Awal Tahun Lifting Migas Mencapai 90%

Selasa, 12 Maret 2019 - 07:59 WIB
Awal Tahun Lifting Migas Mencapai 90%
Awal Tahun Lifting Migas Mencapai 90%
A A A
JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) mencatat pencapaian produksi siap jual (lifting) minyak dan gas bumi (migas) pada Februari 2019 mencapai 90% dari target yang ditetapkan tahun ini.

Berdasarkan catatan SKK Migas realisasi lifting minyak pada Februari 2019 sebesar 735.000 barel per hari (bph) dan gas sebesar 1.070 juta barel oil equivalent per day (boepd). Adapun dalam Work Plan and Budget (WPNB), proyeksi lifting minyak sebesar 784.527 bph. Untuk lifting gas dipatok sebesar 1.261 juta boepd.

“Secara keseluruhan pencapaian tersebut sebesar 90% dari target,” ujar Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Wisnu Prabawa Taher, di Jakarta, kemarin.

Menurut dia, terdapat tiga kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) sebagai penyumbang lifting minyak terbesar antara lain Exxon Mobil Cepu Limited, Chevron Pacific Indonesia dan Pertamina EP. Exxon berhasil menyumbang lifting sebesar 219.000 bph, Chevron 197.000 bph, dan Pertamina EP sebesar 74.000 bph.

“Sementara untuk lifting gas terbesar disumbang oleh tiga KKKS. Tiga KKKS itu di antaranya BP Tangguh 187.000 boepd, ConocoPhilips Grissik 144.000 boepd, dan Pertamina EP 139.000 boepd,” kata dia.

Dia mengatakan bahwa potensi pencapaian lifting migas masih terus dapat ditingkatkan untuk mencapai target akhir tahun. Saat ini SKK Migas mendorong KKKS untuk melakukan kerja ulang dan pemeliharaan sumur untuk menahan penurunan laju produksi secara alami.

Selain itu, imbuhnya, SKK Migas juga mendorong untuk mempertahankan profil output produksi migas. Hal itu guna mendongkrak lifting pada kuartal II/2019 lebih meningkat lagi.

“Targetnya pada kuartal I/2019 akan onstream proyek TSB Phase II Offshore Laut Jawa. Diharapkan mampu menambah profil produksi dan jalur gas pada khususnya,” kata dia.

Sementara itu, pemerintah terus berupaya lifting migas tahun ini dapat mencapai target sebesar 2,02 juta boepd lebih tinggi dibandingkan tahun lalu sebesar 1,9 juta boepd. Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar optimistis target lifting migas tercapai tahun ini. Hal itu sejalan dengan upaya yang dilakukan untuk menggenjot produksi migas ke depan.

“Untuk produksi dari lapangan-lapangan migas eksisting berusaha dilakukan peningkatan produksi. Semua usaha kita lewati,” ujar Arcandra.

Arcandra mengklasifikasikan strategi pemerintah dalam menggenjot produksi migas di masa mendatang. Terdapat tiga tahapan untuk meningkatkan produksi migas, yaitu jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

Fracturing, balanced drilling adalah salah satu usaha jangka pendek 2-3 tahun mempercepat produksi dari lapangan eksisting,” jelas Arcandra.

Untuk jangka menengah, imbuhnya, pemerintah tengah menggalakkan Enhanced Oil Recovery (EOR) untuk aset yang produktif. Sementara metode jangka panjang dapat ditempuh dengan cara eksplorasi lapangan migas. “Untuk anak cucu kita, tentu usaha eksplorasi adalah pilihan tepat menjaga produksi migas,” ungkapnya.

Pihaknya pun berharap kegiatan eksplorasi ke depan rasio keberhasilannya di atas 20% atau setiap lima kali eksplorasi baru ditemukan satu cadangan baru. “Kita berharap demikian. Apalagi, kita punya dana yang akan menopang ditemukannya lapangan baru,” kata dia.

Adapun jumlah dana tersebut ada dalam bentuk komitmen kerja pasti kontrak kerja sama sistem gross split sebesar USD2,1 miliar. Di mana sebesar USD1,1 miliar bisa digunakan untuk kegiatan eksplorasi. Arcandra menuturkan, jumlah dana eksplorasi tersebut jauh lebih baik dibandingkan dana eksplorasi dengan skema sebelumnya.

“Ini dana yang bisa digunakan untuk eksplorasi 5-10 tahun ke depan. Dana ini kami harapkan terus bertambah,” jelas Arcandra.

Arcandra juga menekankan bagi pengusaha migas untuk tidak selalu melihat penurunan produksi migas alamiah atau declining. Arcandra meminta KKKS optimistis mengerjakan eksplorasi.

“Kalau terjadi declining, itu hanya kaca spion, sekarang liat ke depan. Kalau nyetir pakai kaca spion, bisa tertabrak. Kaca spion itu hanya guidance” tandasnya.

Ia juga mengungkapkan langkah peningkatan produksi dijalankan untuk mengantisipasi ancaman defisit migas atas lonjakan kebutuhan migas yang kian tinggi di tahun mendatang.

Pengamat Ekonomi Energi dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta (UGM) Fahmy Radhi menilai target lifting tahun ini sulit untuk mencapai target. Pasalnya, produksi minyak masih ditopang oleh sumur-sumur tua belum menghasilkan temuan sumur-sumur baru.

“Saya melihat lifting cenderung menurun tahun ini. Nah kalau kemudian ditetapkan lebih tinggi akan sulit tercapai cenderung tidak realistis. Karena, tahun depan lifting masih pada sumur-sumur tua dan blok terminasi sehingga produksi stagnan bahkan cenderung menurun,” ujar Fahmy, kepada KORAN SINDO, kemarin.

Fahmy beranggapan tidak adanya eksplorasi dan eksploitasi sumur-sumur baru target lifting yang ditetapkan pemerintah akan sulit tercapai. Selain itu, pihaknya juga melihat investasi hulu migas belum bergairah tahun ini karena harga minyak diprediksi masih cenderung menurun akibat kelebihan pasokan minyak pasar dunia.

“Investasi memang ada yang masuk, tapi tidak langsung menghasilkan. Kalaupun ada eksplorasi sumur baru, itu tidak langsung menghasilkan, masih menunggu sampai 10 tahun ke depan untuk produksi. Karena itu, tahun ini saya melihat lifting justru menurun,” tandasnya. (Nanang Wijayanto)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7982 seconds (0.1#10.140)