip alasan yang sama untuk memindahkan fungsi bisnis globalnya ke London. Associated British Foods, perusahaan di belakang teh Twinings dan Ryvita, telah membeli mesin dan kemasan tambahan untuk mencegah gangguan pada rantai pasokan.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5119 seconds (0.1#10.140)