Persaingan Tak Sehat Bisnis Online Travel Penerbangan Disoroti

Kamis, 14 Maret 2019 - 23:11 WIB
Persaingan Tak Sehat Bisnis Online Travel Penerbangan Disoroti
Persaingan Tak Sehat Bisnis Online Travel Penerbangan Disoroti
A A A
JAKARTA - AirAsia telah mengambil keputusan untuk menarik penjualan tiketnya secara permanen dari online travel agent (OTA) Traveloka sejak Senin (4/3) pekan lalu. Penarikan ini meliputi seluruh rute penerbangan di semua jaringan AirAsia.
Keputusan ini didasari hilangnya tiket AirAsia secara misterius di Traveloka untuk kedua kalinya dalam dua minggu terakhir. Kejadian yang mengundang tanda tanya publik ini, menarik perhatian Skift.com, media online travel global. Skift.com menduga adanya campur tangan dari pesaing AirAsia, dalam proses bisnis aviasi di Indonesia.
Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu menilai wajar adanya penilaian soal campur tangan pesaing dalam bisnis aviasi di Indonesia yang berindikasi pada persaingan tak sehat.

"Ya orang pantas curiga bahwa ada dugaan kongkalikong atau istilahnya main mata dalam bisnis ini sehingga menimbulkan indikasi kartel. Karena jumlah pemain pada bisnis aviasi sudah semakin sedikit sejak Garuda melakukan kerja sama operasi dengan Sriwijaya," ujarnya.

Menurutnya, bisnis aviasi di dalam negeri saat ini berada dalam kondisi yang tidak stabil sejak kenaikan kurs dolar terhadap nilai tukar. Sedangkan, AirAsia sendiri dinilainya, tidak terlalu banyak berpengaruh pada nilai kurs. "Justru ini merupakan peluang bagi AirAsia untuk menangkap pasar baru di tengah kondisi maskapai domestik yang abu-abu," ucapnya.

Dia menambahkan, keberadaan AirAsia justru menimbulkan kompetisi yang sehat. "Terlepas apakah dia menurunkan tarifnya serendah mungkin selama sesuai regulasi dan sebagainya, ini justru peluang bagi AirAsia," pungkasnya.

Traveloka sendiri, telah menyatakan hilangnya tiket milik AirAsia karena adanya pemeliharaan sistem (system maintenance). Director of public Relations Traveloka Sufintri Rahayu mengakui adanya pertemuan antara Traveloka dan AirAsia minggu lalu namun dia menolak membicarakan hasil pertemuan tersebut.

Sementara, Juru Bicara Garuda Indonesia Ikhsan Rosan kala dikonfirmasi tentang adanya dugaan intervensi maskapainya menekan pemain OTA menyatakan hal tersebut tidak benar. "Sejauh yang saya tahu itu tidak benar," tegas Ikhsan.

Adapun, juru bicara Lion Air Danang Mandala Prihantoro tak memberikan respons atas penelusuran ini. Seorang eksekutif di bisnis aviasi menduga terjadinya tekanan terhadap AirAsia karena tak mau mengikuti kebijakan kenaikan harga tiket yang dilakukan pesaingnya. Upaya untuk menyampaikan pesan ke AirAsia itu menurut perkiraannya dilakukan dengan menekan pemain OTA agar tidak menyediakan produk dari maskapai itu.

Singkatnya, pemain OTA yang memang banyak berinvestasi di digital akan mendapat ruang di pasar. Alhasil, absennya AirAsia menjadikan Lion Air dan Citilink (anak usaha Garuda) sebagai pemilik harga terbaik di Traveloka dan Tiket.com. Seperti hasil pantauan pencarian tiket pulang pergi Jakarta-Yogyakarta untuk 30 Maret-3 April yang dilakukan Skift pada kedua situs OTA tersebut. Tiket AirAsia tidak muncul, walaupun AirAsia tidak menarik penjualan tiketnya dari Tiket.com.

Sementara hasil pencarian di situs Wego Indonesia untuk rute yang sama menunjukkan tiket AirAsia yang paling murah, tapi tidak tersedia di Traveloka dan Tiket.com. Opsi lain bagi konsumen adalah Trip.com, Jollytravel, Kiwi.com, Skytours dan Rumbo. Sayangnya, ini semua adalah pemain OTA dari luar Indonesia.

Sementara itu, data Wonderful Indonesia menunjukkan Grup AirAsia membawa 3,8 juta penumpang di Indonesia dan mendatangkan 2,9 juta wisatawan asing pada 2017. Jika kondisi ini berlanjut tentu akan berdampak ke industri pariwisata nasional secara keseluruhan.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4792 seconds (0.1#10.140)