Kementan Pantau Optimalisasi Pemanfaatan Alsintan di Sumsel

Minggu, 10 Februari 2019 - 09:05 WIB
Kementan Pantau Optimalisasi Pemanfaatan Alsintan di Sumsel
Kementan Pantau Optimalisasi Pemanfaatan Alsintan di Sumsel
A A A
JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan agar penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan), khususnya excavator, yang diberikan untuk pengembangan lahan rawa lebak dan pasang surut menjadi lahan sawah produktif di Sumatera Selatan benar-benar dimanfaatkan secara optimal.

Kementan telah menyalurkan bantuan excavator sebanyak 69 unit di Provinsi Sumsel untuk pengerukan saluran irigasi yang mengalami pendangkalan, pembuatan jalan usaha tani dan optimalisasi lahan rawa lebak dan lahan rawa pasang surut.

"Pemantauan ini arahan langsung Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. Alsintan dan excavator harus bekerja optimal sehingga lahan rawa menjadi lahan sawah produktif," ungkap Direktur Alsintan, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementan Andi Nur Alam Syah dalam siaran pers, Minggu (10/2/2019).

Andi melakukan kunjungan kerja unuk memantau langsung optimalisasi pemanfaatan alsintan dan excavator di Sumsel, Sabtu (9/2) lalu. Dalam kunjungan ini, Kepala Desa Talang Rejo, Kecamatan Muara Talang, Banyuasin, Sumsel, Hendrik Kuswoyo mengungkapkan hasil dan nilai tambah yang besar dari pemanfaatan alsintan dan excavator dari Kementan.

Hendrik menyebutkan, satu unit excavator dapat mengerjakan long storage sepanjang 20 km dengan lebar 2,5 m. Ini dapat mengairi sawah seluas 1.800 hektare (ha) dengan indeks pertanaman (IP) 200, atau penanaman padi dua kali setahun.

"Produktivitas padi yang tadinya 8,5 ton menjadi 13 ton per ha untuk dua musim tanam. Jadi ada selisih 5 ton per ha," beber Hendrik. Menurut Hendrik, selisih sebanyak 5 ton gabah per ha tersebut, nilainya mencapai Rp20 juta. Dengan demikian, dari total lahan 1.800 ha, dihasilkan tambahan pendapatan bagi petani mencapai Rp36 miliar.

Hendrik menjelaskan dalam pengerjaan optimalisasi lahan rawa menjadi lahan sawah produktif ini, pemerintah desa memanfaatkan dana desa untuk biaya BBM dan operator. Total dana desa mencapai Rp800 juta, namun digunakan untuk membuat long storage sepanjang 20 km dengan lebar 2,5 m hanya Rp270 juta.

"Dengan bantuan excavator ini pengerjaan bisa dilakukan hanya dalam waktu dua bulan saja. Kalau tidak ada excavator bisa 5 tahun," jelasnya.

Kemudian, sambung Hendrik, tanpa excavator pengerjaan long storage tersebut membutuhkan dana Rp900 juta untuk sewa alat, dan bahan bakar minyak Rp160 juta. Belum lagi biaya operator yang per kilometernya mencapai Rp3 juta.

"Jadi, jika tanpa bantuan excavator ini, total biaya yang dibutuhkan untuk sewa excavator dan biaya operasional pembuatan long storage sepanjang 20 km dan lebar 2,5 meter ini sekitar Rp 3,5 miliar," jelasnya.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4279 seconds (0.1#10.140)