Gencatan Perang Dagang Berakhir 1 Maret, Trump Mulai Longgarkan Ancaman

Rabu, 20 Februari 2019 - 14:27 WIB
Gencatan Perang Dagang Berakhir 1 Maret, Trump Mulai Longgarkan Ancaman
Gencatan Perang Dagang Berakhir 1 Maret, Trump Mulai Longgarkan Ancaman
A A A
NEW YORK - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberikan, sinyal kelonggaran terkait ancaman yang pernah dilontarkan yakni bakal menaikkan tarif terhadap produk asal China apabila hingga 1 Maret, mendatang bila tidak mencapai kata sepakat. Seperti diketahui sebelumnya AS dan China sepakat untuk gencatan perang dagang dengan menghentikan sementaran penerapan tarif antar dua ekonomi terbesar dunia itu.

Kini tampaknya kebalikan sikap mulai ditunjukkan AS ketika pembicaraan perdagangan bakal dimulai lagi pekan ini di Washington, setelah diskusi sebelumnya berlangsung di China. Sementara itu AS sendiri pernah menebar ancaman bakal memberlakukan tarif yang lebih tinggi pada barang-barang asal China, apabila kedua belah pihak tidak mencapai kesepakatan pada 1 Maret.

Tetapi dalam komentar terakhirnya, Trump tampaknya lebih fleksibel. "Saya tidak bisa memberi tahu Anda secara pasti kapan waktunya. Pertemuan ini bukan kencan ajaib karena banyak hal terjadi," katanya ketika ditanya seberapa besar kemungkinan AS akan mengenakan bea tambahan pada 1 Maret.

Tercatat AS sendiri telah memberlakukan tarif tinggi terhadap produk-produk asal China senilai USD250 miliar dan China merespons lewat aksi balasan dengan mengenakan bea atas produk-produk AS senilai hingga USD110 miliar. Pada bulan Desember 2018 lalu, kedua negara sepakat untuk menghentikan tarif baru selama 90 hari untuk memungkinkan perundingan.

Namun, AS mengatakan akan menaikkan tarif impor China senilai USD200 miliar dari 10% menjadi 25% jika kedua belah pihak tidak mencapai kesepakatan. Selanjutnya Trump juga mengancam tarif lebih lanjut untuk produk-produk China hingga USD267miliar.

Sementara itu Washington mendesak Beijing untuk membuat perubahan pada kebijakan ekonominya, lantaran dinilai secara tidak adil sudahh menguntungkan perusahaan domestik melalui subsidi dan dukungan lainnya. Ia juga menuduh pemerintah Beijing mendukung pencurian teknologi sebagai bagian dari strategi memperluas pengaruh Negeri Tirai Bambu.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6212 seconds (0.1#10.140)